Beranda / Romansa / Damian untuk Angelia / Poisoning Marriage

Share

Poisoning Marriage

Penulis: Acha Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-13 11:44:11

Angel mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan mansion yang baru saja ia tapaki setelah pergi bermalam di hotel. Senang? Jelas, karena ini permulaan untuknya balas dendam. Pakaiannya hari ini adalah levis biru dongker panjang sobek bagian lurus dengan atasan kaus dipadukan kemeja kotak-kotak yang ia tali bagian bawahnya. Mungkin semua orang akan mengira Angel adalah preman pasar yang akan malakin orang-orang. Sengaja, itu maunya. 

Angel mengangkat bibir kirinya ke atas. Dia tahu, banyak keluarga Damian tidak menyukainya. Jelas, ketika melaksanakan perjodohan, ada dua perempuan, lebih cantik, dan sopan, terutama baik, tetapi inilah kenyataannya. Angel yang kini menjadi istri Damian. Mungkin juga ayahnya setuju karena dia kaya. Munafik memang, lihatlah tidak ada sesi penyambutan. Rasanya Angel sedang berada di ruang penuh AC. Hawanya dingin, persis saat mereka menatap datar Angel. Bodo amat siapa yang peduli? Angel hanya mengangkat kedua bahunya lalu berlalu, tidak sopan juga sebenarnya. Mau bagaimana lagi, dianggapnya mertua juga tidak. 

"Ini tempat kita. Kamu bisa taruh barang-barang di situ, kebetulan sudah dibersihkan sama asisten, tapi setelah ini, kamu yang akan bereskan semuanya, oke?" 

"Gue? Lo nyuruh gue kaya lagi nyuruh pembantu aja. Gue nggak mau, lagi pula gue nggak banyak ngelakuin aktifitas yang buat tempat ini berantakan," bantah Angel. 

"Tapi kamu istri saya. Kamu akan buatkan sarapan, makanan buat saya. Mencuci baju juga menyapu, mengepel lantai," ujar Damian. Laki-laki itu mengeluarkan baju-bajunya satu persatu. Sementara Angel—gadis itu menatap tajam punggung Damian. Ingin sekali menikamnya dengan pisau! 

"Lo lupa? Gue pernah bilang lakuin apapun masing-masing. Jadi, gue akan makan untuk makanan gue sendiri, nyuci untuk baju gue sendiri. Urusan lo biar lo yang urusin, gue nggak ada hak. Jangan paksa, gue nggak suka orang pemaksa." 

Angel, perempuan itu mendengar helaan napas berat dari Damian. Namun, enggan mengerti. "Kamu bisa masak?" Damian, laki-laki ini benar-benar cerewet sekali. Haruskah Angel bilang dia gadis dewasa yang sama sekali belum bisa masak? Bahkan sekedar telur dadar saja tidak bisa. Angel mendelik lalu berujar ketus, "Nggak, kenapa, mau marah lo? Gue banyak uang untuk delivery!" 

"Angel, kamu memang banyak uang. Tapi apa kamu nggak coba menghitung berapa uang yang akan dikeluarkan ketika kamu sibuk delivery? Saya nggak keberatan istri saya tidak bisa masak. Saya bisa masak untuk makan kita," cetus Damian. 

"Pilihan lo, gue nggak nyuruh."

"Iya, em ... ngomong-ngomong baju kamu begini semua?" Angel berkerut bingung. Damian tiba-tiba datang dan melihat semua pakaian Angel. 

"Gimana si?"

"Terlalu terbuka, orang-orang akan fokus pada area yang seharusnya kamu tutupi demi saya." 

"Gue nyaman, kalau lo nggak suka nggak usah liat. Nggak usah dipersulit." 

"Sebentar, saya keluar dulu." Damian pergi entah mau ke mana, Angel juga tidak menggubrisnya. Gadis itu justru memainkan ponselnya sambil menaikkan satu kaki ke atas kaki lain. Sudah seperti putri raja yang tengah menunggu hidangan dari para dayang. 

Angel mendongak saat tangan panjang, kekar itu memberikan sesuatu padanya. "Apa ini?" Totebag yang Angel sendiri tidak tahu isinya. Apa sebuah bom nuklir? Kalajengking beracun? Atau bahkan ular anaconda? 

"Baju, kamu lebih cocok dan akan terlihat cantik dengan baju itu. Hanya satu, ini saya ambil dari lemari samping. Tapi, besok kita bisa ke butik untuk membeli baju. Saya tidak suka pakaian kamu itu. Simpan saja." 

"Suka atau nggak sukanya lo itu bukan urusan gue. Apa ini? Gue nggak minat pake baju terusan panjang," tolak Angel dengan nada kesal. 

"Kamu tidak bisa membantah, saya suami kamu." 

"Hah, itu lo, gue beda lagi. Gue nggak nganggep lo suami tu. Sayang banget, lo kalau mau main di belakang atau terang-terangan silakan aja. Gue juga gitu soalnya." 

"Maksud kamu? Jangan main-main dengan pernikahan Angel, kamu tahu Tuhan bisa marah karena ikatan suci ini." 

Hah apa tadi? Dia berbicara seolah dia orang suci yang tidak pernah mau melakukan dosa. Ingat Damian, Angel orang yang keluarga kamu sakiti dengan membunuh keluarganya. 

"Simpelnya gue nggak cinta sama lo. Puas kan sama maksud gue? Bos dari perusahaan besar tidak sebodoh itu untuk ngertiin ucapan gue," ucap Angel. Rasanya mulut itu baru saja dimasukkan bon cabe level 100! 

Tersenyum lagi? Damian melengkungkan bibirnya membentuk bulan sabit lalu berujar, "Saya cukup mengerti. Terima kasih, ya. Saya lupa jika hanya saja yang jatuh cinta di sini."

"Tuh sadar. Banyakin sadar deh, apalagi yang semalem lo bilang bakal buat gue cinta sama lo. Jangan ngarep!" 

"Iya, tapi saya tetep nunggu itu terjadi. Saya mau mandi, kamu bisa bereskan barang-barang. Kamu tidur di kasur dan saya akan di sofa." 

***

'Selamat pagi, Sayang. Saya sudah siapkan nasi goreng di meja. Dimakan ya, saya kerja dulu. Jangan rindu.' 

Angel memasang wajah jijik. Dia baru bangun jam delapan pagi, matahari sudah benar-benar bersinar cerah. Kertas yang baru saja ia temui di tempelan pintu kulkas itu langsung ia remas lalu buang di kotak sampah. Tidak mutu, siapa juga yang akan merindukannya? Tidak ada! 

Mengusap perut, lapar, serius. Semalam dia tidak makan ketika Damian menggoreng telur untuknya. Berjalan mendekat pada meja makan, yang kecil muat untuk tiga orang saja. Sepiring nasi goreng, dengan tomat, timun, telur juga saus yang membentuk senyuman. Terakhir, ada note kecil lagi. Angel mengambilnya, membacanya perlahan. 'Semoga suka. Saya membuatnya dengan cinta. Selamat sarapan.' 

Angel menciumnya perlahan. Takut, siapa tahu Damian akan memberikan racun di dalam nasi gorengnya. Bisa saja kan? Orang membunuh selalu punya segala cara untuk membohongi mangsanya.  

Ingin menolak, tetapi gemuruh di perutnya bergejolak ingin dimasukkan asupan gizi. Tubuhnya bisa mati kurus kering tidak makan. Ah sudahlah, Angel tidak menemukan hal janggal di nasi gorengnya. 

Satu suap. Angel terpejam, takut rasanya tidak enak. Namun, justru pemikirannya salah. Nasi goreng ini sukses membuat mulut Angel bergetar menari-nari. Enak, serius. Damian bisa masak juga. "Gue cuma ngehargai masakan lo aja nggak lebih. Lagi pula gue yakin ini cuma pancingan lo doang." 

Angel memasuki kamar mandi. Sepertinya hidupnya akan monoton. Seperti terperangkap di penjara besi. Tidak ke mana-mana. 

Selesai mandi, dia mendudukkan dirinya di kursi goyang. Ruangan ini begitu luas. Di dalam mansion sudah memiliki ruangan sendiri-sendiri.  Di ruangan milik Damian, ada banyak rak buku tertata rapi. Angel enggan mendekat, itu bukan hobinya. Mungkin saja Damian hobi membaca. 

Gerald [I'm in Indonesia, Honey. I'm waiting at this place.] 

Angel terbelalak membaca pesan dari Gerald. Iya, Gerald kekasih yang amat Angel cintai, ditinggalkan demi Damian laki-laki tidak menahu diri itu. Di situ, Gerald bilang dia datang ke Indonesia. Memberikan lokasi tempat yang Angel begitu kenal. Itu klub malam, tempat yang Angel paling rindukan ketika ia di luar negeri  bersenang-senang bersama temannya. 

Oke, ini benar-benar menyenangkan hati Angel. Gadis itu merindukan Gerald. Ingin sekali memeluk juga mencium pipinya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Damian untuk Angelia   Menjalani Hidup Masing-masing

    Angelia. Di London namanya benar-benar sudah tidak disebut lagi oleh semua orang. Damian tidak pernah mendengarnya, Damian tidak pernah melihatnya. Bahkan, yang paling mengejutkan Damian. Ketika mengajak Delvira mengunjungi Skala, rumah itu sudah dikontrakkan oleh orang lain. Wanita itu benar-benar seperti orang yang tak sengaja bertemu di jalan. Damian bertanya pada Yolanda, pada teman-temannya yang lain. Nihil. Semua seolah menutup mulut. Layaknya mereka memang orang-orang yang tak saling mengenali.Sudah satu bulan, Damian menjalani kehidupannya yang baru bersama istri tercintanya—Delvira. Meski Delvira tidak seperti wanita di luaran sana, tetapi Damian begitu bangga. Setidaknya, Delvira tidak manja. Untuk memakaikan dasi, memberi nasi dan lauk di piring Damian, serta hal-hal sederhana lainnya masih ia lakukan sebagaimana istri sebenarnya. Satu bulan, pernikahannya, Damian dan Delvira belum berhubungan. Delvira menolak untuk melakukannya, lantaran dia b

  • Damian untuk Angelia   Berakhir Tidak Semestinya (Season Dua)

    Angel memandang surat gugatan cerai yang dirinya kirim pada Damian silam. Awalnya Damian yang bersikukuh untuk tidak menceraikannya, tetapi sekarang, justru menandatangani surat itu. Angel hancur. Apa ini balasan untuk wanita jahat sepertinya? Hidup dalam lubang kepedihan. Kalaupun iya, Angel berharap jangan bawa anak-anaknya. Jangan bawa Skala putra manisnya. Jangan bawa calon bayi mungilnya. Ini sungguh rumit. Tanpa alasan, tanpa penjelasan Damian benar-benar memutuskannya sepihak. Padahal Damian orang yang menyakinkan Angel jika mereka berdua harus memiliki kesempatan kedua. Memperbaiki keadaan. Menjalin hidup bahagia bersama buah hatinya.Hatinya remuk. Sama seperti dadanya yang sesak. Air matanya meluruh begitu saja, membasahi pipi mulusnya. Wajahnya kian pucat akibat hamil muda. Ditambah masalah begini, Angel rasanya ingin mati saja. Sejak di mana Damian mengusirnya mentah-mentah, Angel tak lagi bisa bertemu dengannya. Di kantor, Angel dihadang satpam. Di rumah, ger

  • Damian untuk Angelia   Awal Luka (Season I selesai)

    Angel membocorkan haru pada alat tes kehamilan yang di genggamnya. Benar-benar tidak percaya jika dirinya akan hamil kembali. Tanpa sadar air jatuh begitu saja. Entah harus bagaimana entah bagaimana. Apa Tuhan ingin mereka memperbaiki keadaan. Di sela-selanya, Angel kabar kabar Damian. Sudah seminggu-laki itu tidak lagi film diri. Seperti hilang ditelan bumi. Malaikat benar-benar tidak tahu dengan perasaannya. Seperti dirinya itu plin-plan. ingin ingin segalanya. Namun sekarang melihat, melihat dirinya mengandung anak Damian kembali, Angel jadi membayangkan mau Damian kemarin. Mau Damian jika mereka memang harus diberi kesempatan untuk berulang kali lagi. Mengulangi hal-hal yang manis tanpa ada racun."Ibu! Apakah kamu baik-baik saja?" Malaikat sampai lupa, Skalanya untuk menunggu di luar sana. Angel melacak air matanya, lalu keluar dari kamar mandi.Dilihatnya bocah mungil itu, berdiri sambil mengemuti permen lolipop. Wajahnya merah kesal k

  • Damian untuk Angelia   Permintaan Skala

    "Harusnya kamu tidak perlu beli ini semua untuk Skala, Mas." Angel membocorkan banyak sekali mainan yang baru dikirim oleh pekerja Damian. Angel sudah melarangnya. Namun, Damian itu kekeh. Dia tetap mau pada keinginannya untuk membeli Skala mainan yang banyak agar mendapat perhatian dari anak kecil itu—putranya sendiri."Angel, please. Beri saya kesempatan. Saya ingin menjalin hubungan baik dengan putra saya sendiri," balas Damian.Angel membocorkan Damian lekat. Tidak ada senyuman yang menghampiri dirinya. Lalu Angel bertanya, "Kenapa kamu bisa percaya kalau skala anak kamu? Bahkan kamu belum buktiin itu semua.""Tidak ada lagi yang perlu dibuktikan. Maaf, saya pernah hampir memaki. Saya begitu menyesal. Apa di sini sakit?" Damian menyentuh hati Angel. Malaikat hanya diam. Damian menatapnya dengan sendu, lalu memeluknya erat. "Beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya.""Ja

  • Damian untuk Angelia   Dua Manusia yang Beda Tujuan

    Damian membuka matanya yang begitu terasa lengket. Dia masih mengantuk, tetapi cahaya matahari membuatnya harus bangun sekarang. Damian bangun. Kepalanya terasa begitu berat. Bahkan Damian memukul pelan kepalanya. Dia mengingat-ingat kejadian semalam. Saat sepenuhnya Damian sadar, laki-laki itu langsung berdiri dan berbalik menatap kasurnya.Ini bukan kasurnya? Benarkah dia ada di tempat Angelia? Seingat Damian, semalam dia pergi ke bar dan mabuk saat perjalanan pulang."Kalau Anda benar-benar tulus dengan Angelia. Saya akan memberi tahu di mana dia." Fanya akhirnya memberi peluang Damian untuk menebus kesalahannya."Ya, saya benar-benar tulus padanya," kata Damian.Fanya duduk. Dia menulis alamat di mana Angel tinggal selama ini. Lalu, Fanya memberikan sobekan kertas itu pada Damian. "Saya minta Bapak jaga Angelia. Ingat, Pak. Sesuatu yang salah tidak kemungkinan bisa dimaafkan. Sa

  • Damian untuk Angelia   Sulit dimaafkan

    Damian tidak menerbitkan senyuman sependek pun pada pegawainya di kantor. Sejak dia masuk, dia hanya berjalan angkuh dan melirik begitu tajam pada mereka yang justru sibuk memandangi penampilannya. Cih, begitu membuat Damian risih."Maaf, Pak. Ada satu berkas yang dari kemarin belum Bapak tanda tangani juga. Berkas itu sangat penting. Jika Bapak tidak menandatangi segera, kantor ini akan kehilangan untung besar.""Kamu sedang mengajari saya?" Fanya terlonjak saat Damian bertanya padanya. Yang justru pertanyaannya, membuat Fanya ketakutan. Tatapan Damian seakan membunuhnya. Sialan. Jika bukan bosnya saja, Fanya sudah melemparkan tatapan yang sama. Melayangkan satu pasang sepatu yang dirinya pakai. Modal bos saja sombong sekali. Padahal dulu, banyak karyawan yang memujanya. Baik dari mana eh? Fanya bahkan akhir-akhir ini hanya dibentaknya saja."Ma-maaf, Pak. Saya hanya sekadar bicara. Kalau begitu ini be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status