Share

Damian untuk Angelia
Damian untuk Angelia
Penulis: Acha Shafa

Awal Sebuah Perencanaan

Selesai. Angel menatap ruangan luas hotel yang keluarga Rajendra sewa untuk pernikahan putra tunggalnya. Indah, tetapi tidak dengan hati Angel yang terus membara seperti api yang sengaja dihidupkan di tengah-tengah bensin. Iya, dia gadis yang sekarang menyandang status sebagai istri dari Damian Rajendra. Tidak—Bukan karena cinta—Tetapi hanya untuk membalaskan dendamnya. 

Kepulangannya mendadak, hatinya hancur, tahu kertas yang sengaja ditaruh di air lalu diremas-remas? Seperti itulah keadaannya. Pamannya mengabarkan orang tua Angel meninggal karena kasus pembunuhan. Pamannya memberi tahu semuanya, Angel mendidih, ingin sekali melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan kepada keluarganya. Satu cara, kebetulan keluarga Rajendra tengah mencari jodoh untuk anaknya. Dasar orang kaya, zaman sudah modern, tetapi perjodohan bak Siti Nurbaya masih saja berlaku. Dengan kecerdasannya, seorang Angelia Yofanka menyewa orang tua gadungan untuk datang ke rumah mereka. Sangat beruntung, mereka mau membantu Angel. Orang kaya, terpandang, yang keluarga Rajendra juga kenal. Iya—Saudara jauhnya Angel yang semua tidak tahu. 

Semesta berpihak pada Angel. Bahagia tentu, nantinya ia akan menjalankan aksinya. Siapa yang mau pembunuh orang tuanya terus bersenang-senang di atas penderitaannya? Tidak! Maka dari itu, Angel akan memberikan mereka semua pelajaran. 

Menikah dengan Damian? Sama sekali bukan daftar dari kehidupannya yang sudah tertata rapi. Terlebih Angel harus rela melepaskan mantan kekasihnya hanya demi laki-laki itu. Bahkan di depan saksi banyak orang di Gereja, bukan janji kebahagiaan yang tersemat di dalam hatinya. Janji ke satu, Angel harus membuat keluarga Damian hancur. Janji kedua Angel mau keluarga Damian mendapatkan apa yang Angel rasakan. Janji ketiga, janji terakhir, Angel mau Damian benar-benar menyesali pernikahannya ini. Menikah dengannya, sama saja dengan sebutan pernikahan beracun. Tidak ada cinta, tenang Angel tidak akan pernah jatuh cinta padanya. 

Angel, gadis itu berlama-lama dengan pikirannya sampai tidak sadar laki-laki bernama Damian yang kini telah menjadi suaminya berdiri di hadapannya. Di mata Angel, Damian tidak tampan, biasa saja, hanya yang unik darinya adalah ketika pertama kali bertemu dan sampai detik ini dirinya terus tersenyum. Angel sempat berpikir, tidak lelah tersenyum terus? 

"Terima kasih telah menjadi istri saya." Apa ini? Damian mengajaknya bicara? Angel diam, dia berdiri lalu berlalu. Damian menatap sikap Angel yang dingin, laki-laki itu sudah menyadarinya sejak awal. Namun, entah kenapa dia justru menyetujui pernikahan ini. 

"Kamu tidak akan mengucapkan apapun pada saya?" tanya Damian saat Angel baru beberapa langkah darinya. 

"Nggak, gue mau mandi." Empat kata, keluar dari bibir Angel. 

"Saya ingin mengucapkan sesuatu sebelum kamu pergi untuk mandi. Boleh?" 

"Gue nggak ada waktu. Oiya, nggak usah seakrab itu sama gue. Kesannya jijik!" Selesai, berucap seperti itu, Angel kembali berjalan memasuki kamar mandi. 

Damian menghela napas. Senyumnya mengembang, entah kenapa wajah Angel begitu cantik dan terus memenuhi otaknya. Rambutnya tergerai bebas, warna merah di bibirnya, serta yang paling Damian suka dari Angel adalah tahi lalat yang diam-diam menempel di dekat bibirnya. 

"Saya suka namamu, sama seperti saya menyukaimu saat pertama kali bertemu. Itu wajar 'kan?" Angel melirik pada Damian yang terus saja menatapnya. Terusik, jelas, dia tidak suka terperangkap berdua dengan laki-laki munafik ini. Ingin rasanya menembak bagian kepala Damian, mungkin itu kemenangan Angel nantinya. 

"Nggak jelas. Gue rasa lo laki-laki buaya, liat yang bening dikit aja sikap lo begini, murahan," cibir Angel. 

"Nggak, sikap saya begini hanya dengan kamu saja. Dan, Angel. Sekarang saya suami kamu, bisakah kamu sopan sedikit? Apalagi saya denganmu terpaut umur yang sangat jauh," kelakar Damian.

Angel berdecih, "Apa peduli gue? Jangan minta lebih sama gue, gue nggak cinta sama lo! Kalau bukan karena orang tua gue, gue males nikah sama lo!" 

"Bagaimana jika saya berhasil buat kamu jatuh cinta sama saya? Bahkan suatu saat ketika cinta saya saja terkalahkan dengan cinta kamu. Angel, serius, kamu buat saya jatuh cinta pandangan pertama. Kamu percaya kalimat itu kan?" 

Angel tidak merespon. Dia sibuk bermain dengan ponselnya. Apa peduli Angel? Laki-laki tidak tahu diri. Andai dia tahu Angel siapa. Sudah Angel tebak, Angel juga akan mati dengan tidak layak. Mengingat bagaimana kejamnya keluarga Rajendra membuat urat-urat Angel terlihat. Seperti orang tengah menahan amarah. 

"Saya tahu, kamu terpaksa. Tapi izinkan saya untuk membuat kamu bahagia. Saya janji, bersama saya kebahagiaan kamu akan terus menuntun di belakang." Apa ini? Omong kosong! Kalau saja Angel bisa menjawab, pasti akan menjawab seperti ini, "Ya dan lo, kehancuran akan terus menghantui." Sayang, itu tidak terucap. Angel belum mau mengungkapkan semuanya sekarang, percuma saja dia menikahi Damian nantinya. 

"Angel, kita akan tetap tinggal di rumah papa dan mama. Mansion itu luas, kita akan punya ruangan sendiri. Kamu nggak masalah kan?" Angel membuang napas panjang. Ini laki-laki, tetapi cerewetnya minta ampun! 

"Ya, cukup bicaranya, telinga gue penging. Oiya, lo kalau tidur duluan aja, gue nggak mau seranjang sama lo." 

"Kenapa? Kita suami istri, tidak akan ada masalahnya, lagi pula ini malam pertama kita menikah kan?"

"Lantas lo berkhayal gue bakal ngelakuin hal begituan sama lo? Jangan harap deh,gue liat lo aja ogah! Baik di sini maupun di mansion, kita tetap berjauhan. Gue yang akan tidur di sofa," jelas Angel. 

Damian tersenyum. Hih, ingin sekali Angel melemparinya bantal. Apa si yang membuat laki-laki itu tersenyum? "Biar saya yang di sofa. Saya laki-laki, nggak baik jika saya lebih milih di ranjang empuk sedang istri saya di sofa yang tidak nyaman itu," ujarnya. Angel menyunggingkan senyum. Laki-laki seperti Damian, mempunyai banyak wajah ternyata. Yang Angel tahu sekarang, Damian sedang memakai wajah munafiknya, entah di mana wajah kejam itu. Angel belum melihatnya. 

"Baguslah, makan tu pilihan lo. Gue doain encokan!"

"Bercanda kamu beda ya. Tapi saya suka. Kalau saya encokan, saya bisa minta tolong kamu buat pijitin."

"Idih, ogah." Angel melompat dari sofa, dirinya menghampiri kasur lalu membungkus diri di bawah selimut. Hal itu membuat Damian menggeleng dengan tersenyum tipis. Lucu sekali pikirnya. 

Damian berjalan, mendekat pada Angel. Membuka selimut yang menutupi wajah cantik istrinya itu. "Selamat tidur, terima kasih malam pertama untuk pernikahan kita, saya berdoa semoga kamu cepat merasakan perasaan yang sama seperti saya pada kamu. Mimpi ini." 

Angel sungguh merutuki Damian dalam hati. Berani sekali. Bahkan mengucapkan kata-kata yang membuat Angel ingin muntah. Mungkin jika Angel mencintainya juga, itu akan membuat hatinya berbunga-bunga. Namun, ini berbeda. Angel membencinya sungguh. Bahkan kata-kata Damian baru saja seperti teriakan-teriakan orang tuanya yang ingin minta Angel untuk membalaskan dendam pada Damian beserta keluarganya. 

"Selamat tidur kembali, Damian. Gue janji akan buat hidup lo hancur sama seperti apa yang udah lo lakuin." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status