Share

Dandelion
Dandelion
Penulis: Eliaria Zinnia

Bab 1 Hari Minggu yang Menyenangkan

Teman sejati dialah yang satu rasa, satu hati, dia mengerti dan ada setiap saat dikala sahabatnya dalam kesulitan dan dalam kesedihan begitu sebaliknya dengan diri kita. Walau dalam keadaan terpuruk pun kita sama-sama ada dan merasa walaupun itu hanya sepiring nasi ataukah segelas air minum dan satu hal yang terpenting arti kata teman sejati harus benar-benar mengerti keadaannya. 

Teman sejati adalah teman yang saling bisa menjaga aib dan kekurangan kita begitu juga sebaliknya kita pun harus bisa menjaga aib dia dan kekurangan dia. Mungkinkah ada  hanya orang-orang yang diberi hati bersih oleh Allah yang mampu sampai ke sifat itu. yang benar-benar tulus keluar dari hatinya dan yang benar –benar Lillahita’ala karena hanya mencari ridho-Nya Allah.

Di taman belakang SMA GARUDA tepatnya di bawah pohon jati terlihat seorang gadis yang berambut panjang sedang duduk disana sambil memainkan gitar yang di bawanya, jari-jemarinya sangat lihai sekali saat memetik senar gitar. Terdengar sangat indah dengan beberapa bait lagu yang ia lantunkan lagu itu tidak asing kedengarannya. Ya, itu lagu Pasha Ungu yang berjudul “Cinta Sendiri”, gadis itu sepertinya penggemar dari Pasha Ungu atau hanya firasat saja. Zain putuskan untuk menghampirinya dari dekat tanpa mengganggunya bermain, Zain berada tepat di belakangnya tanpa ia sadari tiba-tiba suara seseorang dari belakang mengejutkannya terdengar cempreng sekali suara itu sepertinya tidak asing untuk Zain, 

“Zain….!!! Zain….!!!! Zainnn….!!!! teriaknya. Gadis itu berlari setelah mendengar suara orang lain datang dan ia sama sekali tidak menyadari kalau Zain berada di belakangnya. Perlahan- lahan bayangan gadis itu menghilang entah kemana. 

“Zain…. !! Bangun sekarang sudah jam tujuh. Zain…!!”kata Ziad membangunkan Zain. Zain masih saja tenggelam dalam mimpinya mengejar gadis itu. Ziad yang sudah geram karena Zain tidak bangun akhirnya memutuskan mengambil air seember dan menyiram Zain agar terbangun.

Byurrrr….!!!! Zain terperanjat dari tempat tidur sambil berteriak-teriak sambil membawa bantalnya berlarian ke luar kamar.

“Haaaa…banjir…banjir !!! tolong…..!!!” teriak Zain panik 

“Woyyy….kamu mau kemana?” tanya Ziad sambil berkacak pinggang. Langkah Zain terhenti, ia melihat disekelilingnya yang ternyata masih aman-aman saja.

“Terus kalau bukan banjir, kenapa aku jadi basah kuyup begini."Zain menoleh ke belakang dan melihat Ziad yang mengembalikan ember ke dalam kamar mandi. 

“Oh…jadi kamu yang mengerjai aku hah..” Zain lalu menyikut sahabatnya itu karena sangat kesal sekali di permainkan olehnya.

“Ampun…ampun…lagian kamu gak bangun-bangun makanya itu cara satu-satunya dengan mengguyurkan air,” kata Ziad. Zain melepaskan Ziad lalu mengganti pakaiannya yang basah kuyup.

“By the way, kenapa kamu datang ke rumahku pagi-pagi begini?” tanya Zain dari kamar mandi.

“Kamu gak lihat apa penampilanku yang kece badai maksimal,” kata Ziad sambil bergaya kayak artis papan atas. Zain keluar dari kamar mandi dan melihat Ziad menggunakan seragam batik sekolah itu merupakan seragam sekolah mereka yang dipakai pada hari sabtu.

“Woyyy….kamu lupa ya kalau hari ini adalah hari minggu.”

“Hah….hari minggu? OMG HELLOW kok bisa hari minggu mundur sih,” kata Ziad mengikuti gaya Sisi dalam film GGS.

“Bukan harinya yang mundur tapi otak kamu yang mundur,” kata Zain meledek. 

“Ah…masa sih? perasaan otakku masih stay aja tuh di dalam,” kata Ziad dengan polosnya.

“Hadeh ni bocah, dulu ibunya ngidam apaan ya sampai-sampai lahirin anak kayak gini,” gerutu si Zain. 

“Hah…tadi kamu ngomong apa?” tanya Ziad melihat mulut temannya yang komat kamit kayak mbah dukun.

“Terus sekarang kamu mau ngapain, sekarang kan libur.”  

“Hmmmmm….kalau gitu aku pulang aja deh. Byye bye.” 

“Hah cuma gitu doang, dia gak merasa bersalah sama sekali dia udah gangguin mimpi orang terus buat aku basah kuyup dan sekarang main pergi aja.” 

Zain membereskan kamarnya dan keluar rumah untuk menghirup udara segar di pagi hari, meski pun terlahir dari keluarga kaya. Zain tetaplah sederhana, dermawan dan mandiri, tidak seperti kebanyakan anak orang kaya yang selalu berfoya-foya menghabiskan uang orang tuanya. Zain berlari-lari santai dengan jaket dan celana olahraga yang dipakai membuat penampilannya keren belum lagi earphone yang ia selalu gunakan setiap hari untuk mendengar beberapa lagu Ungu, tidak sedikit gadis-gadis yang ia lewati menyapanya tetapi ia tidak menggubris. Setelah beberapa jam berlarian Zain beristirahat di taman dan membeli sebotol minuman floridina yang dingin, terlihat olehnya seorang laki-laki yang berkaca mata dengan memakai sweater putih yang sedang membaca buku sambil memdengarkan lagu. Zain sepertinya mengenali orang itu lalu meghampirinya, ternyata memang benar itu adalah salah satu sahabatnya namanya Zian.

“Hai Zian..!” tegur Zain sambil menepuk pundaknya. 

“Hai…tumben banget kamu lari pagi, biasanya kalau libur kamu tidur sampai siang,” kata Zian pada Zain.

“Hmmmm…aku harus bagaimana lagi,” kata Zain dengan nada sedikit kecewa.

“Jangan bilang kalau Ziad lagi-lagi bangunin kamu dan dia lupa kalau hari ini adalah hari minggu..” tebak Zian.

“Bingo….” kata Zain membenarkan

“Hmmmm…sabar aja. Dia kan emang kayak gitu orangnya,” kata Zian bijak. Ponsel Zain mulai berdering, sebuah pesan masuk dari Ziad.

“Nah…ni dia orang yang kita omongin,”

“Apa katanya?”

“Dia nanyak kalau aku lagi di mana,”

“Kasih tahu kalau kita berdua ada di taman.”

“Ok..” jawab Zain. 

Mendengar kabar Zain dan Zian ada di taman Ziad bergegas pergi ke taman dengan kecepatan penuh seperti Ying dalam film Boboiboy. Ziad akhirnya sampai dan melihat dua sahabatnya itu tengah makan beberapa tusuk batagor yang mereka beli dari toko sebelah. 

“Tega banget kalian berdua makan batagor nggak ngajak. Inikah yang namanya sahabat sejati. Aku tidak percaya kalian...” belum saja ucapan Ziad selesai Zian langsung mengambil satu tusuk batagor dan menyumpalkannya ke mulut Ziad dengan sigap. 

“Dah..dah gak usah banyak drama nih makan,”

“Ummm…arghkkk..  uhuk ..uhukk….kau ini apa-apain sih Zain,”perbuatan Zain membuat Ziad tersedak dengan bijaknya Zian memberikan minuman yang ia beli tadi saat membeli batagor. 

“Terima kasih Zian.”

“Sama-sama.”

Tiga sekawan itu dikenal dengan sebutan 3Z (Three Z), mereka bertiga bersahabat sejak kecil keluarga mereka sangat dekat sekali, apalagi Zian dan Zain adalah saudara sepupu. Mereka bertemu sejak SD waktu itu Zian dan Zain baru pindah sekolah dan orang yang pertama kali mereka kenal adalah Ziad karena ayah Ziad sahabat dekat kedua orang tua Zian dan Zain. Ziad juga sebelumnya sudah tahu kalau Zian dan Zain akan bersekolah di tempat yang sama dengan dirinya karena orang tuanya sudah memberi tahu hal tersebut. Sejak saat itu mereka bertiga selalu bersama hingga saat ini. Persahabatan mereka cukup terkenal diantara para gadis karena mereka bertiga memiliki wajah yang sangat tampan, jenius dan keren, tetapi karakter mereka bertiga berbeda Zain orang yang sangat ramah, humoris, jago juga man gitar dan suka bermain basket, Zian orang yang calm, suka baca buku, suka main gitar dan mendengarkan lagu dan tidak banyak bicara sedangkan yang terakhir Ziad orang yang paling kocak, ceria, ramah, suka main game dan yang paling parah mellow drama banget. Namun perbedaan itu bisa menutupi kekurangan mereka satu sama lain. Mereka bertiga bersenang-senang menikmati liburan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status