Ntah bagaimana aku bisa mempunyai kekuatan untuk membawa daging singa yang cukup banyak dengan satu tangan sambil menggendong Frie pada tangan kiri
"huuh! ternyata aku kuat" ucapku dengan optimis.
"tunggulah sebentar Frie, aku akan membuat sup daging untuk sarapan hari ini"
Frie duduk manis sambil melihatku menyalakan kembali api unggun "da.. da.. da.." itulah ucapnya saat melihatku. Aku tersenyum dan api pun menyala.
Setelah itu aku memangku Frie menuju tenda
"tunggulah di tenda ini sebentar ya, aku akan memetik beberapa bahan untuk membuat sup di hutan, ingat! jadilah anak yang baik" peringatku pada anak kecil yang berumur 1 tahunan.
Aku lantas bergegas menuju tempat daging singa tadi untuk membawa sisa dagingnya tapi kulihat daging itu sedang dimakan oleh hewan hewan hutan. Aku sempat akan mengusir mereka tapi mengingat bahwa daging itu juga diberikan oleh rusa, langkahku terhenti dan memutuskan untuk mencari pelengkap untuk sup saja.
Jamur garam, herbal, dan juga sekantung air. Hanya itu yang kudapat dari hutan ini.
"yosh! segini juga cukup, saatnya pergi menuju tenda."
Aku berlari menuju tenda dan melihat seseorang sedang menggedong anak kecil? Tidak! itu Frie. Aku mempercepat langkahku dan mengambil Frie darinya seperti mengambil permen dari anak kecil. (Sie suka mencuri permen dari anak kecil di kotanya dengan cara seperti itu waktu umurnya 12 tahun)
Orang yang menggendong Frie langsung memasang kuda kuda menyerang sambil mengarahkan pisau kecil pada Sie.
"apa maumu?!" aku dan dia menanyakan hal ini bersamaan dan dia terlihat merendahkan status ke waspadaannya dan mulai mengangkat tangannya.
Aku masih waspada terhadap nya dan pria itu berkata "tenanglah nona! apa kau ibu dari anak itu?" Aku mulai menenangkan diri dan menjawab pertanyaan dari pria itu "kalau memang benar apa maumu?."
Situasi mulai tenang saat pria itu menceritakan apa yang terjadi, dia bilang bahwa barusan Frie mendekati api unggun dan kebetulan dia melewati tempat itu dalam perjalanannya. Aku meminta maaf kepadanya saat itu juga sambil bersujud, dia terlihat menolak sujud dariku dan menyuruhku untuk kembali tegak.
Aku pun menceritakan apa yang terjadi padaku hari ini dan aku menawarkannya untuk makan bersama. Dia menerima tawaran dariku "memangnya kau akan memasak apa Sie?" "aku akan memasak sup daging singa" aku menjawabnya dengan muka percaya diri
"wow! aku tak pernah memakan sup daging dari daging singa sebelumnya, apalagi kau bilang tadi seekor rusa yang membagi jatah makannya kepada mu! alam bebas sungguh mengasyikan! aku benar benar tak sabar mencobanya" Trev menjawabnya dengan penuh semangat.
"beneran kamu belum pernah makan daging singa sebelumnya? padahal itu adalah daging paling murah di pasaran? memangnya sebelum memulai perjalanan ini daging apa yang biasa kau makan?" tanyaku pada Trev
"aku sebelum sebelumnya memakan daging sapi super premium dari peternak yang sering menyuplai makanan kepada kerajaan dan bangsa-" ucapan Trev terhenti karena sepertinya dia melihatku memerhatikan nya dengan memasang wajah tak percaya.
"...."
"....."
"........"
Panci yang dibuat untuk memasak sup mendidih dan airnya keluar, membuat api yang digunakan padam dan aku menyalakan apinya kembali dan berbicara pada Trev.
"hooooh keluarga kerajaan toh" aku mengucakpan hal ini dengan nada datar
Muka Trev terlihat tak kuasa menahan rasa canggung ini dan mulutnya mulai berkata.
"baiklah baiklah, aku adalah seorang pangeran dari kerajaan di Tenggara sana, aku melarikan diri karena aku menyukai hal hal yang berhubungan dengan petualangan. Sudah beberapa bulan setelah aku lepas dari pencarian pasukan kerajaan dan sekarang aku sedang menuju Rean" ucap Trev
Pandanganku teralihkan pada Trev dan mendekati wajahnya hingga hampir berciuman. Trev terlihat memalingkan matanya dan berkata sambil mendorong ku menjauhkan tubuhku dari sana "hei ada apa denganmu! kita baru saja dalam keadaan saling ingin membunuh," aku tak tahu apa maksudnya tapi aku menjawab "apa yang kau maksudkan? aku hanya tertarik pada nama kota tujuanmu tadi! Rean! apakah kau tahu kemana arah menuju sana? ayolah cepat katakan padaku."
Aku mundur dan duduk tak jauh dengan Trev dengan pose mendengarkan seperti anak kecil dengan kedua tangan di tengah. "ehm... sebelum membahasnya aku mau bertanya apa hubunganmu dengan Rean" tanya Trev demikian, aku menjawabnya dengan spontan "aku adalah seorang penyihir dari Rean dan aku tersesat disini."
Trev melihat sekeliling ku dan memasang wajah kecewa "buuzz, kau berbohong padaku, seorang penyihir Rean akan diizinkan mengembara ketika melewati ujian penyihir dan mempunyai topi penyihir yang tak pernah lepas bilang dia bepergian." Aku memalingkan wajah ke kiri dan memasang wajah kecut dan bergumam "cih gagal ya"
Aku kembali berpose seperti tadi dan menjawab dengan benar "aku adalah orang yang lahir di kota yang ada di dekat Rean, tapi aku juga mempunyai teman seorang penyihir dari sana dan juga aku pernah bekerja disana selama 4 tahun."
Trev memperhatikan lagi dan sepertinya dia percaya padaku, "hmm baiklah, jadi kau menanyakan soal arah menuju Rean? padahal kau hanya tinggal melewati jejak langkah yang kau lewati untuk kembali ke tempat awalmu."
Aku menjelaskan semua yang terjadi pada Trev dari awal lagi dia terlihat memperhatikan dengan seksama. "oke oke, sekarang aku mengerti keadaanmu, dari yang kau katakan sepertinya kau terbawa oleh angin tenggara yang sungguh langka terja-" ntah mengapa Trev menghentikan obrolannya padahal aku hanya bersemangat setelah mendengar kata langka.
"ehm, tapi aku tak menyangka sekte pemuja .... (disini Trev berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti) mulai bergerak, sepertinya tak lama lagi kota kami juga akan menjadi sasaran mereka maka kami harus menyiapkan pertahanan yang lebih ketat dan lebih waspada kepada orang yang memakai tudung bla.. bla.. bla.." Trev terlihat sangat fokus membicarakan sekte pemuja sesuatu itu dan bersiul sangat kencang (sepertinya dia memanggil semacam burung) dan datanglah burung yang entah datang dari mana.
"apa kau mempunyai sesuatu untuk menulis pada kertas?" aku menggelengkan kepala dan dia berkata "oh baiklah kalau begitu" setelah itu dia mengeluarkan jarum yg dia bawa pada perlengkapan nya dan melubangi kertas yang dibawa burung dengan teratur "sedang apa kau?" tanyaku pada Trev tapi dia mengabaikan ku dan fokus pada kertas yang sedang dia lubangi.
"baiklah sudah! kau boleh pergi" Trev meletakkan kertas pada kantung kecil yang dibawa burung dan menyuruhnya pergi dan terbanglah burung itu menuju tenggara. Aku sudah menyiapkan sup yang sudah matang dan menyuruh Trev untuk segera makan "cepatlah makan!" dia terlihat lega dan menuju ke arahku sambil berkata "baiklah!."
"kau masih berbohong kepadaku! ucapkan kebenarannya, jika kau kabur itu mana mungkin kau peduli pada negerimu" Trev menghentikan suapan nya dan menjawab pertanyaan ku "baiklah baiklah, sebenarnya aku tak kabur tapi kabur kau tahu? masalah keluarga, ini hal yang rumit tapi jika kau juga tetap ingin mengetahui nya akan ku beri tahu padamu""kenapa tidak? ayo lanjutkan" jawabkuTrev menghela nafas dan berkata "wanita itu benar benar merepotkan" "baiklah aku hanya akan menceritakan nya sekali dan tak ada pertanyaan oke?" aku mengangguk sekencang kencangnya.Frie kembali tidur setelah aku menyuapinya saat Trev sibuk menulis surat jadi percakapan ini takkan terganggu oleh siapapun."aku sedari kecil sangat menyukai alam dan selalu menjelajah tanpa henti (awal yang klasik XD) hingga orang orang disekitar kerajaan menganggapku sebagai budak yang diberikan kebebasan oleh raja, memang ayahku tak pe
Sudah satu hari kami berjalan tapi kami belum melihat tanda tanda dari kota tempat aku menemukan Rean "haah, benar kata orang tua kalau perjalanan pulang itu lebih lama daripada saat kau pergi" ucapku sambil menghela nafas.Trev melihat ke arahku dan bertanya "hmm? apa yang kau katakan?""tak ada, tak usah perhatikan aku" ucapku menjawab pertanyaan TrevTrev mengangkat bahu kanannya dan berkata "oh oke""........""........""........"Karena perjalanan ini terlalu membosankan, aku pun mengajak Trev berbicara "hei Trev, apakah kau percaya tahayul?""hmm tidak, tapi juga bisa dibilang percaya karena dunia ini luas lalu yang mengetahui kebenaran toh cuma baru satu orang, jadi siapa tahu?" jawabnya"ooh begitu, apakah kau kira dalam perjalanan kita nanti akan bertemu dengan raksasa, atau yang lainnya?" aku bertanya lagi padanya untuk mengisi kejenuhan"yaa mungkin saja? bahkan dari yang kubaca pada buku catatannya, D
"Hei ada apa Sie? kau terlihat pucat setelah bangun tidur" Trev bertanya saat aku bangun dari tidurku, aku sungguh kebingungan dan berucap dalam hati 'eh ada apa ini? kenapa aku tiba tiba berada disini? apa yang terjadi?'"uuhm, dimana kita?" itulah ucapan pertamaku selepas bangun."apa maksudmu? kau tidur 1 jam lalu dan melupakan tujuan kita, hahaha itu benar benar lucu Sie kau benar benar ahlinya dalam bercanda" ucap Trev.Aku sedikit merenungkan kembali apa yang baru saja terjadi dan aku terdiam sebentar. Trev terlihat membiarkanku untuk merenung dan menuju ke tempat duduk supir kereta naga."ahh! benar, sudah beberapa tahun sejak saat itu! bagaimana aku bisa melupakannya!" aku berteriak dan membangunkan Shele yang langsung menangis dipangkuankuAku menenangkannya "cup cup anak mama, tenanglah tak ada apa apa, maafkan mama terlalu berisik"Anak ini adalah
Dia memakai baju putih terdapat garis merah pola menyilang pada dadanya dan sepertinya pada bagian belakang juga terdapat garis yang sama.Itu adalah sebuah seragam, tapi organisasi macam apa yang bisa membuat ilusi sebesar kota dan mengacaukan pikiran seseorang?"a... pa... yang.. kau mau" aku berbicara terbata bata dengan tubuh lemas yang entah bagaimana bisa terjadi secara mendadak."ayolah ini hanyalah D tingkat 3 kau tadi bilang kalau kau lebih kuat dari pria tadi, maka kuberikan kau tingkat yang lebih sulit dan kau sudah lemas begitu saja?" dia berbicara dengan angkuh, pasti tak ada orang yang menyukai orang sepertinya.Aku menghela nafas yang sangat berat dan mencoba untuk bangkit sedikit demi sedikit. Ini sangat menyakitkan kulitku seperti tertarik oleh tanah dan organ di dalam kulit memaksa untuk naik.Terus memaksakan untuk berdiri namun terdengar suara sobekan kulit dari punggungku aku merintih kesakitan tapi tetap memaksa untuk berdiri.
Sangat terang disini aku tak bisa membuka mataku, aku yakin bila aku membuka mataku, itu akan rusak seketika.Aku bingung dengan semua suara yang menyuruhku untuk menukar, aku tak bisa memutuskan apapun bila mataku tertutup.Aku membuka mataku secara perlahan dan tetap saja itu tak membuatku bisa membuka mataku, ini sungguh beresiko tapi suara di dekatku semakin menggelegar dan membuat gendang telingaku seperti akan pecah.Ini sungguh menyakitkan! mau tak mau aku hanya mempunyai pilihan selain membuka mata."Baiklah dalam hitungan ketiga aku akan membuka mataku dan memutuskan apa yang akan kulakukan berikut!" aku berteriak menegur suara suara yang semakin lama semakin mengeras."tukar! tukar! tukar!""1...." aku mulai berhitung"tukar! tukar! tukar!""2...." hitungan kedua"tukar! tukar! tukar!""3!"Aku membuka mataku langsung dan melihat langsung kepada asal cahaya ini langsung namun apa ini?"hei
Aku berjalan menuju siluet bayi yang ada di depanku"....""hei Trev cepatlah kemari!""...."Aku terus berlari, berlari, dan berlari dengan kakiku yang sedikit pincang."....."Berlari, lari, lari, dan berjalan, makin lambat, lambat dan tiba tiba aku tak bisa menahan keseimbangan ku."...."Aku merangkak demi mencapai siluet itu, rangkak, rangkak, rangkak dan berhenti.Berdiri sambil menutup muka untuk mengejutkan bayi kecil yang telah mengalami masa masa yang sulit, ini sungguh susah tak seperti diriku yang biasanya hehehe.Aku sangat kesulitan untuk bisa kesini, tapi akhirnya aku sampai, "tak ada yang perlu ditakutkan bayi kecil" aku mengucapkan hal itu sengaja untuk meredakan ketakutan si bayi."ciiiiiii....." aku mulai memainkan mantra yang disukai anak kecil"luuuuuk....""....." aku menghela nafas sesaat karena sangat susah untuk bisa mencapai sini."......""....."
Suasana masih belum stabil, aku belum sempat menanyakan apa yang terjadi saat aku 'mati' dan bagaimana keadaan orang itu.Kita masih berjalan tanpa tujuan tapi tujuan kita saat ini adalah kota terdekat, arah yang kita tuju adalah keluar dari gurun pasir ini dan berjalan kembali, ini perjalanan yang berat bahkan sudah 2 hari pun kami belum mencapai daratan dengan pohon satupun.Air persediaan sudah habis, makanan tersisa sedikit dan kita tak yakin bisa keluar dari sini dengan selamat.Saat ini aku hanya berharap bisa memakan buah apel yang ukurannya besar dan berendam dalam air sejuk tanpa ada yang mengganggu."Sudah Trev cukup disini saja, jika kau tak kuat tinggalkanlah aku dan bertahanlah hidup dan jadilah raja" ucapku pada Trev dengan niat bercandaTrev memasang senyum pada wajahnya, lalu berlari sejauh mungkin ke depan sampai tak terlihat oleh mataku."hei! itu tidak adil!" aku berlari dengan pincang mengejar Trev yang berlari cepat di d
Aku terbangun dari tenda dan pergi keluar, diluar aku melihat Trev yang masih tertidur di dekat api unggun yang kami buat kemarin.Aku menguap dengan sangat panjang dan membuat Trev yang tertidur ikut terbangun"hoaaaaaaaaaaaaaam pagi" ucapku sambil menguap"pagi" jawab Trev sambil menggosok matanya"aku akan pergi menuju ke sungai kemarin sore, lemparkan wadah air itu! aku akan mengisinya sekarang supaya nanti tak usah bolak balik dan langsung berangkat" ucapku pada Trev yang tertidur di dekat wadah air."nih!" ucapnya sambil melemparkan beberapa wadah air.Hup!Aku menangkap semua wadah air itu dan lekas pergi menuju sungai.Disini sangat sejuk saat pagi hari, namun sangan dingin saat malam hari aku sampai terbangun beberapa kali dan keluar dari tenda untuk menyelimuti Trev dengan kain seadanya.