Share

Bab 8 : Pangeran Kerajaan

Ntah bagaimana aku bisa mempunyai kekuatan untuk membawa daging singa yang cukup banyak dengan satu tangan sambil menggendong Frie pada tangan kiri

"huuh! ternyata aku kuat" ucapku dengan optimis.

"tunggulah sebentar Frie, aku akan membuat sup daging untuk sarapan hari ini"

Frie duduk manis sambil melihatku menyalakan kembali api unggun "da.. da.. da.." itulah ucapnya saat melihatku. Aku tersenyum dan api pun menyala.

Setelah itu aku memangku Frie menuju tenda

"tunggulah di tenda ini sebentar ya, aku akan memetik beberapa bahan untuk membuat sup di hutan, ingat! jadilah anak yang baik" peringatku pada anak kecil yang berumur 1 tahunan.

Aku lantas bergegas menuju tempat daging singa tadi untuk membawa sisa dagingnya tapi kulihat daging itu sedang dimakan oleh hewan hewan hutan. Aku sempat akan mengusir mereka tapi mengingat bahwa daging itu juga diberikan oleh rusa, langkahku terhenti dan memutuskan untuk mencari pelengkap untuk sup saja.

Jamur garam, herbal, dan juga sekantung air. Hanya itu yang kudapat dari hutan ini.

"yosh! segini juga cukup, saatnya pergi menuju tenda."

Aku berlari menuju tenda dan melihat seseorang sedang menggedong anak kecil? Tidak! itu Frie. Aku mempercepat langkahku dan mengambil Frie darinya seperti mengambil permen dari anak kecil. (Sie suka mencuri permen dari anak kecil di kotanya dengan cara seperti itu waktu umurnya 12 tahun)

Orang yang menggendong Frie langsung memasang kuda kuda menyerang sambil mengarahkan pisau kecil pada Sie.

"apa maumu?!" aku dan dia menanyakan hal ini bersamaan dan dia terlihat merendahkan status ke waspadaannya dan mulai mengangkat tangannya.

Aku masih waspada terhadap nya dan pria itu berkata "tenanglah nona! apa kau ibu dari anak itu?" Aku mulai menenangkan diri dan menjawab pertanyaan dari pria itu "kalau memang benar apa maumu?."

Situasi mulai tenang saat pria itu menceritakan apa yang terjadi, dia bilang bahwa barusan Frie mendekati api unggun dan kebetulan dia melewati tempat itu dalam perjalanannya. Aku meminta maaf kepadanya saat itu juga sambil bersujud, dia terlihat menolak sujud dariku dan menyuruhku untuk kembali tegak.

Aku pun menceritakan apa yang terjadi padaku hari ini dan aku menawarkannya untuk makan bersama. Dia menerima tawaran dariku "memangnya kau akan memasak apa Sie?" "aku akan memasak sup daging singa" aku menjawabnya dengan muka percaya diri 

"wow! aku tak pernah memakan sup daging dari daging singa sebelumnya, apalagi kau bilang tadi seekor rusa yang membagi jatah makannya kepada mu! alam bebas sungguh mengasyikan! aku benar benar tak sabar mencobanya" Trev menjawabnya dengan penuh semangat.

"beneran kamu belum pernah makan daging singa sebelumnya? padahal itu adalah daging paling murah di pasaran? memangnya sebelum memulai perjalanan ini daging apa yang biasa kau makan?" tanyaku pada Trev

"aku sebelum sebelumnya memakan daging sapi super premium dari peternak yang sering menyuplai makanan kepada kerajaan dan bangsa-" ucapan Trev terhenti karena sepertinya dia melihatku memerhatikan nya dengan memasang wajah tak percaya.

"...."

"....."

"........"

Panci yang dibuat untuk memasak sup mendidih dan airnya keluar, membuat api yang digunakan padam dan aku menyalakan apinya kembali dan berbicara pada Trev.

"hooooh keluarga kerajaan toh" aku mengucakpan hal ini dengan nada datar

Muka Trev terlihat tak kuasa menahan rasa canggung ini dan mulutnya mulai berkata.

"baiklah baiklah, aku adalah seorang pangeran dari kerajaan di Tenggara sana, aku melarikan diri karena aku menyukai hal hal yang berhubungan dengan petualangan. Sudah beberapa bulan setelah aku lepas dari pencarian pasukan kerajaan dan sekarang aku sedang menuju Rean" ucap Trev

Pandanganku teralihkan pada Trev dan mendekati wajahnya hingga hampir berciuman. Trev terlihat memalingkan matanya dan berkata sambil mendorong ku menjauhkan tubuhku dari sana "hei ada apa denganmu! kita baru saja dalam keadaan saling ingin membunuh," aku tak tahu apa maksudnya tapi aku menjawab "apa yang kau maksudkan? aku hanya tertarik pada nama kota tujuanmu tadi! Rean! apakah kau tahu kemana arah menuju sana? ayolah cepat katakan padaku."

Aku mundur dan duduk tak jauh dengan Trev dengan pose mendengarkan seperti anak kecil dengan kedua tangan di tengah. "ehm... sebelum membahasnya aku mau bertanya apa hubunganmu dengan Rean" tanya Trev demikian, aku menjawabnya dengan spontan "aku adalah seorang penyihir dari Rean dan aku tersesat disini."

Trev melihat sekeliling ku dan memasang wajah kecewa "buuzz, kau berbohong padaku, seorang penyihir Rean akan diizinkan mengembara ketika melewati ujian penyihir dan mempunyai topi penyihir yang tak pernah lepas bilang dia bepergian." Aku memalingkan wajah ke kiri dan memasang wajah kecut dan bergumam "cih gagal ya" 

Aku kembali berpose seperti tadi dan menjawab dengan benar "aku adalah orang yang lahir di kota yang ada di dekat Rean, tapi aku juga mempunyai teman seorang penyihir dari sana dan juga aku pernah bekerja disana selama 4 tahun."

Trev memperhatikan lagi dan sepertinya dia percaya padaku, "hmm baiklah, jadi kau menanyakan soal arah menuju Rean? padahal kau hanya tinggal melewati jejak langkah yang kau lewati untuk kembali ke tempat awalmu."

Aku menjelaskan semua yang terjadi pada Trev dari awal lagi dia terlihat memperhatikan dengan seksama. "oke oke, sekarang aku mengerti keadaanmu, dari yang kau katakan sepertinya kau terbawa oleh angin tenggara yang sungguh langka terja-" ntah mengapa Trev menghentikan obrolannya padahal aku hanya bersemangat setelah mendengar kata langka.

"ehm, tapi aku tak menyangka sekte pemuja .... (disini Trev berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti) mulai bergerak, sepertinya tak lama lagi kota kami juga akan menjadi sasaran mereka maka kami harus menyiapkan pertahanan yang lebih ketat dan lebih waspada kepada orang yang memakai tudung bla.. bla.. bla.." Trev terlihat sangat fokus membicarakan sekte pemuja sesuatu itu dan bersiul sangat kencang (sepertinya dia memanggil semacam burung) dan datanglah burung yang entah datang dari mana.

"apa kau mempunyai sesuatu untuk menulis pada kertas?" aku menggelengkan kepala dan dia berkata "oh baiklah kalau begitu" setelah itu dia mengeluarkan jarum yg dia bawa pada perlengkapan nya dan melubangi kertas yang dibawa burung dengan teratur "sedang apa kau?" tanyaku pada Trev tapi dia mengabaikan ku dan fokus pada kertas yang sedang dia lubangi.

"baiklah sudah! kau boleh pergi" Trev meletakkan kertas pada kantung kecil yang dibawa burung dan menyuruhnya pergi dan terbanglah burung itu menuju tenggara. Aku sudah menyiapkan sup yang sudah matang dan menyuruh Trev untuk segera makan "cepatlah makan!" dia terlihat lega dan menuju ke arahku sambil berkata "baiklah!."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status