Share

02 | Daniel

DANIEL memejamkan mata. "Mungkin, aku sedikit berlebihan."

Dia membuka pintu unit apartemennya. Aroma asing lantas membuatnya mengernyit. Dia melirik pintu dan mendapati engselnya telah bergeser dari tempat asalnya.

Matanya menatap waspada. Daniel menelisir sekitar ruangan dan sosok pria bermata sipit dengan seragam kebanggaannya terlihat oleh netra birunya. Daniel menghela napas kasar, matanya memejam.

"Kau berlebihan, Shin."

"Hm."

Shinji Akira, salah seorang petinggi kepolisian di Akita. Lelaki berusia tiga puluh tahun yang terkenal dengan prestasi hebatnya dalam memecahkan masalah. Otaknya yang licik, cenderung manipulatif, dan ia tanpa ragu melakukan pekerjaan kotor jika diperlukan, membuatnya menjadi salah satu sosok paling menakutkan di sana.

"Aku kemari untuk mengorek semua informasi yang kau miliki, Pangeran."

Daniel mendengkus, kakinya melangkah melewati Shinji dan segera masuk ke kamarnya.

"Terlebih lagi, kenapa seorang bangsawan sepertimu berada di tempat seperti ini? Jika kau mau, kau bisa tinggal di mansionku."

Daniel berhenti, kepalanya menoleh. "Adakah hubungan tempat tinggalku dengan kasus yang meneror Jepang selama dua minggu terakhir?"

Shinji terkekeh. "Rieki akan kemari sebentar lagi, siap-siaplah, aku memerlukan semua informasi darimu."

Daniel mendengkus. "Sebelum itu, aku punya satu pertanyaan untukmu."

"Hm?"

"Apa kau percaya, kalau vampir ada di dunia ini?"

****

Terdengar seperti lelucon, tapi makhluk abadi itu memang benar-benar ada di dunia ini. Makhluk itulah yang meneror Jepang selama dua minggu terakhir.

Membunuh kerumunan masyarakat dengan cara menusuk jantung mereka dan berikutnya menggigit leher korbannya untuk memuaskan dahaga. Entah ada berapa banyak vampir yang meneror Jepang, karena lokasinya selalu berpindah-pindah setiap malam dan tidak hanya satu.

Namun, Daniel tahu satu hal.

Satu-satunya vampir yang menjadi dalang semua ini adalah sepupunya sendiri.

Karena hanya mereka-kaum otoritas tertinggi atau kaum bangsawan-yang bisa mengubah manusia menjadi vampir kelas rendahan. Vampir yang hanya mengikuti nafsunya untuk meminum darah dan membunuh manusia.

Dan jelas, sangat tidak mungkin sepupunya itu mau melakukan tindakan rendah seperti itu. Belum lagi, lokasi tempat kejadian perkara yang menyebar di seluruh Jepang tidak akan bisa dilakukan oleh satu orang. Walaupun dia memiliki kemampuan untuk berpindah tempat layaknya kabut, tapi semua itu jelas mustahil.

Daniel menghela napas kasar.

Kedatangannya ke Jepang semata-mata hanya karena ia ingin jalan-jalan. Hidup abadi di dunia rusak memang sangat membosankan. Dia berpindah-pindah tempat untuk mengusir kebosanan, sebelum ia kembali ke London dan hidup di ruang bawah tanah yang menyebalkan.

"Bagaimana, apakah temanmu sudah-"

Daniel menutup mulut saat melihat Alin berada di sana. Dia sedang berbicara dengan Shinji dan seorang perempuan manis berambut hitam panjang. Di sebelahnya lagi, ada seorang pria dengan setelan casual mengenakan topi berwarna hitam.

"Wuah, jadi kau benar-benar Yuki Akira si detektif muda terkenal itu?"

Nada bicara yang berlebihan. Alin memang memiliki sifat demikian, tapi hal itulah yang membuat Daniel nyaman di sana. Wanita itu tidak merasakan seberapa bahayanya pria sepertinya. Bahkan, setelah Daniel mengusiknya, memasuki wilayah teritorialnya, Alin tidak marah, tidak juga menjaga jarak darinya.

Gadis manis di sebelah Shinji itu tersenyum. Yuki Akira, umurnya masih muda, tapi otaknya di atas rata-rata. Namanya terkenal setelah menyelesaikan banyak kasus dengan membantu Shinji. Walaupun Daniel tahu, Shinji tidak butuh bantuan apa pun dari bocah ingusan satu itu.

"Iya, aku kemari untuk ikut mendengarkan penjelasan dari kata-kata Tuan Daniel."

Daniel dibuat mendengkus, matanya melirik laki-laki bertopi yang kini memegangi pena.

Dia pasti Rieki, tapi kenapa Yuki bisa ikut berada di sini?

Daniel menatap Shinji tajam, tanpa banyak berkata, Shinji memahami maksud isyaratnya.

"Bagaimana kalau kalian berdua keluar dari sini?" usirnya dengan nada tegas tak terbantahkan.

"Eh, tidak mau! Aku ke sini, karena aku yang akan menyelesaikan teror ini!"

Alin ikut mengangguk-angguk. "Dan aku juga!" tambahnya. "Sebagai korban yang menjadi ternak, eh, salah. Intinya, aku ingin tahu apa masalah sebenarnya di negara ini sampai aku tidak bisa pulang!"

Daniel mendengkus. "Kalian berdua keluar."

Alin berdiri, dia mendekati Daniel dan menunjuk-nunjuk wajah tampan itu dengan jari telunjuk. "Kau pasti tahu sesuatu, kan? Pak Polisi rendahan? Ayo cepat katakan! Kalau kau tidak tahu apa pun, harusnya mereka takkan mengejarmu sampai ke sini, kan?"

Daniel menatap Alin tanpa ekspresi. Bukannya ia tidak ingin memberikan informasi padanya, hanya saja, Daniel tidak siap, jika Alin sampai takut padanya.

Dia tidak mau kehilangan teman menyenangkan seperti wanita di hadapannya ini.

Sedangkan Shinji tampak mengernyit, begitu pula dua orang di sebelahnya. "Polisi rendahan?" ulang mereka serempak.

Shinji menghela napas kasar. "Yuki, bawa dia keluar."

"Tapi, Onii-chan, aku-"

"Dengarkan kata-kataku kalau kau masih mau mengikuti perkembangan kasus ini." Shinji menatap Yuki tajam, hanya ini yang ia bisa untuk sekarang. Setelah dua orang perempuan itu pergi, dapat dipastikan, dia akan mencecar Daniel dengan seribu pertanyaan.

Yuki menghela napas. Dia memasang senyum terbaiknya saat berdiri, kakinya melangkah mendekati Alin.

"Onee-chan, mari kita keluar dan biarkan orang-orang tua ini menyelesaikan masalah." Yuki tersenyum semringah.

"Tapi, aku ingin ikut menyelesaikan masalah juga!"

"Aku berjanji, aku akan mengabulkan semua permintaanmu, kalau Onee-chan mau keluar dari sini. Kita hanya akan mengganggu jika terus di sini." Yuki tersenyum tipis. "Onee-chan mau masalah ini cepat selesai, kan? Jadi, bekerja samalah!"

Dengan berat hati, Alin mengikuti Yuki keluar dari sana.

Shinji langsung menatap tajam Daniel. "Polisi rendahan?"

"Akan kuceritakan nanti. Jadi, Rieki, kau akan mencatat semuanya, kan?" Daniel lantas mengernyit saat melihat pemuda bertopi hitam itu seperti sedang kehilangan separuh nyawanya.

"Aku ... sudah tua?" tanyanya, dengan nada syok yang berlebihan.

Shinji menghela napas dan menghantam kepala Rieki dengan cukup keras. "Sadar, apa tujuanmu kemari!" Shinji kembali menatap Daniel. "Jadi, apa saja yang kau tahu, salah satu Bangsawan dari London yang tersasar di Jepang dan berpura-pura menjadi seorang polisi rendahan?"

Daniel memejamkan mata, senyuman di bibirnya tidak memiliki makna. Kemudian, matanya terbuka, menampilkan warna merah darah yang membuat dua orang pria di hadapannya terkejut.

"Vampir itu ada dan aku salah satu dari mereka."

____

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status