Share

Dari Asisten Dinikahi Bos Keren
Dari Asisten Dinikahi Bos Keren
Penulis: Trioboy

1. Ditabrak Duda Keren

Penulis: Trioboy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 11:58:58

"Anak kamu itu sakit karena kamu, Maaaaas... karena asap rokok biadab mu itu! Seandainya kamu mendengarkan apa yang biasa kukatakan agar mencuci tanganmu atau mengganti pakaianmu sebelum menggendong anak kita, ini semua tidak akan terjadi. Seharusnya kamu datang ke rumah sakit dan mendengarkan penjelasan dokter, Mas. Ibu kamu menuduh aku tidak becus menjaga anak, seharusnya beliau tau ini semua terjadi karena anak kesayangannya."

PLAKK!!

Gema suara menakutkan itu terdengar di seluruh kamar utama. Seorang wanita cantik ditampar oleh pria yang lebih tua, pria yang sekarang menatapnya dengan nyalang.

"Sudah berani melawan suami ya, kamu!" ucapnya geram.

"Bukannya melawan, Mas. Tapi aku memberitahumu, kalau tidak begitu, kamu tidak akan tau." Dengan memegang pipi bekas tamparan sang suami, dia berucap menahan tangisnya.

"Tidak usah memberitahuku, aku sudah tau!"

Wanita itu, bernama Nisa. Menatap suami tidak percaya. "Jadi? Kamu mendukung saja apa yang keluargamu ucapkan kepadaku?"

"Memang kenyataannya begitu, kan. Kamu tidak becus mengurus anak."

"Bukankah mereka tahu penyebab anak kita meninggal? Bukankah ibumu tau apa yang menyebabkan anak kita masuk rumah sakit? Bahkan kamu, sebagai ayahnya tidak pernah menjenguk kami di rumah sakit, dengan alasan sibuk di kantor." Dengan memberanikan dirinya, Nisa mengangkat wajahnya dan menatap sang suami – Rif'at Mansyur.

"Semua itu urusanmu. Putra kita meninggal karena kamu tidak becus mengurusnya. Kamu mengeluh seperti ini, bilang saja kalau kamu tidak ikhlas mengerjakan semuanya," ujar Rif'at lantang, telunjuknya menunjuk wajah Nisa dengan berang.

Nisa mendengus tidak percaya. "Aku rela berhenti dari kantor ketika hamil, aku rela menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan karir aku. Aku terima semua hinaan ibu dan adik kamu, aku masih bisa bertahan ketika kamu tidak menghargai aku. Tapi, aku tidak percaya kalau kamu juga mampu mengacuhkan putramu sendiri, dan aku sudah tidak tahan karena kamu malah membalas pengorbananku dengan BERSELINGKUH!" seru Nisa di akhir katanya.

PLAKK!

Sekali lagi tamparan itu hinggap di pipi Nisa, sekarang kedua pipi putih bersih itu merah membentuk Tiga jari tangan.

Karena menyinggung masalah perselingkuhan inilah yang membuat Nisa ditampar suami. Nisa sudah tidak tahan menanggung semua permasalahan rumah tangganya yang membuat hatinya tidak nyaman. Ketika mengetahui adanya wanita lain yang menarik perhatian suaminya, dia sudah tidak tahan membendung rasa tidak adil kepada dirinya dan putranya.

Awalnya Nisa tidak pernah menduga kalau suaminya berani selingkuh, kalau melihat perawakan Rif'at yang biasa saja dengan umur yang tidak lagi muda. Umur mereka yang tertaut empat tahun, namun ternyata kalau memang ada niat dan ada kesempatan, selingkuh itu tetap akan ada tanpa memandang usia.

"Jadi, kalau iya kenapa?"

Pengakuan Rif'at lebih menyakitkan daripada tamparan di kedua pipinya. Nisa bisa bertahan dengan hinaan mertua dan iparnya, dia bisa bersabar dengan ketidakpedulian suaminya, namun dia sudah tidak tahan kalau dia ternyata juga dikhianati.

Rasanya sangat sakit, seperti diinjak-injak berkali kali lipat, tidak dihargai dan hanya dianggap sebagai benalu.

Nisa kehilangan kata-kata. Air mata yang dari tadi ditahannya agar tidak jatuh, akhirnya luruh juga. Wanita Dua Puluh Tujuh tahun itu memilih menghindar dan berlari keluar kamar.

"Berhenti, Nisa! Bila kamu keluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi," seru Rif'at menggelegar ketika dia melihat Nisa berlari menuju pintu keluar.

Nisa berhenti sambil memegang handle pintu. Bimbang sejenak memikirkan dia harus pergi kemana karena dia tidak memiliki siapapun sebab dia seorang yatim piatu, sementara diluar sedang hujan lebat.

“Puas? Kamu telah lalai menjaga cucu satu-satunya Keluarga Mansyur? Dasar wanita sembrono!”

“Dasar wanita kota, mana tau tentang mengurus anak, yang dia tau hanya bersolek saja.”

Semua kata-kata makian kembali terngiang di kepalanya, membuatnya memutar handle pintu dan menariknya. Angin dingin langsung menerpa wajahnya, nyaman sekali.

"Berani kamu keluar dari rumah ini, jangan harap bisa kembali lagi!" teriak Rif'at lagi, mengalahkan suara desau angin yang juga masuk ke dalam rumah.

Nisa berpaling menatap sang suami ke belakang sebelum berlari keluar menerobos hujan. Dia juga tidak mengerti dengan dirinya, kenapa bisa menikah dengan pria kolot macam Rif'at.

Selama ini, dia menghormati suami karena hidupnya yang memang bergantung pada pria itu setelah kedua orangtuanya meninggal. Bahasa kasarnya, numpang hidup pada pria itu.

Air matanya luruh bercampur dengan tetesan hujan. Suara tangisannya tidak terdengar karena berbaur dengan suara gemericik air hujan yang deras. Berlari keluar menuju gerbang perumahan elit.

Tanpa cacian mertuanya, Nisa sudah menyalahkan dirinya atas kepergian putranya. Tanpa kata hiburan dari sang suami, dirinya berfikir kalau mau menyusul balitanya ke alam baka.

Gaun hitam yang dipakainya terlihat berat karena basah oleh hujan. Nisa persis seperti kucing kehujanan yang lupa jalan pulang, lebih tepatnya seperti kucing kota yang dibuang.

Karena fokus dengan kesedihannya, Nisa tidak menyadari ada mobil yang berjalan dengan kecepatan 80 KM perjam dan malah menyeberang jalan tanpa menengok kanan kiri lagi.

CKIIIIIT

Mobil itu meluncur ke samping karena menginjak rem dengan mendadak dan karena kondisi aspal yang licin juga ban mobil yang terlalu kencang, jadi mobil itu meluncur mulus sebelum menghantam tubuh langsing Nisa.

BRAKK!

Orang-orang yang berdiri di pos satpam atau warung yang telah tutup karena menghindari hujan, melihat kejadian itu dan langsung menghambur ke tempat kejadian.

Histeris melihat Nisa yang terkapar dengan darah mengalir di pelipisnya.

Kemarahan orang-orang langsung tertuju ke arah pengendara mobil.

“Keluar, kamu! Mau kabur, ya. Tanggung jawab!” teriak salah satu dari mereka sambil menggebrak kap mobil.

Ferdi cemas setelah mendapat kabar dari asisten rumah tangganya yang mengatakan putranya menghilang lagi dari pengawasan pengasuhnya.

Pimpinan perusahaan nomor 1 di kotanya itu sampai rela meninggalkan rapat penting saking cemasnya kepada sang anak. Putranya yang sering tantrum, ngambek dan suka menghilangkan diri. Perubahan anak itu menjadi anak yang susah diatur terjadi setelah dirinya bercerai dengan ibu dari putranya.

Putranya yang sudah berusia 5 tahun, tapi masih juga belum dimasukkan ke PAUD karena tidak ada yang tahan dengan anak itu sebab sering membuat ulah, memancing perhatian ayahnya, lebih tepatnya mengukur batas kesabaran para orang tua.

Menabrak wanita yang melintas dengan mendadak di depan mobilnya membuat masalah baru di kepalanya.

“ARRRRKH!” Tidak ada yang mendengar teriakan frustasinya di dalam mobil karena hujan terus mengguyur jalanan ibukota, apalagi warga sekitar yang menyaksikan kejadian itu menuntutnya keluar dari mobil agar bertanggung jawab.

Dia bisa melarikan diri dengan cara memutar setir ke kanan dan tancap gas meninggalkan kerumunan itu. Putranya sangat penting sekarang. Dia tidak ingin anaknya itu bersama dengan mantan istrinya, yang entah kenapa baru-baru ini sangat suka mengganggu ketenangannya melalui anak mereka.

Tapi rencana hanya tinggal rencana karena sebelum dia menginjak pedal gas, warga yang marah mulai menggebrak mobil mewahnya. Mobil Ferdi sampai bergoyang ke kiri dan ke kanan sehingga dia terpaksa mematikan mesinnya dan memutuskan untuk membawa wanita yang ditabraknya ke rumah sakit.

"Maaf, saya masih syok. Wanita itu tiba-tiba saja melintas di depan mobil," serunya sambil turun dari mobil. Tubuhnya langsung basah karena diterpa derasnya hujan.

Sebelum diamuk warga, Ferdi langsung mengangkat tubuh Nisa yang pingsan dan meletakkannya di bangku penumpang. Wajah Nisa pucat dengan darah masih mengalir di pelipisnya. Ferdi mengambil jasnya untuk menyelimuti tubuh Nisa, meski itu tidak membantu karena tubuh itu masih menggigil.

"Setidaknya mampu menutupi lekuk tubuhmu dari mata bapak-bapak mesum," gumamnya kesal.

Sambil menganggukkan kepalanya dengan sopan, Ferdi membawa mobilnya meninggalkan tempat kejadian. Ferdi melirik Nisa yang terlihat pucat seperti mayat, hanya darah di pelipisnya yang menunjukkan bahwa dirinya masih segar alias hidup.

Sekilas timbul lagi pikiran untuk mangkir dari tanggung jawabnya, dia bisa membuang tubuh wanita itu ke sungai karena rumah sakit cukup jauh dari tempat tujuannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ya buang aja klu kau mau jadi orang kejam dan g berakal. si nisa itu juga terlalu goblok utk hidup yg tidak mudah ini. berbakti sama suami bukan berarti bertahan dg semua hinaan mertua dan ioar.
goodnovel comment avatar
Dina0505
rif'at kamu udah KDRT tuch. ga cuma menyakiti secara verbal tapi juga secara fisik.
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
suaminya selain kolot, tapi juga gila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   28. Bi Nia dan si Lelaki Misterius

    Sesuai janjinya kepada Bi Nia, Nisa membawa Lana untuk berjalan-jalan ke taman. Sesuai usul Mang Kardi, Nisa pun juga memanggil ojek online untuk membawa mereka pergi ke tempat tujuan yang jaraknya tidak terlalu jauh.“Hati-hati, Mbak. Kalau ada apa-apa, telpon saja Amang.” Pesan Mang Kardi ketika mereka sudah siap berangkat.“Siap, Mang,” jawab Nisa lalu motor yang membawa mereka mulai berjalan.Nisa memutuskan tetap membawa majikan kecilnya jalan-jalan sore itu, sesuai dengan pesan Bi Nia, meski dia tau kemungkinan kalau mereka sedang diawasi.Setelah sampai di taman, wanita itu tidak menyesal dengan keputusannya setelah melihat Lana yang begitu senang dan mencoba semua permainan yang ada di taman itu. Memang anak itu kalau setiap hari sabtu sore, selalu ke tempat itu, tapi tidak membuatnya membuatnya puas dengan semua permainan itu. Dia akan bermain mandi bola, memancing ikan dan menaiki odong-odong.Dan setelah satu jam mereka berada di taman, Nisa kembali melihat ada lelaki ting

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   27. Jadilah Mamaku

    Seperti biasa, Nisa membawa Lana pulang dengan berjalan kaki karena jarak antara sekolah dan rumahnya hanya berjarak 2 kompleks perumahan."Bagaimana, Mbak. Mau tidak jadi mamaku?" tanya Nisa sebel;um mereka sampai di rumah bertingkat 3."Apa ayahmu yang menyuruhmu, Den?""Jangan panggil aku Aden lagi.""Aku masih pengasuhmu lho, Den Lana," ujar Nisa tertawa."Aku hanya tidak ingin mereka memecatmu. Kalau kamu jadi mamaku, tentu mereka tidak akan berani memecatmu." Lana berlari masuk ke dalam pagar yang sudah dibuka Mang Kardi saat melihat mereka berjalan mendekat."Ngambek lagi, Mbak? Majikan kecil kita?" tanya Mang Kardi saat Nisa melewati beliau."Iya, Mang. Mungkin dia kecapekan," ujar Nisa beralasan.Nisa melongokkan kembali kepalanya melewati pagar setelah kakinya melangkah ke dalam, mengintip ke arah kedatangannya bersama Lana tadi.“Ada apa, Mbak?” tanya Mang Kardi heran melihat tingkah Nisa yang seperti anak kecil main petak umpet.“Ada yang membuntuti kita dari tadi, Mang,”

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   26. Bimbang

    “Menikahlah denganku.” Ucapan Ferdi terus terngiang dalam benak Nisa.Dia tidak mampu berkata-kata saat di dalam ruang kerja lelaki itu, pikirannya berlarian kesana kemari. Sekarang pun masih, dia sedang berada di dapur dan sedang herpikir, 'kenapa bos kerennya itu bisa tertarik dengan janda seperti dirinya?'Sementara Ferdi juga sedang galau di ruangannya, dia merasa seperti kehilangan kharismanya.“Bagaimana kalau dia menolakku, aku tidak akan punya keberanian lagi untuk bertemu dengannya. Bodoh bodoh bodoh.” Ferdi memukul kepalanya seiring dengan umpatan yang dia lontarkan.“Seharusnya aku melakukan pendekatan terlebih dahulu. Dia pasti terkejut dengan pernyataanku tadi kan.” Ferdi menggaruk belakang kepalanya dengan kasar, sehingga rambut bagian belakangnya mencuat berantakan. Teringat ucapan kaki tangan sekaligus orang yang memberikan petuah cinta, begitu teman sekaligus bosnya curhat tentang seorang wanita. Lelaki seusia Ferdi yang bernama Herdiansyah. Lelaki yang dianggap sama

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   25. Menikahlah Denganku

    Merasa mendapat penolakan, membuat Ferdi diam sepanjang jalan. Sedangkan Nisa sering melirik ke samping, ke tempat Ferdi duduk di belakang kemudi, khawatir kalau lelaki itu marah atas sikapnya yang tanpa pikir panjang menampik perhatian majikannya yang tidak biasa.Ferdi menutup erat mulutnya, bahkan kalau perlu menahan nafasnya juga. Dia tidak pernah mendapat penolakan dari wanita manapun karena dia memang tidak pernah membuka hatinya kepada lawan jenis, setelah dikhianati oleh gebetannya sewaktu kuliah dulu.Bahkan ketika sampai ke rumah pun, Ferdi masih tetap tidak mau membuka mulutnya, padahal biasanya dia akan bicara walau tanpa ekspresi, “harus sudah stand by jam 8 pagi besok di mobil, setelah mengantar Lana sekolah lanjut ke kantor.”“Apa dia marah karena ku tolak papahannya tadi? Huh, kekanak-kanakan sekali. Lagian mana mungkin aku mau digandeng oleh bosku sendiri sementara banyak mata yang memperhatikan kami, apa dia tidak memikirkan reputasinya?” gumam Nisa bertanya-tanya sa

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   24. Mulai Tertarik

    "Apa Mbak Nisa dan ayah berpacaran?" tanya Lana ketika mereka sudah sampai di mall dengan diantar oleh sopir kantor."Kenapa Den Lana bisa berpikir begitu?" tanya Nisa terkejut karena anak sekecil itu bisa tau mengenai pacaran."Sama seperti ibu yang sering bawa lelaki ke rumah. Ibu bilang itu pacar ibu, mereka sering makan malam bersama. Mbak bakal pergi makan malam dengan ayah, kan?" ujar Lana, masih menggengam tangan Nisa yang menggandengnya dari ketika mereka turun dari mobil, karena anak itu sering berlari-lari hingga Nisa kesulitan mengejarnya."Kami bukan hanya makan berdua saja, Lana. Tapi juga ada klien Tuan Ferdi." Nisa memilih menjawab Lana dengan gaya dewasa, karena dia yakin dengan gaya anak itu mungkin bisa mengerti."Kalau klien perusahaan, kenapa tidak bertemu di kantor saja, Mbak. Kenapa harus makan malam?" Tuh kan, anak itu sedikit banyaknya sudah mengerti."Iya kalau klien kantor, tapi ini klien Tuan Ferdi dan beliau sedang merayakan ulang tahunnya yang ke - 70.""W

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   23. Kebimbangan Ferdi

    "Maaf, Mbak. Mbaknya ngomong sama siapa, ya?" Tiba-tiba seorang pemuda menyapa Nisa yang berbicara sendiri. Dari raut pemuda itu terlihat waspada sambil mengedarkan matanya di sekeliling Nisa."Saya pikir, Mbak tadi bicara dengan ponsel, tapi saya liat-liat lagi, tidak ada headset di lubang telinganya." Pemuda itu menatap Nisa dengan ketakutan.Nisa yang juga terkejut, heran melihat reaksi pemuda itu. "Oh, maaf mengagetkanmu. Saya hanya sedikit stres dengan pekerjaan hari ini," ujar Nisa beralasan."Oh, syukurlah." Pemuda itu menghembuskan nafasnya lega, karena sempat mengira kalau Nisa sedang berbicara dengan makhluk tak kasat mata."Pegawai baru, ya?" tanya Nisa yang merasa lucu melihat pemuda itu membuang keteganganya."Iya, Mbak. Baru 2 bulan, masih masa percobaan," jawabnya santai kemudian."Semoga betah, ya." Setelah Nisa mengatakan itu, lift yang akan turun ke lantai dasar berhenti di lantai 3."Duluan, ya," lanjut Nisa yang diangguki sopan oleh pemuda tadi.Nisa mendengar keri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status