Share

Dari Asisten Dinikahi Bos Keren
Dari Asisten Dinikahi Bos Keren
Author: Trioboy

1. Ditabrak Duda Keren

"Anak kamu itu sakit karena kamu, Maaaaas... karena asap rokok biadab mu itu! Seandainya kamu mendengarkan apa yang biasa kukatakan agar mencuci tanganmu atau mengganti pakaianmu sebelum menggendong anak kita, ini semua tidak akan terjadi. Seharusnya kamu datang ke rumah sakit dan mendengarkan penjelasan dokter, Mas. Ibu kamu menuduh aku tidak becus menjaga anak, seharusnya beliau tau ini semua terjadi karena anak kesayangannya."

PLAKK!!

Gema suara menakutkan itu terdengar di seluruh kamar utama. Seorang wanita cantik ditampar oleh pria yang lebih tua, pria yang sekarang menatapnya dengan nyalang.

"Sudah berani melawan suami ya, kamu!" ucapnya geram.

"Bukannya melawan, Mas. Tapi aku memberitahumu, kalau tidak begitu, kamu tidak akan tau." Dengan memegang pipi bekas tamparan sang suami, dia berucap menahan tangisnya.

"Tidak usah memberitahuku, aku sudah tau!"

Wanita itu, bernama Nisa. Menatap suami tidak percaya. "Jadi? Kamu mendukung saja apa yang keluargamu ucapkan kepadaku?"

"Memang kenyataannya begitu, kan. Kamu tidak becus mengurus anak."

"Bukankah mereka tahu penyebab anak kita meninggal? Bukankah ibumu tau apa yang menyebabkan anak kita masuk rumah sakit? Bahkan kamu, sebagai ayahnya tidak pernah menjenguk kami di rumah sakit, dengan alasan sibuk di kantor." Dengan memberanikan dirinya, Nisa mengangkat wajahnya dan menatap sang suami – Rif'at Mansyur.

"Semua itu urusanmu. Putra kita meninggal karena kamu tidak becus mengurusnya. Kamu mengeluh seperti ini, bilang saja kalau kamu tidak ikhlas mengerjakan semuanya," ujar Rif'at lantang, telunjuknya menunjuk wajah Nisa dengan berang.

Nisa mendengus tidak percaya. "Aku rela berhenti dari kantor ketika hamil, aku rela menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan karir aku. Aku terima semua hinaan ibu dan adik kamu, aku masih bisa bertahan ketika kamu tidak menghargai aku. Tapi, aku tidak percaya kalau kamu juga mampu mengacuhkan putramu sendiri, dan aku sudah tidak tahan karena kamu malah membalas pengorbananku dengan BERSELINGKUH!" seru Nisa di akhir katanya.

PLAKK!

Sekali lagi tamparan itu hinggap di pipi Nisa, sekarang kedua pipi putih bersih itu merah membentuk Tiga jari tangan.

Karena menyinggung masalah perselingkuhan inilah yang membuat Nisa ditampar suami. Nisa sudah tidak tahan menanggung semua permasalahan rumah tangganya yang membuat hatinya tidak nyaman. Ketika mengetahui adanya wanita lain yang menarik perhatian suaminya, dia sudah tidak tahan membendung rasa tidak adil kepada dirinya dan putranya.

Awalnya Nisa tidak pernah menduga kalau suaminya berani selingkuh, kalau melihat perawakan Rif'at yang biasa saja dengan umur yang tidak lagi muda. Umur mereka yang tertaut empat tahun, namun ternyata kalau memang ada niat dan ada kesempatan, selingkuh itu tetap akan ada tanpa memandang usia.

"Jadi, kalau iya kenapa?"

Pengakuan Rif'at lebih menyakitkan daripada tamparan di kedua pipinya. Nisa bisa bertahan dengan hinaan mertua dan iparnya, dia bisa bersabar dengan ketidakpedulian suaminya, namun dia sudah tidak tahan kalau dia ternyata juga dikhianati.

Rasanya sangat sakit, seperti diinjak-injak berkali kali lipat, tidak dihargai dan hanya dianggap sebagai benalu.

Nisa kehilangan kata-kata. Air mata yang dari tadi ditahannya agar tidak jatuh, akhirnya luruh juga. Wanita Dua Puluh Tujuh tahun itu memilih menghindar dan berlari keluar kamar.

"Berhenti, Nisa! Bila kamu keluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi," seru Rif'at menggelegar ketika dia melihat Nisa berlari menuju pintu keluar.

Nisa berhenti sambil memegang handle pintu. Bimbang sejenak memikirkan dia harus pergi kemana karena dia tidak memiliki siapapun sebab dia seorang yatim piatu, sementara diluar sedang hujan lebat.

“Puas? Kamu telah lalai menjaga cucu satu-satunya Keluarga Mansyur? Dasar wanita sembrono!”

“Dasar wanita kota, mana tau tentang mengurus anak, yang dia tau hanya bersolek saja.”

Semua kata-kata makian kembali terngiang di kepalanya, membuatnya memutar handle pintu dan menariknya. Angin dingin langsung menerpa wajahnya, nyaman sekali.

"Berani kamu keluar dari rumah ini, jangan harap bisa kembali lagi!" teriak Rif'at lagi, mengalahkan suara desau angin yang juga masuk ke dalam rumah.

Nisa berpaling menatap sang suami ke belakang sebelum berlari keluar menerobos hujan. Dia juga tidak mengerti dengan dirinya, kenapa bisa menikah dengan pria kolot macam Rif'at.

Selama ini, dia menghormati suami karena hidupnya yang memang bergantung pada pria itu setelah kedua orangtuanya meninggal. Bahasa kasarnya, numpang hidup pada pria itu.

Air matanya luruh bercampur dengan tetesan hujan. Suara tangisannya tidak terdengar karena berbaur dengan suara gemericik air hujan yang deras. Berlari keluar menuju gerbang perumahan elit.

Tanpa cacian mertuanya, Nisa sudah menyalahkan dirinya atas kepergian putranya. Tanpa kata hiburan dari sang suami, dirinya berfikir kalau mau menyusul balitanya ke alam baka.

Gaun hitam yang dipakainya terlihat berat karena basah oleh hujan. Nisa persis seperti kucing kehujanan yang lupa jalan pulang, lebih tepatnya seperti kucing kota yang dibuang.

Karena fokus dengan kesedihannya, Nisa tidak menyadari ada mobil yang berjalan dengan kecepatan 80 KM perjam dan malah menyeberang jalan tanpa menengok kanan kiri lagi.

CKIIIIIT

Mobil itu meluncur ke samping karena menginjak rem dengan mendadak dan karena kondisi aspal yang licin juga ban mobil yang terlalu kencang, jadi mobil itu meluncur mulus sebelum menghantam tubuh langsing Nisa.

BRAKK!

Orang-orang yang berdiri di pos satpam atau warung yang telah tutup karena menghindari hujan, melihat kejadian itu dan langsung menghambur ke tempat kejadian.

Histeris melihat Nisa yang terkapar dengan darah mengalir di pelipisnya.

Kemarahan orang-orang langsung tertuju ke arah pengendara mobil.

“Keluar, kamu! Mau kabur, ya. Tanggung jawab!” teriak salah satu dari mereka sambil menggebrak kap mobil.

Ferdi cemas setelah mendapat kabar dari asisten rumah tangganya yang mengatakan putranya menghilang lagi dari pengawasan pengasuhnya.

Pimpinan perusahaan nomor 1 di kotanya itu sampai rela meninggalkan rapat penting saking cemasnya kepada sang anak. Putranya yang sering tantrum, ngambek dan suka menghilangkan diri. Perubahan anak itu menjadi anak yang susah diatur terjadi setelah dirinya bercerai dengan ibu dari putranya.

Putranya yang sudah berusia 5 tahun, tapi masih juga belum dimasukkan ke PAUD karena tidak ada yang tahan dengan anak itu sebab sering membuat ulah, memancing perhatian ayahnya, lebih tepatnya mengukur batas kesabaran para orang tua.

Menabrak wanita yang melintas dengan mendadak di depan mobilnya membuat masalah baru di kepalanya.

“ARRRRKH!” Tidak ada yang mendengar teriakan frustasinya di dalam mobil karena hujan terus mengguyur jalanan ibukota, apalagi warga sekitar yang menyaksikan kejadian itu menuntutnya keluar dari mobil agar bertanggung jawab.

Dia bisa melarikan diri dengan cara memutar setir ke kanan dan tancap gas meninggalkan kerumunan itu. Putranya sangat penting sekarang. Dia tidak ingin anaknya itu bersama dengan mantan istrinya, yang entah kenapa baru-baru ini sangat suka mengganggu ketenangannya melalui anak mereka.

Tapi rencana hanya tinggal rencana karena sebelum dia menginjak pedal gas, warga yang marah mulai menggebrak mobil mewahnya. Mobil Ferdi sampai bergoyang ke kiri dan ke kanan sehingga dia terpaksa mematikan mesinnya dan memutuskan untuk membawa wanita yang ditabraknya ke rumah sakit.

"Maaf, saya masih syok. Wanita itu tiba-tiba saja melintas di depan mobil," serunya sambil turun dari mobil. Tubuhnya langsung basah karena diterpa derasnya hujan.

Sebelum diamuk warga, Ferdi langsung mengangkat tubuh Nisa yang pingsan dan meletakkannya di bangku penumpang. Wajah Nisa pucat dengan darah masih mengalir di pelipisnya. Ferdi mengambil jasnya untuk menyelimuti tubuh Nisa, meski itu tidak membantu karena tubuh itu masih menggigil.

"Setidaknya mampu menutupi lekuk tubuhmu dari mata bapak-bapak mesum," gumamnya kesal.

Sambil menganggukkan kepalanya dengan sopan, Ferdi membawa mobilnya meninggalkan tempat kejadian. Ferdi melirik Nisa yang terlihat pucat seperti mayat, hanya darah di pelipisnya yang menunjukkan bahwa dirinya masih segar alias hidup.

Sekilas timbul lagi pikiran untuk mangkir dari tanggung jawabnya, dia bisa membuang tubuh wanita itu ke sungai karena rumah sakit cukup jauh dari tempat tujuannya.

Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Dina0505
rif'at kamu udah KDRT tuch. ga cuma menyakiti secara verbal tapi juga secara fisik.
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
suaminya selain kolot, tapi juga gila
goodnovel comment avatar
MyMelody
kurang ajar bgt, selingkuh dan KRDT. benar2 gila
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status