Share

4. Diceraikan

Penulis: Trioboy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 12:05:59

Tiba-tiba datang seorang lelaki berusia Tiga Puluh tahunan lebih, masih memakai pakaian kantor. Jas mengkilap dengan celana rapi padahal hari sudah hampir gelap, namun garis celana bekas setrikaan masih jelas tercetak di kaki panjangnya.

"Apa Anda suami Nisa? Dia ada di dalam," ucap Ferdi sambil berdiri ketika pria itu berhenti tepat di depannya. Memandangnya dengan tatapan merendahkan karena pakaian yang dikenakan Ferdi saat itu sangat lusuh, dan usianya terlihat lebih muda darinya.

Tanpa kata, pria itu memasuki ruangan Nisa dan berdeham cukup keras, mengagetkan wanita itu.

Nisa membalikkan badannya ke arah suara. "Kenapa kamu datang?" tanyanya terkejut begitu melihat kehadiran sang suami.

Rif'at, suami Nisa mengangkat ujung bibirnya tersenyum sinis, menatap Nisa dengan tatapan jijik karena penampakan wanita itu sangat menyedihkan. Mata bengkak dengan wajah sembabnya.

"Bukankah kamu yang memintaku datang. Kenapa ekspresimu seperti itu? Dasar cewek mesum." Tuduhnya tanpa belas kasihan

Nisa semakin terkejut mendengar tuduhan suaminya. "Apa maksud kamu, Mas. Aku senang kamu mau datang, aku terkejut karena mengira kalau kamu tidak mungkin mau datang kesini, tapi nyatanya kamu muncul," jawab Nisa jujur.

Dia dengan sekuat tenaga melawan sakit di kepalanya agar bisa duduk bersandar ke kepala pembaringannya, suaminya itu hanya menonton saja tanpa mau membantu.

"Alasan! Kamu selingkuh di belakangku kan! Lelaki itu pacar gelapmu, kan!" bentak Rif'at sambil menyentakkan kepalanya ke arah luar ruangan.

Nisa berjengit mendengar bentakan itu. "Bukannya kamu yang selingkuh, Mas. Kenapa melempar tuduhan tak berdasar kepadaku?" ucap Nisa pelan namun tegas, dia tidak ingin ada orang yang terganggu dengan perdebatan mereka, apalagi mereka ada di rumah sakit.

"Cih, aku sudah muak sama kamu, Nisa. lebih baik kita sampai disini saja, lepas pulang nanti bereskan semua barangmu dan pergi dari rumahku," ucap Rif'at dingin.

"A-apaaa maksud kamu, Mas?" tanya Nisa bingung.

"Kamu ku ceraikan. Kamu ku talak, sekarang kamu hanya mantan istriku saja." Selesai mengucapkan kalimat itu, Rif'at pergi meninggalkan Nisa yang masih syok.

Ferdi yang masih menunggu diluar, duduk di kursi panjang, heran melihat Rif'at pergi begitu saja. Memang dia mendengar sedikit pembicaraan mereka, tapi dia juga ikut syok mendengar kata cerai keluar dengan mudahnya dari mulut pria yang terlihat lebih dewasa darinya.

Rif'at sangat mirip dengan mantan istrinya yang suka minta cerai padahal dirinya sangat memegang teguh agar kata talak itu tidak keluar dari mulutnya, hingga ibu dari anaknya itu menggugatnya ke pengadilan dan memaksanya melepas ikatan suci itu yang berakibat fatal dengan perkembangan anaknya.

Ferdi beranjak dari kursinya dan kembali masuk ke ruangan, melihat Nisa yang duduk di pinggir brankar dengan kaki terjulur, sepertinya wanita itu sangat syok.

"A-aku... antar aku pulang saja. Aku tidak apa-apa," ujar Nisa pelan, terdengar jelas kesedihan di suaranya.

Ferdi tidak tega melihat Nisa yang terpukul, dijenguk suami bukannya dikasihani dan mendapat kenyamanan malah dicerai. Sudah terpuruk malah didorong ke jurang yang paling dalam.

"Baiklah, tunggu sebentar, aku akan mengurus administrasinya dulu," ujar Ferdi akhirnya lalu kembali berjalan keluar meninggalkan Nisa.

"Maaf, aku mendengar pembicaraan kalian tadi. Apa kamu mau diantar ke rumah suamimu?" tanya Ferdi menghentikan langkahnya ketika tiba di ambang pintu dan berbalik menatap Nisa.

Nisa mengangguk. "Aku harus membereskan semua pakaianku, kan?" ucapnya dan air matanya kembali mengalir tanpa bisa dicegah.

"Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Ferdi penasaran.

"Mencari pekerjaan. Sebagai pembantu pun boleh karena diusiaku seperti ini belum tentu dapat bekerja di kantoran. Aku butuh uang dengan cepat," jawab Nisa, rencana itu terlintas di kepalanya begitu saja.

"Kalau begitu, aku bisa kasih kamu pekerjaan kalau kamu mau. Kebetulan pengasuh anakku mengundurkan diri hari ini," ujar Ferdi lagi.

Nisa mengangkat wajahnya menatap Ferdi bagai penolongnya. "Boleh, aku mau," jawabnya penuh rasa terimakasih.

*

Mengurus administrasinya tidak terlalu memakan waktu yang lama. Kalaupun Ferdi melepaskan tanggung jawabnya, dia akan pergi meninggalkan Nisa dari tadi. Tapi dia tidak ingin ada masalah dikemudian hari, apalagi seandainya korbannya mengetahui siapa dia sebenarnya dan menggunakan kejadian ini untuk memerasnya.

Ferdi tersentak karena saat berbalik, Nisa sudah ada di belakanganya. "Kenapa kamu sudah disini? Apa kamu melepas infus itu sendiri?"

Nisa menggeleng. "Ada perawat yang masuk ke ruangan dan kubilang mau keluar, administrasi sedang diurus," jawabnya lemah yang ingin cepat-cepat keluar dari rumah sakit itu.

Setelah mendapat jawaban dari Nisa, Ferdi berjalan keluar menuju mobilnya tanpa suara, membiarkan Nisa mengikutinya dalam diam.

"Bagaimana kalau aku bekerja sebagai pembantu saja? Aku tidak percaya diri kalau harus mengurus anak kecil," ujar Nisa ketika Ferdi membuka pintu mobil.

Ferdi terdiam sejenak, berpikir tentang Nisa yang mungkin saja masih berkabung. "Baiklah, tidak masalah," jawab Ferdi akhirnya.

"Anu... apa ada rumah yang disewakan di dekat tempat tinggalmu?" tanya Nisa lagi sebelum Ferdi memasuki mobilnya.

Ferdi menarik kembali kakinya yang hampir menaiki mobil. "Kamu bisa tinggal di rumahku. Aku suka pekerja yang stand by Dua Puluh Empat jam," jawabnya mulai tidak sabaran, lalu masuk ke dalam mobil dengan cepat.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa duduk di belakang? Memangnya aku sopir kamu?" ujar Ferdi ketika Nisa dengan mulusnya membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang.

"Oh, maaf," cicit Nisa terkejut.

"Cepat pindah ke depan," perintah Ferdi.

"Ba-baik," jawab Nisa gelagapan. Menghembuskan nafasnya gugup karena perbedaan sifat yang telah ditunjukkan lelaki itu. "Menyeramkan," gumam Nisa bergidik.

Seandainya dia tidak butuh pekerjaan, mungkin dia tidak akan menerima tawaran lelaki ini. Tapi dia harus sudah mendapat pekerjaan dan menerima gaji bulan depan, karena dia sudah akan memulai angsuran pinjolnya bulan depan.

"Dimana rumahmu?" tanya Ferdi setelah mereka keluar dari area rumah sakit.

Nisa mengatakan alamatnya yang ternyata merupakan perumahan yang cukup mewah, perumahan milik Ferdi. Ferdi jadi penasaran mengenai mantan suami Nisa, apa pekerjaannya dan bekerja di perusahaan mana sehingga mampu tinggal di perumahan miliknya yang tentu saja tidak murah.

Ternyata Rif'at ada di rumah, mobil sedan milik lelaki itu terparkir di teras rumahnya.

"Aku menunggumu disini atau ku suruh sopir menjemputmu nanti?" tanya Ferdi melihat mobil yang berwarna sama dengan miliknya, hitam mengkilap namun dengan jenis yang berbeda.

"Terserah Anda, Tuan," jawab Nisa mengubah penyebutannya terhadap Ferdi karena status mereka sudah berubah, majikan dan pembantu, apalagi setelah mendengar keketusan lelaki itu tadi.

Ferdi mengangkat sebelah alisnya menatap Nisa karena merasa aneh dengan sebutan itu, sesaat dia merasa Nisa seperti menciut di tempat duduknya.

"Baiklah, kalau begitu aku menunggu disini saja," ujarnya akhirnya.

Saat Nisa memasuki pekarangan rumah suaminya, dia melihat sekelebat bayangan Rif'at dari kaca depan. Sepertinya pria itu habis mengintipnya di jendela kaca.

"Oh, jadi benar kan kalau kamu selingkuh. Kamu senang kan, karena sudah bercerai denganku, kalian bisa tinggal bersama sekarang!" Suara Rif'at dengan nada puas langsung menghantam telinga Nisa begitu dia membuka pintu depan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Trioboy
ya, tu suami tua soalnya. cakep kagak, heran kenapa si nisa mau dinikahi...
goodnovel comment avatar
Dila putri
akhirnya cerai juga aku lebih yes nisa cerai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   28. Bi Nia dan si Lelaki Misterius

    Sesuai janjinya kepada Bi Nia, Nisa membawa Lana untuk berjalan-jalan ke taman. Sesuai usul Mang Kardi, Nisa pun juga memanggil ojek online untuk membawa mereka pergi ke tempat tujuan yang jaraknya tidak terlalu jauh.“Hati-hati, Mbak. Kalau ada apa-apa, telpon saja Amang.” Pesan Mang Kardi ketika mereka sudah siap berangkat.“Siap, Mang,” jawab Nisa lalu motor yang membawa mereka mulai berjalan.Nisa memutuskan tetap membawa majikan kecilnya jalan-jalan sore itu, sesuai dengan pesan Bi Nia, meski dia tau kemungkinan kalau mereka sedang diawasi.Setelah sampai di taman, wanita itu tidak menyesal dengan keputusannya setelah melihat Lana yang begitu senang dan mencoba semua permainan yang ada di taman itu. Memang anak itu kalau setiap hari sabtu sore, selalu ke tempat itu, tapi tidak membuatnya membuatnya puas dengan semua permainan itu. Dia akan bermain mandi bola, memancing ikan dan menaiki odong-odong.Dan setelah satu jam mereka berada di taman, Nisa kembali melihat ada lelaki ting

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   27. Jadilah Mamaku

    Seperti biasa, Nisa membawa Lana pulang dengan berjalan kaki karena jarak antara sekolah dan rumahnya hanya berjarak 2 kompleks perumahan."Bagaimana, Mbak. Mau tidak jadi mamaku?" tanya Nisa sebel;um mereka sampai di rumah bertingkat 3."Apa ayahmu yang menyuruhmu, Den?""Jangan panggil aku Aden lagi.""Aku masih pengasuhmu lho, Den Lana," ujar Nisa tertawa."Aku hanya tidak ingin mereka memecatmu. Kalau kamu jadi mamaku, tentu mereka tidak akan berani memecatmu." Lana berlari masuk ke dalam pagar yang sudah dibuka Mang Kardi saat melihat mereka berjalan mendekat."Ngambek lagi, Mbak? Majikan kecil kita?" tanya Mang Kardi saat Nisa melewati beliau."Iya, Mang. Mungkin dia kecapekan," ujar Nisa beralasan.Nisa melongokkan kembali kepalanya melewati pagar setelah kakinya melangkah ke dalam, mengintip ke arah kedatangannya bersama Lana tadi.“Ada apa, Mbak?” tanya Mang Kardi heran melihat tingkah Nisa yang seperti anak kecil main petak umpet.“Ada yang membuntuti kita dari tadi, Mang,”

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   26. Bimbang

    “Menikahlah denganku.” Ucapan Ferdi terus terngiang dalam benak Nisa.Dia tidak mampu berkata-kata saat di dalam ruang kerja lelaki itu, pikirannya berlarian kesana kemari. Sekarang pun masih, dia sedang berada di dapur dan sedang herpikir, 'kenapa bos kerennya itu bisa tertarik dengan janda seperti dirinya?'Sementara Ferdi juga sedang galau di ruangannya, dia merasa seperti kehilangan kharismanya.“Bagaimana kalau dia menolakku, aku tidak akan punya keberanian lagi untuk bertemu dengannya. Bodoh bodoh bodoh.” Ferdi memukul kepalanya seiring dengan umpatan yang dia lontarkan.“Seharusnya aku melakukan pendekatan terlebih dahulu. Dia pasti terkejut dengan pernyataanku tadi kan.” Ferdi menggaruk belakang kepalanya dengan kasar, sehingga rambut bagian belakangnya mencuat berantakan. Teringat ucapan kaki tangan sekaligus orang yang memberikan petuah cinta, begitu teman sekaligus bosnya curhat tentang seorang wanita. Lelaki seusia Ferdi yang bernama Herdiansyah. Lelaki yang dianggap sama

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   25. Menikahlah Denganku

    Merasa mendapat penolakan, membuat Ferdi diam sepanjang jalan. Sedangkan Nisa sering melirik ke samping, ke tempat Ferdi duduk di belakang kemudi, khawatir kalau lelaki itu marah atas sikapnya yang tanpa pikir panjang menampik perhatian majikannya yang tidak biasa.Ferdi menutup erat mulutnya, bahkan kalau perlu menahan nafasnya juga. Dia tidak pernah mendapat penolakan dari wanita manapun karena dia memang tidak pernah membuka hatinya kepada lawan jenis, setelah dikhianati oleh gebetannya sewaktu kuliah dulu.Bahkan ketika sampai ke rumah pun, Ferdi masih tetap tidak mau membuka mulutnya, padahal biasanya dia akan bicara walau tanpa ekspresi, “harus sudah stand by jam 8 pagi besok di mobil, setelah mengantar Lana sekolah lanjut ke kantor.”“Apa dia marah karena ku tolak papahannya tadi? Huh, kekanak-kanakan sekali. Lagian mana mungkin aku mau digandeng oleh bosku sendiri sementara banyak mata yang memperhatikan kami, apa dia tidak memikirkan reputasinya?” gumam Nisa bertanya-tanya sa

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   24. Mulai Tertarik

    "Apa Mbak Nisa dan ayah berpacaran?" tanya Lana ketika mereka sudah sampai di mall dengan diantar oleh sopir kantor."Kenapa Den Lana bisa berpikir begitu?" tanya Nisa terkejut karena anak sekecil itu bisa tau mengenai pacaran."Sama seperti ibu yang sering bawa lelaki ke rumah. Ibu bilang itu pacar ibu, mereka sering makan malam bersama. Mbak bakal pergi makan malam dengan ayah, kan?" ujar Lana, masih menggengam tangan Nisa yang menggandengnya dari ketika mereka turun dari mobil, karena anak itu sering berlari-lari hingga Nisa kesulitan mengejarnya."Kami bukan hanya makan berdua saja, Lana. Tapi juga ada klien Tuan Ferdi." Nisa memilih menjawab Lana dengan gaya dewasa, karena dia yakin dengan gaya anak itu mungkin bisa mengerti."Kalau klien perusahaan, kenapa tidak bertemu di kantor saja, Mbak. Kenapa harus makan malam?" Tuh kan, anak itu sedikit banyaknya sudah mengerti."Iya kalau klien kantor, tapi ini klien Tuan Ferdi dan beliau sedang merayakan ulang tahunnya yang ke - 70.""W

  • Dari Asisten Dinikahi Bos Keren   23. Kebimbangan Ferdi

    "Maaf, Mbak. Mbaknya ngomong sama siapa, ya?" Tiba-tiba seorang pemuda menyapa Nisa yang berbicara sendiri. Dari raut pemuda itu terlihat waspada sambil mengedarkan matanya di sekeliling Nisa."Saya pikir, Mbak tadi bicara dengan ponsel, tapi saya liat-liat lagi, tidak ada headset di lubang telinganya." Pemuda itu menatap Nisa dengan ketakutan.Nisa yang juga terkejut, heran melihat reaksi pemuda itu. "Oh, maaf mengagetkanmu. Saya hanya sedikit stres dengan pekerjaan hari ini," ujar Nisa beralasan."Oh, syukurlah." Pemuda itu menghembuskan nafasnya lega, karena sempat mengira kalau Nisa sedang berbicara dengan makhluk tak kasat mata."Pegawai baru, ya?" tanya Nisa yang merasa lucu melihat pemuda itu membuang keteganganya."Iya, Mbak. Baru 2 bulan, masih masa percobaan," jawabnya santai kemudian."Semoga betah, ya." Setelah Nisa mengatakan itu, lift yang akan turun ke lantai dasar berhenti di lantai 3."Duluan, ya," lanjut Nisa yang diangguki sopan oleh pemuda tadi.Nisa mendengar keri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status