Share

5. Jadi Pembantu

"Apa maksudmu, Mas? Aku datang hanya untuk mengambil barang-barangku, jangan memulai pertengkaran baru," ujar Nisa lemah, bahkan untuk tersentak karena dikagetkan oleh suaminya pun sudah tidak mampu.

"Lelaki itu yang di rumah sakit tadi, kan? Selingkuhanmu yang berpura-pura menjadi penabrakmu padahal dia sedang menjengukmu, kan?" ujar Rif'at lagi dengan bersemangat sambil menunjuk ke arah mobil Ferdi yang parkir di depan rumahnya.

"Teruskan imajinasimu, Mas. Aku capek, kita sudah tidak punya hubungan lagi kan, Mantan?" sahut Nisa asal.

"Bilang saja kalau kamu senang sudah dicerai olehku. Sudah lalai menjaga anakku, sekarang malah terang-terangan menunjukkan selingkuhan di depanku," ujar Rif'at keras, tidak beranjak dari tempatnya berdiri sementara Nisa menyentuh kepalanya yang mulai berdenyut.

"Jangan melawak kamu, Mas. Putraku sakit karena asap rokokmu itu! Putra kita terkena radang pernapasan karena menjadi perokok pasif, Mas, karena menghirup asap rokokmu. Seharusnya kamu menurut dengan apa yang aku katakan, ganti bajumu dan cuci tangan sebelum menggendong anak kita, kalau perlu mandi sekalian!" jawab Nisa tidak kalah keras, dia sudah lelah dituduh macam-macam.

"Oh, sudah berani kamu ya melawan suami. Sekarang malah berani membawa selingkuhan ke rumah!" sahut Rif'at lagi setelah berhasil menguasai keterkejutannya karena Nisa berani bersuara keras, padahal tidak pernah.

Tanpa dapat di cegah, Nisa tertawa terbahak-bahak namun dengan ekspresinya yang sedih. "Mantan, Mas. Kamu mantan suamiku, kamu sudah menceraiku kalau kamu lupa. Sekarang kalau aku minta antar jemput pacar baruku, kamu sudah tidak ada hak mencampurinya apalagi marah!" jawab Nisa membelalakkan matanya menantang ketika mengatakan kata terakhir.

Saking kesalnya, Nisa mengiyakan saja tuduhan sang mantan suami kalau dia sudah memiliki pacar. Setelah dipikirkan, apa yang dikatakan Rif'at ada benarnya. Dia baru saja menyadari kalau dia merasa lega sudah bercerai dengan sang suami, entah kenapa dia merasa ikatan tak terlihat yang membelenggunya selama ini sudah terlepas. Dia bisa bernafas lega.

Yang tadinya selalu menjaga lisannya di depan suami, sekarang dia bebas menunjukkan ekspresinya.

Yang tadinya dia merasa suaminya itu terlihat berwibawa, sekarang nampak seperti lelaki yang hanya haus kehormatan.

Yang tadinya dia merindukan sentuhan dan kasih sayangnya, sekarang baru disadari Nisa kalau selama ini dia tidak menikmati sentuhan itu bahkan dia merasa mual ketika lidah mereka beradu karena rasa nikotin dan tar sudah menempel erat di ludah suaminya.

"Tentu saja aku tidak lupa, Nisa. Kamu pikir aku siapa bisa melupakan ucapanku sendiri beberapa jam yang lalu?" ucap Rif'at menyindir Nisa yang sering melupakan pekerjaan rumah, bukan lupa tapi karena saking banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakannya, membuatnya kadang melewatkan sesuatu.

"Kamu Rif'at Al Mansyur, ayahnya M. Maulana. Perokok berat yang tidak pernah bisa membuat anaknya tersenyum ketika menangis. Apa kamu tidak menyesal karena tidak memiliki waktu yang banyak selama anak kita hidup, Mas?" Suara Nisa bergetar sambil menahan emosinya.

"Kamu mengenal aku, Nisa. Aku orang yang tidak suka dengan anak kecil, jadi jangan menuntutku melakukan yang bukan keahlianku."

"Kalau kamu meminta aku memaklumimu seperti itu, kenapa kamu menuntutku melakukan sesuatu yang tidak aku bisa sebelumnya. Aku berusaha, Mas, dan ketika aku berhasil melakukannya, tidak ada pujian untukku," sahut Nisa keras karena Rif'at juga mengeraskan suaranya. Dia tidak perduli lagi kalau pertengkaran mereka didengar orang lain.

"Oh, ibu kamu harus mendengar ini. Kalau kamu tidak mengharap kehadiran anak, sementara beliau memaksa kamu memilikinya," lanjut Nisa lalu berjalan menjauh, memasuki kamar utama untuk membereskan pakaiannya.

*

"Hem, tenang saja, Sayang. Dia datang hanya untuk mengambil pakaiannya. Tidak ada harta gono gini untuknya... tidak, dia tidak akan marah toh dia juga membawa pacarnya kesini... ya pacar yang pura-pura jadi penabraknya, lucu kan?... ya, dasar perempuan licik!" Rif'at berbicara di ponselnya dengan suara pelan.

Nisa yang keluar untuk mengambil barang anaknya di kamar sebelah, mendengar pembicaraan itu karena Rif'at duduk di sofa ruang tamu yang artinya Nisa harus berjalan melewati tempat duduk mantan suaminya itu.

Dengan santai Rif'at menyentakkan kepalanya ke atas saat melihat Nisa berjalan sambil meliriknya sekilas dengan wajah datarnya.

"Dasar lelaki tua. Manuduhku selingkuh, padahal dia yang memiliki peliharaan. Apa dia lupa kalau dia dulu yang mengemis cinta kepadaku, dasar akunya saja yang bodoh. Kenapa mau sama lelaki tua itu," gerutu Nisa yang memberekan barang anaknya yang ingin dibawanya sebagai kenangan.

Wanita berusia Dua Puluh Tujuh tahun itu teringat kepala timnya dulu yang selalu mencoba mencuri perhatiannya. Lelaki norak yang lebih tua Empat tahun darinya itu adalah Rif'at, mantan suaminya.

Rif'at yang kolot, tidak mau mangakui kehebatan rekan bisnisnya atau bawahannya sehingga dia selalu dihindari karyawan kantor, termasuk Nisa. Tapi entah kenapa, setelah mereka satu proyek dan selalu makan siang bersama dengan para staf, lama kelamaan mereka semakin dekat. Bagai dipelet, Nisa seperti tergila-gila dengan kepala timnya itu.

Teman sekantor tidak habis pikir kenapa Nisa bisa kecantol dengan lelaki sepert Rif'at. Tatap matanya yang mesum, gampang dijilat meski sering membuat kesal.

"Baru kusadari. Mungkin aku memang benar-benar sudah kena peletnya. Untung aku masih bisa lepas darinya, terima kasih, ya Tuhan." Nisa membawa tas kecil yang berisi beberapa baju dan mainan anaknya.

**

Ferdi mendengar pertengkaran Nisa dan mantan suaminya. Meski jarak mobilnya beberapa meter dari rumah Rif'at karena diparkir di pinggir jalan di depan rumah, tetap saja kata perkata jelas terdengar oleh telinga lebarnya.

Ferdi bisa mengerti perasaan Nisa yang kehilangan anak karena dia pun pernah hampir kehilangan anaknya, karena kebodohan mantan istrinya. Dia juga paham apa yang mereka rasakan saat ini karena dia sudah pernah mengalami perceraian.

Ketika itu, Lana anaknya Ferdi sedang sakit dan sedang berada di rumah ibunya, yaitu mantan istri Ferdi.

Anak itu mengalami dehidrasi parah, hanya bisa berbaring di sofa sambil menonton TV. Kadang matanya terpejam karena merasa terus mengantuk, lemah, letih, dan lesu.

Ibunya yang tidak mengerti apa-apa mengira anaknya mengantuk berat sehingga meninggalkannya pergi berkencan, membiarkan anak berusia Tiga tahun sendirian di rumah dan dikunci.

Mengingat kejadian itu saja membuat Ferdi kembali marah dan menyesal menikahi wanita itu. Artis figuran yang tidak laku, artis yang viral sesaat karena cantik imut tapi otaknya kosong.

Ferdi marah besar ketika bertemu mantan istrinya itu makan di restoran bersama teman sesama artisnya. "Apa yang kamu lakukan disini?"

"Kamu tidak punya mata, ya? Tentu saja makan, berkencan," jawab wanita itu bangga membuat Ferdi melotot marah dan wanita itu dengan polosnya mengira mantan suaminya itu cemburu.

"Kenapa, Ferdi? Kamu cemburu, iya kah?" ucap senyum centil wanita itu.

"Kamu meninggalkan anak kecil yang sedang demam sendirian? Apa kamu gilaaa!" Murka Ferdi lalu berlalu pergi ke rumah wanita itu.

Karena pintu terkunci, Ferdi mendobrak pintu itu dan mendapati anaknya terbaring tak berdaya di sofa, tanpa basa-basi lagi dia langsung membawa anaknya ke rumah sakit.

Begitu pilu hatinya saat mendengar penjelasan dokter bahwa anaknya itu dehidrasi parah, sudah level merah. Sehingga perlu penanganan lebih.

Ingin rasanya mencekik mantan istrinya itu, tapi apalah daya semua sudah terjadi.

Lamunannya buyar setelah terasa ada yang membuka pintu mobil, Nisa membawa koper dan barangnya masuk ke dalam mobil.

"Apa kalian akan rujuk?" tanya Ferdi, tidak tahan untuk tidak menanyai Nisa ketika wanita itu masuk ke dalam mobil. Seandainya mereka rujuk, tentu tawaran pekerjaannya tidak berlaku lagi.

"Tidak, tentu saja tidak, Tuan," jawab Nisa setelah berhasil mengatasi keterkejutannya atas pertanyaan mendadak itu.

Nisa memuji di dalam hati ketika mereka sudah sampai di sebuah rumah di kompleks perumahan elit. Ferdi menghentikan mobilnya di depan rumah berpagar tinggi yang langsung dibuka oleh satpam yang sudah baya.

"Malam sekali pulang, Tuan. Den Lana sudah tidur setelah lama menunggu Tuan." Tiba-tiba datang seorang wanita dengan gelung rambut yang ketat menyambut kedatangan Ferdi.

"Antar Nisa ke kamar belakang, Bi. Dia akan bekerja disini mulai besok, membantu Bi Nia," ujar Ferdi sambil lalu, lelaki itu mendahului masuk ke dalam rumah. Dia sudah tidak sabar lagi ingin mandi, karena tubuhnya sudah terasa lengket dan baju basahnya jadi setengah kering di badan.

Wanita itu yang dipanggil Bi Nia oleh Ferdi, menatap Nisa dari bawah hingga ke atas dengan tatapan menyelidik. Nisa merasa terintimidasi dengan perlakuan beliau sebelum Bi Nia berucap, "Ayo, ikuti saya."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Trioboy
playing fictim gak tuuuuh
goodnovel comment avatar
Dila putri
hadehhhhh rifat manipulatif dia yg selingkuh nuduh orang selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status