Share

6. Menyangkal Hoax

“Sebuah berita kamu sedang tidur dengan perempuan tersebar!" dengan samar Daddy menunjukkan layar tablet berlogo apel itu pada semua.

Mulut Biyan menganga mendengar berita yang Daddynya bacakan. Bahkan itu membuatnya langsung beranjak dari duduk.

Pemuda yang mengenakan baju mandi itu dengan tegas menyangkal berita tidak benar tersebut. Berita sampah, hoax yang disebarkan oleh oknum tak bertanggung jawab membuatnya murka. Di sisi lain tetap harus menahan diri dan membela diri di depan keluarga.

“Berita macam apa itu, Daddy!"

“Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti itu!"

Bahkan semua yang mendengar langsung bergegas mendekati daddy Al, melihat sebuah berita yang tersebar disertakan dua foto yang memperlihatkan Biyan tengah terlelap dengan seorang gadis, bahkan dada Biyan dan bahu mulus gadis itu nampak terekspos.

Semua menggeleng kecewa, kecuali Opa Surya, Ia masih berusaha berpikir jernih jika bisa saja foto itu hanya editan

“Astagfirullah, Bi!" Mommy menoleh dengan mata berkaca-kaca sambil menutup mulut tak percaya.

Wanita paruh baya itu seketika jatuh tak sadarkan diri, syok melihat berita tersebut. lebih tepatnya tak menyangka jika anak bungsunya yang sangat ia sayangi dan didik dengan baik tega berbuat hal seperti itu di luar pernikahan.

“Jessica!" pekik oma Fera dan sang suami.

Sam segera bergegas meraih tab ketika Tuan Alfin menyodorkannya tanpa menoleh. Sorot mata lelaki paruh baya itu nampak begitu marah dan kecewa. Seakan mengatakan 'Lihat apa yang kamu lakukan, Bi! Perbuatanmu membuat Mommymu sampai seperti ini!'

Sorot mata Daddy Al beralih pada sang istri, lalu bersama yang lain mengangkatnya menuju kamar.

Sedangkan Biyan yang melihat itu merasa dunianya benar-benar berhenti. Dari belakang ia mengikuti langkah semua yang tengah membawa Mommynya ke kamar. Untuk pertama kalinya Ia melihat wanita yang begitu dihormati jatuh pingsan, selama ini Mommnya begitu sehat bugar dan sekarang drop hanya karena berita yang tidak benar itu.

Biyan bingung pada apa yang terjadi, ia bahkan tak bisa berpikir jernih bagaimana foto dan berita itu bisa muncul. Ia bahkan belum sempat melihat gambar tersebut dengan jelas.

“Telepon dokter Dewi!" seru Oma Fera memberikan arahan agar segera menelpon dokter langganan keluarga besar.

Tak butuh waktu lama, dokter Dewi segera datang dan langsung melakukan pemeriksaan, di dampingi dengan oma Fera dan beberapa pelayan.

”Sam, kita ke ruang tamu!"

"Bi, Opa tunggu di ruang keluarga ya!!" setelah melihat sang menantu ditangani dokter. Opa Surya menepuk bahu Biyan, ia beranjak keluar di susul oleh Sam.

Tak lama setelah itu Daddy Alfin pun menyusul ke ruang keluarga dan bergabung bersama Ayahnya dan Sam. Saat melangkah ia sempat menoleh pada Biyan yang juga sedari tadi mengikuti kemana langkahnya, hatinya teriris melihat raut wajah bersalah pada sang anak. Tapi rasa kecewa dan amarah lebih menguasai. Sehingga tak ada belas kasih yang bisa ditunjukkan.

“Sam, suruh media menghapus berita itu sebelum 1x24 jam!" suara Bariton khas kakek-kakek terdengar memberi instruksi pada Sam, bersamaan dengan Alfin yang baru duduk bersandar di sofa

“Cari penyebarnya dan minta foto tersebut untuk diselidiki keasliannya sebelum mengadakan conferensi pers besok!"

“Siap Tuan! Kalau begitu saya pergi dulu!" pamit Sam lalu bergegas pergi setelah mendapat anggukan.

Alfin merasa sangat terbantu dengan keputusan dan solusi yang Papanya berikan. Pikirannya saat ini terasa sangat buntu akibat masalah yang terjadi. Ia hanya bisa memejamkan mata sambil memijat pelipis.

“Huh!" keluh Daddy Al.

“Tenang dulu, kita selesaikan baik-baik! Jangan pakai emosi!" ucap Opa surya yang duduk sambil memegang tongkat, sedangkan satu tangannya beralih menepuk bahu anak semata wayangnya yang kini juga mulai menua.

Daddy Alfin menghembuskan napas gusar, ia melipat kedua tangan lalu menyelipkan di bawah tengkuk yang bersandar pada sofa.

“Bagaimana mau tenang, Pa. Ini memalukan, mencemarkan nama baik! Kalau sudah tersebar begini, banyak rival bisnis yang akan mudah menjatuhkan kita dengan masalah ini."

“Belum lagi ini adalah aib, keluarga kita tidak ada yang begini ...”

“Seenaknya tidur dengan perempuan di luar ikatan yang tidak sah"

“Memalukan, cih!" Dady Al berdecih sambil menoleh pada Biyan yang masih berdiri.

Mata pemuda itu terasa panas mendengar ucapan menohok Daddynya. Ini bahkan kali pertama ia diperlakukan dmikian. Membuat Biyan merasa sangat rendah. Dengan kedua jari ia mengusap sudut matanya yang terasa dipenuhi cairan bening.

Tangan Opa Surya mengelus bahu sang anak, menenangkan sambil melirik Biyan. Memberi isyarat sambil mengedipkan mata lembut, berusaha menenangkan sang cucu dengan anggukan.

“Sabar!"

“Kita selidiki dulu, bisa saja kan foto itu hasil editan dan disebarkan oleh orang yang ingin menjatuhkan kita atau bahkan orang yang punya dendam terhadap Biyan!" pungkas Opa dengan kepala dingin.

“Editan apanya?" sergah Daddy Al tak setuju, ia beralih duduk tegak. Menatap Biyan dengan sorot mata tajam. “Aku tabu itu bukan editan, Pah!"

“Lagi pula semalam Biyan mengadakan party, dia juga tidak pulang. Bisa dipastikan kalau kejadian itu pasti terjadi semalam." Lagi-lagi Alfin melirik Biyan sengan sinis, membuat Biyan kembali menggeleng dalam diam.

Walau sebenarnya Biyan cukup keras kepala tapi jika di hadapan orang tuanya ia sama sekali tak pernah melawan.

Ucapan Daddy membuat Biyan makin penasaran ingin melihat foto tersebut.

“Sudah, intinya kita tenang dulu, semoga tidak terjadi apa-apa!" Tangan Opa tergerak memanggil Biyan untuk duduk di sampingnya.

Dengan ragu Biyan pun segera menuju sofa, duduk tepat di samping opanya. Beruntung ia memiliki opa yang baik dan sangat menyayanginya, sayang sekali kedua kakek nenek dari Mommy sudah meninggal. Jika masih ada mungkin mereka juga akan mensuportnya di saat seperti ini.

“Bi, coba jujur semalam kamu kemana saja?" Opa Surya menoleh pada Biyan yang jadi lebih banyak diam, pusing memikirkan apa yang terjadi.

“Semalam memang ada party. Mela ulang tahun, aku memang minum abis itu aku gak ingat apa-apa lagi, pas sadar udah ada di ruang kamar. Itupun Aku sendiri!" Biyan menjelaskan secara rinci sesuai ingatan dan apa yang terjadi.

“Sudahlah Pa, percuma bertanya pada orang yang melakukan kesalahan, dia tidak akan jujur!" seru Daddy Al dengan mata yang masih terpejam.

“Kita tunggu saja kabar dari Sam." Daddy Al kembali duduk tegak, menatap Biyan dengan tatapan tajam.

“Kalau sampai foto itu bukan rekayasa atau editan, itu benar kamu lakukan. Lihat saja Bi, kamu harus dihukum dan mempertanggung jawabkan perbuatanmu!"

“Tapi Dad, aku sama sekali tidak melakukan itu! Percaya sama aku!" ucap Biyan memohon dengan setengah meringis. Merasa frustasi dengan apa yang Daddy ucapkan.

Namun, Daddynya sama sekali tak menghiraukan. Dengan acuh tah acuh membuat muka sambil beranjak menerima telepon

“Sudah ya, kita tunggu kabar dari om Sam! Kamu harus tenang, kalau tidak salah untuk apa takut, kalaupun salah kamu tinggal mempertanggung jawabkan perbuatanmu seperti kata Daddy barusan!" 

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status