Menikah dadakan di usia yang masih sangat muda bukanlah impian Biyan, jauh dari planning hidupnya. Laki-laki berusia 22 tahun itu sangat kesal ketika sebuah insiden sial terjadi di luar dugaan. Membuat Biyan seketika harus berperan sebagai suami yang baik. Memperlakukan upik abu seperti ratu sangatlah tidak pantas. "Namamu memang Queen, tapi kamu bukan seorang Ratu, jadi jangan berlagak!" ujarnya pada wanita bernama Queen. Wanita yang harus dinikahi Biyan karena kejadian saat malam birthday party. Membuat gadis itu mendadak jadi Ratu sungguhan karena menikah dengan sang pewaris Tiger's Group. Namanya saja Queen, tapi hidupnya tak semulus kehidupan ratu, dia hanyalah upik abu yang mendadak jadi Queen sungguhan karena menjadi bagian dari hidup Biyan. Semua bermula ketika Queen yang merupakan seorang pelayan di sebuah restoran menerima tawaran dari seseorang untuk menjebak Biyan. Queen yang membutuhkan biaya banyak untuk pengobatan ibunya akhirnya memyetujui itu. Toh tugasnya tidak sulit, hanya menaruh obat tidur dalam minuman Biyan. Tanpa Queen tahu jika hal itu sangat berdampak bagi kehidupannya, dimana la malah berujung dinikahkan dengan Biyan karena kejadian tersebut. Dunianya berubah 180 derajat setelah bersama Biyan. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti kelanjutannya di Novel Mendadak Jadi Queen. Follow Ig: arsy_la13 untuk mendapat info seputar novel dan visual untuk tokoh.
Lihat lebih banyak“Hei!" Queen tersentak dari lamunannya, ketika seorang pria berjas datang menghampiri dengan menjentikkan jari tepat di depan wajahnya yang sedang mojok sambil memegang nampan.
“Eh, iya Tuan?!" Queen mengerjapkan mata. Ia menelan ludah kasar melihat sosok tampan di depannya. Kulit bersih dan rahang tegas dengan potongan rambut rapih membuatnya terkesima. Aura orang kaya memang beda! Ini pertama kalinya Ia berhadapan langsung dengan orang kaya.
“Saya ada tugas buat kamu!"
“Tu-tugas a-apa ya, Tuan?" tanya Queen canggung.
“Gak berat kok, nanti saya kasih tip!"
Mendadak jantung Queen berdetak lebih cepat saat orang kaya itu mendekatkan wajah ke telinganya, hendak membisikkan sesuatu.
Queen menelan ludah kasar, perlahan ia mendekatkan telinga pada laki-laki yang disebutnya Tuan muda itu.
Pria itu sudah bersiap membisikkan sesuatu padanya.
“Kita bicara di luar!"
Tubuh Queen yang tadi kaku mendadak lemas walau perasaannya jadi lebih lega karena sempat menduga pemuda kaya itu akan mengatakan sesuatu.
Queen masih melongo menatap pemuda itu yang perlahan mulai membalik tubuh dan bersiap melangkah, tapi Queen yang masih terpaku tanpa bergerak sedikitpun membuatnya kembali berbalik.
“Ayo!" ajaknya dengan menganggukkan kepala.
“Kita bicara di luar!"
Dalam keadaan terpaku dan jantung yang terus berpacu Queen tetap berusaha fokus, ia mengikuti langkah pemuda kaya dan tampan itu dengan penuh tanya. Sebenarnya ada urusan apa sampai orang kaya sepertinya ingin bicara dengannya, apalagi bisa dipastikan ini bukan hal biasa karena sampai harus bicara empat mata seperti ini.
Langkah ragu Queen terus mengikuti kemana langkah pria itu, mereka berjalan di pelataran taman dan menuju arah depan, melewati lobby, teras dan sampai di halaman hotel yang luas.
Jantung Queen kembali berdegup, pemuda kaya itu mengajaknya berbica di sudut halaman yang terdapat tanaman hias yang hijau. Dari sana ia juga bisa melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan.
Pemuda kaya yang tidak Queen ketahui namanya itu menoleh ke kiri dan kanan, seakan memastikan keadaan sekitar.
“Kamu lihat orang dalam foto ini?" tanyanya setelah mengeluarkan smartphone canggih yang sudah dipastikan harganya bisa untuk mencash motor.
Queen mengangguk, Ia masih belum mengerti apa tujuan orang ini menujukkan foto seseorang yang juga tak kalah tampannya dengan dirinya.
Pemuda itu kembali menatap Queen dengan serius, membuat gadis yang merasa dirinya seperti serpihan debu itu hanya bisa menelan ludah kasar.
“Tugasnya gampang!"
Kening Queen makin mengkerut.
“Berikan dia minuman yang sudah saya beri obat tidur!"
“Apa?" sontak Queen menutup mulutnya dengan kepala menggeleng.
“Nga--ngasih obat tidur?" tanyanya memastikan, kali ini dengan ekpresi terkejut.
Namun, anggukan pemuda itu membuat gadis yang baru akan menginjak usia 23 tahun bulan depan itu kembali menutup mulut tak percaya.
“Saya akan bayar kamu!" pemuda itu berusaha menenangkan Queen yang panik.
“Berapapun yang kamu mau, saya bisa kasih!"
“Asal kamu bisa lakuin apa yang saya katakan tadi!" lanjutnya setelah sempat terdiam dan menatap Queen, berusaha membujuk.
Melihat Queen yang masih diam, laki-laki itu kembali berusaha melakukan penawaran dan terus membujuk. Seakan keinginannya itu tak boleh gagal. Ambisi yang terpancar dari sorot matanya nampak besar dan menggebu. Entah apa tujuannya, Queen sama sekali tak tahu.
“Cuma nganter doang kok, abis itu beres!"
Queen masih terpaku, ia sama sekali tak bergeming. Lebih tepatnya karena tubuhnya mendadak beku mendapat tawaran seperti ini.
“Nganter minuman yang sudah diberi obat tidur bisa bikin kamu kaya mendadak. Bahkan mungkin gaji kamu setahun disini belum bisa setara dengan apa yang saya tawarkan!"
Queen menelan ludah kasar mendengar tawaran yang menggiurkan. Hal ini membuat Queen menelan ludah kasar, ternyata rumor yang mengatakan orang kaya sangatlah menyeramkan karena dengan kekuasaan dan uang mereka bisa melakukan apa saja demi mencapai sebuah tujuan. Salah satunya seperti apa yang terjadi dihadapannya saat ini.
Orang kaya memang bisa melakukan apa saja. Terlepas dari itu semua Queen tidak tahu apa tujuan orang ini ingin memberikan obat tidur pada orang yang mungkin adalah rekannya itu.
“Saya tahu orang seperti kamu pasti belum pernah pegang uang yang banyak, kan?"
“Saya bisa memberikan kamu segini!" pria itu menunjukkan lima jari, mengisyaratkan nominal uang yang akan ia berikan jika Queen bersedia menerima tugas darinya.
“Biar saya tebak, kamu pasti belum pernah memegang uang dengan nominal 50 juta dalam semalam!" bisiknya sambil memelankan suara pada jumlah uang yang ditawarkan.
Bibir Queen mendadak kelu, persendiannya lemas seketika. Ya, yang dikatakan pria dihadapannya ini memang benar. Ia bahkan belum pernah memegang uang sebanyak itu.
Tawaran pemuda itu seketika membuat Queen teringat pada Ibunya yang sakit di kampung. Mata Queen menjadi panas karena menahan air mata.
Ibu Queen divonis mengidap kista sejak beberapa bulan yang lalu. Kista yang makin membesar membuat dokter menyarankan untuk segera melakukan tindakan operasi. Keluarga Queen tak memiliki uang sebanyak itu untuk melakukan operasi. Hal itu pula yang menyebabkan Queen yang merupakan hanya seorang tenaga pengajar honorer di kampung memilih merantau untuk mencari biaya tambahan untuk Ibu. Paling tidak agar bisa membayar tunggakan BPJS agar bisa digunakan untuk berobat.
"Bagaimana?"
Suara orang kaya itu membuat ingatan Queen tentang ibu langsung buyar, dengan cepat ia menghapus air matanya yang hampir menetes dan menatap sosok yang tengah menunggu persetujuannya itu.
“Saya bersedia!" ujar Queen dengan mantap. Membuat pemuda itu langsung bersorak senang.
“Nah, gitu dong!"
“Nanti setelah semua beres kita bicara lagi! Yang penting sekarang kamu lakukan semua sesuai instruksi saya."
To be continued...
Di dalam mobil menuju jalan pulang, Queen hanya banyak diam. Ia tak menyangka tindakan dan keputusannya tempo hari harus berakhir pada pernikahan dengan orang yang tak diharapkan. Jangankan baginya, bagi Biyan pun jelas ia bukanlah hal yang ingin dituju, sama sekali tak masuk dalam kriteria lelaki itu, Queen sangat sadar akan hal itu. Pernikahan bukanlah akhir yang mereka harapkan, tapi mau dikata apa, nasi benar-benar sudah menjadi bubur dan ini semua karena ulahnya. Queen menoleh mencuri pandang pada Biyan yang nampak diam menahan emosi. Jika tak ada supir dan orang kepercayaan daddy-nya mungkin Queen benar-benar dihabisi sejak tadi. Kilatan emosi nampak terpancar nyata di raut wajah pria muda itu. “Gimana caranya minta maaf sama dia.” Gadis itu menunduk, meremas ujung dressnya. Air matanya menetes saat itu juga. Sungguh ia merasa menjadi orang yang paling jahat, sudah menghancurkan kehidupan seseorang. Tanpa sadar, suara napas Queen yang berusaha menahan tangis agar tak dide
Di bagian bumi yang lain, tepatnya di negara yang kerap dijuluki sebagai Negeri Paman Sam. Seorang wanita tampak syok ketika mendapat kiriman sebuah foto berupa sang kekasih yang tengah tidur bersama wanita lain. Ia yang baru hendak mengistirahatkan tubuh malam itu langsung bergegas meraih benda pipih miliknya yang sedang tercharger. Namun, sayangnya nomor yang dituju malah tidak aktif. “Tega kamu, Bi!” lirihnya sembari menutup mulut tak percaya. Hatinya benar-benar sakit dan merasa dikhianati. Padahal hubungan mereka sudah berjalan setahun, dan selama ini ia begitu percaya pada Biyan. Namun, apa ini sekarang? Dari nomor tak dikenal, ia mendapat foto tersebut. “Aku pikir kamu akan setia sampai aku selesai menyelesaikan pendidikan di sini, tapi apa ini?" lirih wanita itu, ia luruh ke lantai dan bersandar di sisi tempat tidur. Tak kuasa membendung air mata, ia menangis sesenggukan seorang diri sambil mengirim rentetan pesan pada sang kekasih. Belum juga reda, ia kembali mendapat pes
Sementara itu, di sebuah pemukiman padat penduduk. Tepatnya di sebuah bangunan berukuran enam kali lima yang dijadikan kostan oleh pemiliknya itu nampak seorang gadis mengenakan daster dengan rambut dicepol asal terlihat gusar. Ia terus mondar mandir dari ujung teras kost, ke ujungnya lagi.Gadis itu adalah Lili. Jam menunjukkan hampir 10 malam, tapi Queen belum juga pulang. Membuat rasa khawatirnya memuncak memikirkan kondisi gadis si pemilik nama cantik yang hidupnya tak secantik dan seberuntung namanya itu.Ya, gadis lugu berwajah datar, namun menggemaskan itu bahkan bisa membuatnya iba saat pertama kali melihat sorot mata menyedihkan dari Queen yang pada saat itu bertemu dengannya saat di toilet rumah makan."Pasti ini kali pertamanha lo pergi merantau, kan?" Begitu pertanyaan yang Lili layangkan sambil mulai memutar keran air untuk membasuh tangan. Saat itu ia melihat sosok gadis menyedihkan yang sedang membasuh wajah tepat di sampingnya.Bertemu dengan Queen membuat Ia teringat d
“Queen, tolong jawab pertanyaan saya yang tadi!"Suara itu membuat Queen yang tengah menitihkan air mata langsung mendongakkan kepala. Ia kemudian menyusut bulir bening yang masih menetes menggunakan tisu yang disodorkan oleh sosok pria yang duduk di kursi roda.“Saya gak disuruh siapapun Pak, sa-saya, malam itu saya hanya ingin membantu anak Bapak menuju ke kamar. Ta-tapi kejadian itu.. hikss." Queen menghentikan ucapannya. Air mata yang menetes kian deras dan rasa sesak atas kebohongan yang baru saja ia ungkapkan membuatnya tak mampu meneruskan kata-kata.Sementara Biyan yang mendengar ucapan Queen hanya bisa mengusap rambutnya secara kasar. Pemuda itu benar-benar dibuat frustasi oleh semua keterangan yang Queen buat.Sedangkan Pak Alfin, ia hany terlihat menggeleng seraya mengangguk mengerti. Pria paruh baya itu beranjak setelah saling tatap dengan Pak Ferdy dan Papanya, Opa Surya. “Baik, saya paham posisi kamu." ucapan Pak Alfin membuat Queen yang masih menangis hanya bisa menatap
"Azalea Queenara?" ucap Daddy Biyan membuka suara. Tadi sebelum menemui Queen ia sempat menyuruh Sam untuk mencari informasi tentang Queen. Dengan mudah ia mendapatkan semua dari pihak restoran hotel tempat gadis itu bekerja. Mendengar nama lengkapnya disebut membuat jantungnya sekan berhenti berdetak. Ia menoleh pada sosok pria paruh baya yang menatapnya dengan ekspresi datar. Lihatlah kekuasaan orang kaya, Ia bahkan bisa mengetahui nama lengkapku dengan mudah. Ntah apalagi yang berhasil ia dapatkan setelah ini. Lirih Queen sambil mengangguk mengiyakan. “Kamu di Jakarta belum cukup sebulan, kerja sebagai pelayan di salah satu resto yang ada di Angkasa Land Hotel." Queen mengangguk membenarkan, jantungnya berdegub dua kali lebih kencang dari detang jantung normal. “Iya pak, eh, i-iya Tuan." lirih Queen membenarkan sebutannya ketika melirik semua mata itu menatapnya dengan tajam tanpa berkedip. “Langsung ke intinya saja, Al!" ujar seorang pria paruh baya yang kepalanya dipenuhi ub
Mobil yang Queen tumpangi bersama dua orang laki-laki yang menjemputnya itu terus melaju memecah jalan ibu kota di bawah langit sore yang kian kemerahan. Sepanjang jalan Pikiran gadis biasa, pemilik bulu mata lentik yang tak terlalu panjang itu terus dipenuhi dengan berbagai tanya dan kekhawatiran tentang hal apa saja yang akan ia hadapi setelah ini. "Huhh.” Ia mendesah pelan sambil melempar pandangan ke arah luar kaca mobil. Menatap kendaraan yang berlalu lalang dan jejeran gedung yang ada. “Seandainya malam itu aku gak menerima tawaran dari tuan muda itu, mungkin sekarang hidupku akan tetap normal dan bisa bekerja dengan tenang," lirih Queen dalam hati. “Tapi ....” Ia mendesah kesal meratapi ketidak berdayaan. Bahkan uang dari hasil pekerjaan yang ia sesali itu sudah ia berikan pada Agung untuk biaya pengobatan ibu. Jika sudah begini, rasanya segala perandaian yang ia sebutkan tadi tak lagi berguna. Ia bagaikan orang munafik yang menyesal tapi tetap menggunakan uang hasil me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen