Share

17

Penulis: Ghoos book
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-17 17:43:22

Kemenangan di aula pelatihan terasa seperti racun yang dibungkus madu. Tatapan hormat yang kuterima dari Instruktur Kegelapan dan terlebih lagi, rasa takut yang membeku dari sesama Murid Pilihan, bukanlah sebuah kemenangan. Itu adalah piagam kematianku yang ditandatangani dengan tinta paling gelap. Aku telah membuktikan bahwa aku bukan sekadar predator; aku adalah sesuatu yang asing, sesuatu yang bahkan sistem kejam ini belum sepenuhnya pahami. Dan di tempat seperti ini, hal yang tidak dipahami biasanya akan dibedah, atau dimusnahkan.

"Kau membuat kesalahan," geram Jiao keesokan harinya, saat kami berbaris untuk menerima "nutrisi" pagi—sebuah cairan kental berwarna ungu yang memancarkan energi spiritual korup. Bibirnya yang pecah-pecah melengkung dalam sinisme. "Kau seharusnya berpura-pura berjuang. Sekarang si Mata Merah dan Yan akan menjadikanmu sasaran utama."

"Aku tidak punya pilihan," jawabku singkat, meneguk cairan itu. Rasanya seperti rumput dan kotoran, tapi "Bibit"-ku menyamb
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Budak Menjadi Bencana   19

    Kembali di sel, aku tidak langsung membuka kotak logam itu. Terlalu berisiko. Mata-mata Yan ada di mana-mana—bahkan di dalam kegelapan sel, aku merasakan tatapan tak terlihat yang mengawasi. Jadi aku menunggu, duduk bersila dengan mata tertutup, berpura-pura bermeditasi untuk menstabilkan energi spiritual setelah pertarungan dengan Jiao.Tua Bangka, seperti biasa, membaca situasi tanpa perlu bertanya. Dia duduk di sudutnya, memainkan beberapa kerikil kecil dengan jari-jarinya yang keriput—sebuah kebiasaan yang tampak tidak berbahaya, tapi sebenarnya adalah ritual kecil untuk mengganggu pengawasan spiritual tingkat rendah. Suara kerikil yang bergesekan menciptakan getaran minor yang bisa mengaburkan indra spiritual yang tidak terlalu kuat."Malam yang sibuk," gumannya tanpa menatapku. "Dua budak hilang dari sel mereka. Satu kembali basah kuyup. Yang lain dengan mata penuh kebencian yang lebih besar.""Yan mengatur semuanya," bisikku, suaraku hampir tak terdengar. "Pesan dari Shen... it

  • Dari Budak Menjadi Bencana   18

    Aku tidak menunggu lama untuk menjalankan rencanaku. Keesokan harinya, saat distribusi nutrisi pagi, aku dengan sengaja menjatuhkan mangkukku tepat di samping Jiao. Cairan ungu itu tumpah, menggenang di lantai batu yang kotor."Maaf," kataku, suaraku cukup keras agar didengar beberapa Murid Pilihan lainnya. Aku berlutut untuk membersihkannya, dan dalam gerakan yang terlihat ceroboh, aku berbisik hanya untuk Jiao: "Malam ini. Mata Air yang Terlupakan. Sektor 3. Ada sesuatu yang harus kuambil di sana."Jiao membeku sejenak, lalu matanya menyipit. Dia tidak menjawab, hanya menatapku dengan tatapan tajam sebelum berbalik pergi. Tapi aku tahu dia mendengar. Dan yang lebih penting, aku tahu keserakahannya—dia akan mengikutiku, berharap menemukan rahasia atau kelemahan yang bisa dieksploitasi.'Kau yakin dengan ini?' tanya suara hati-hati dari seorang ahli strategi dalam diriku.'Tidak,' jawabku jujur. 'Tapi kita harus tahu apakah pesan Shen itu nyata atau jebakan. Dan jika Jiao mengikutiku,

  • Dari Budak Menjadi Bencana   17

    Kemenangan di aula pelatihan terasa seperti racun yang dibungkus madu. Tatapan hormat yang kuterima dari Instruktur Kegelapan dan terlebih lagi, rasa takut yang membeku dari sesama Murid Pilihan, bukanlah sebuah kemenangan. Itu adalah piagam kematianku yang ditandatangani dengan tinta paling gelap. Aku telah membuktikan bahwa aku bukan sekadar predator; aku adalah sesuatu yang asing, sesuatu yang bahkan sistem kejam ini belum sepenuhnya pahami. Dan di tempat seperti ini, hal yang tidak dipahami biasanya akan dibedah, atau dimusnahkan."Kau membuat kesalahan," geram Jiao keesokan harinya, saat kami berbaris untuk menerima "nutrisi" pagi—sebuah cairan kental berwarna ungu yang memancarkan energi spiritual korup. Bibirnya yang pecah-pecah melengkung dalam sinisme. "Kau seharusnya berpura-pura berjuang. Sekarang si Mata Merah dan Yan akan menjadikanmu sasaran utama.""Aku tidak punya pilihan," jawabku singkat, meneguk cairan itu. Rasanya seperti rumput dan kotoran, tapi "Bibit"-ku menyamb

  • Dari Budak Menjadi Bencana   16

    Tiga hari setelah sabotase, tidak ada yang terjadi.Tidak ada alarm yang meraung-raung, tidak ada pengawas yang menyeret budak keluar untuk diinterogasi, tidak ada eksekusi publik di plaza tambang. Hanya kesunyian yang memberat, seperti udara sebelum badai petir. Kesunyian yang lebih menakutkan daripada teriakan.Aku tidak bisa tidur. Setiap kali aku memejamkan mata, aku melihat Formasi Penahan itu—cahaya birunya yang berkedip-kedip, dan titik kecil yang telah kugores dengan "kekacauan spiritual". Apakah sabotaseku terlalu kentara? Ataukah terlalu halus sehingga tidak berdampak sama sekali?"Tenang", bisik suara Liang Jie di kepalaku, suaranya seperti pedang yang diasah. "Kegagalan formasi tingkat itu membutuhkan waktu untuk terdeteksi. Para Elder tidak memeriksa setiap rune setiap hari. Mereka akan melihatnya sebagai keausan alami.""Tapi Yan bukan orang bodoh", bantah suara lain—seorang budak cerdas yang pernah menjadi penyihir jalanan sebelum ditangkap. "Dia tahu kita berada di san

  • Dari Budak Menjadi Bencana   15

    Rencana itu berjalan dengan lambat, seperti tetesan air yang mengikis batu. Setelah pertemuanku yang gegabah dengan Shen, realitas yang lebih berbahaya kembali menghantamku. Yan tidak hanya mengawasiku; dia sekarang seolah-olah menyatu dengan setiap napasku. Setiap getaran spiritual, setiap kedipan mata yang terlalu lama, semuanya dicatat olehnya dengan keasyikan seorang kolektor yang mempelajari spesimen langka."Konsentrasimu buyar, Wa Lang," ujarnya suatu siang, saat aku berusaha memetakan aliran energi di sektor barat laut bawah tanah berdasarkan ingatan seorang budak tukang yang telah kuserap. Jarum pada alat ukur di tangannya bergetar tak menentu, mencerminkan kegelisahan yang kusembunyikan. "Ada sesuatu yang mengganggumu?""Kelelahan, Tuan," jawabku, menunduk. "Beban dari... ingatan-ingatan itu. Terkadang mereka berteriak." Itu bukan sepenuhnya bohong. Kolektif di dalam diriku adalah lautan yang tak pernah tenang, dan gelombang kepanikan mereka terkadang sampai menerpa kesadara

  • Dari Budak Menjadi Bencana   14

    Tua Bangka tidak langsung menjawab. Dia hanya memandangiku lama, matanya yang keriput seolah menimbang-nimbang sesuatu di dalam gelap. Suara napasnya yang berdebu adalah satu-satunya suara di sel yang pengap itu."Orang yang bisa dipercaya," ucapnya perlahan, seolah mencicipi kata-kata itu. "Di tempat ini, itu adalah barang langka yang lebih berharga dari Spirit Ore murni." Dia mendekat, suaranya turun hingga hampir tak terdengar. "Mengapa kau tanya, Anak Muda? Apa yang kau bawa pulang dari 'jalan-jalan'-mu tadi?"Aku ragu. Mempercayai siapa pun adalah risiko. Tapi Tua Bangka... dia telah bertahan lebih lama dari siapa pun. Dia tahu sesuatu. Dan yang terpenting, dia tidak memiliki "Bibit". Dia tidak berguna bagi rencana Yan, yang membuatnya mungkin, hanya mungkin, tidak menjadi ancaman langsung.Dengan hati-hati, aku mengeluarkan gulungan kulit dari balik pakaianku yang compang-camping. Aku tidak menyerahkannya, hanya memperlihatkannya sebentar sebelum menyembunyikannya lagi.Tua Bang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status