Kala membuka mata dengan senyum puas. Mimpi paling indah yang pernah dia miliki. Bercinta dengan Jenna habis-habisan sampai wanita itu menangis memohon-mohon untuk berhenti setelah tiga jam berlalu.Berbagai gaya mereka coba atas permintaan Jenna. Setiap kali berganti gaya, Jenna selalu memujinya. Memuji ukurannya dan staminanya. Ah, benar-benar mimpi yang sangat indah. Kucingnya begitu jinak dan manja. Bahkan berani mengeksplor hal-hal baru yang membuat tubuh wanita itu menggelepar entah sampai berapa kali.Jenna bahkan begitu liar ketika berada di atas. Pemandangan yang akan terus terpatri dalam otaknya. Bahkan video-video biru itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gerakan tubuh Jenna yang begitu erotis.Seandainya itu terjadi di dunia nyata...Kala menoleh ke sisi ranjang di sampingnya dengan senyum masih menghiasi wajah, sampai senyum itu akhirnya surut. Matanya mengerjap berkali-kali dan tangannya mencubit lengannya sendiri. Masih belum percaya, dia mengucek matanya.Jenna
Kala fokus pada layar laptop yang menampilkan laporan keuangan hotel. Mumpung Jenna masih di rumah orangtuanya, dia jadi bisa berkonsentrasi. Sejak kejadian Septi dan Rangga, Kala membuat peraturan baru mengenai karyawan.Sesama karyawan tidak boleh menjalin hubungan, tidak boleh ada karyawan yang diterima dengan jalur orang dalam, dan semua karyawan wajib diperiksa sebelum memasuki hotel. Kemarahan Jenna tadi saja sudah membuatnya trauma. Apalagi Septi ternyata mengartikan kebaikannya sebagai perhatian yang salah."Ck, gitu aja baper. Pantesan aja si Arman membatasi diri dari perempuan. Mereka dibaikin dikit malah ngelunjak. Pantesan banyak cewek yang ditipu sama laki-laki," gumamnya sambil meraih secangkir kopi tanpa mengalihkan pandangannya dari grafik yang terus naik.Ternyata, pemecatan Rangga dan Septi memberikan dampak yang signifikan. Para karyawan mulai berani membuka suara mengenai tingkah laku mereka yang membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman."Cuma Jenna yang nggak ba
Sepanjang perjalanan, Meta selalu mengumpat dan mencaci maki Jenna beserta ibunya. Rencananya gagal total, dan dia justru terpaksa harus ikut memakan kue yang dia berikan untuk mereka."Anj*** memang ibunya Jenna! Nenek-nenek tua menyebalkan!" umpatnya dengan dada bergemuruh.Perutnya terasa seperti diaduk-aduk sekarang. Keringat mengalir deras di keningnya dan dadanya berdebar. Meta ingin segera pulang dan berbaring di atas tempat tidur yang nyaman.Saat berhenti di lampu merah, Meta merasa kepalanya pusing. Apakah itu efek dari racun yang ada di kue pelangi? Seingatnya, dia tadi hanya makan sedikit. Seharusnya tidak berdampak apa-apa, kan?TIN!Meta terlonjak. Dia mendongak dan melihat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Dengan dada semakin berdebar, dia menjalankan motornya menuju ke rumah orangtuanya. Persetan jika mereka menolaknya nanti!Sejak kecil, orangtuanya memang tidak begitu peduli padanya. Karena kurang kasih sayang, Meta selalu berbuat ulah di luar sana untuk
Bukan hanya Jenna yang tegang, melainkan Meta juga. Mereka melihat Bu Via yang baik-baik saja setelah semenit berlalu. Meskipun Jenna heran bukan main kenapa ibunya tidak kenapa-kenapa, tapi dia sangat bersyukur.Sekarang, dia melihat ke arah Meta yang masih mematung di tempatnya. Kedua mata Jenna menyipit. Reaksi gadis itu semakin membuat dia yakin bahwa Meta memang berniat untuk meracuni keluarganya."Ayo, Met. Dimakan dong kuenya. Apa kamu nggak doyan sama kue yang kamu bawa sendiri?" Jenna sengaja sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Meta. "Atau jangan-jangan...ada sesuatu ya di dalam kue itu?"Meta langsung terlihat gugup. "Hah? Ng-nggak kok. Kenapa kamu bilang begitu?""Kalau nggak ada apa-apa di dalam kue itu, seharusnya kamu nggak perlu tegang begitu dong. Cuma ngambil satu aja terus dimakan. Apa susahnya?" Jenna terus memprovokasi. "Kecuali kamu lagi hamil. Katanya orang hamil itu sensitif sama bau-bauan atau makanan tertentu. Kamu kelihatan eneg pas nyium bau jus mangga."
Kalau saja Kala tidak tiba-tiba muncul dan melamarnya, mungkin dia akan terus terjebak dengan sahabat yang ternyata berniat untuk menusuknya dari belakang. Seandainya dia tidak menikah dengan Kala, mungkin dia sudah berakhir mengenaskan di tangan Rangga dengan masa depan yang hancur, sedangkan Meta tertawa terbahak-bahak dan memiliki kesempatan yang besar untuk menjebak Kala.Sekarang Jenna sadar akan satu hal. Segala yang terjadi dalam hidupnya, sudah diatur oleh Tuhan. Dan dia merasa seperti tertampar. Tuhan tidak mungkin mengirimkan Kala untuknya jika laki-laki itu berniat jahat, kan?Dia melihat ayah dan ibunya, lalu melihat foto Arman di dinding ruang tamu. Kesadaran itu membuatnya terhenyak. Mereka semua mengenal Kala dengan baik. Dan Kala adalah tetangga mereka sejak Jenna bahkan belum lahir. Hanya Jenna saja yang tidak pernah mau tahu."Aku nggak nyangka kalau kamu selama ini nggak tulus berteman dengan aku, Met. Cuma demi cowok, kamu menjelek-jelekkan aku."Meta terlihat syo
Jenna benar-benar dongkol bukan main. Membayangkan Kala bersikap baik pada perempuan lain, meskipun beralasan bantuan selanjutnya diberikan oleh Bayu dan Dilla, tetap saja memberikan harapan para perempuan-perempuan itu."Aarrggghhhh! Kalian tuh bisa nggak sih jangan suka ngasih harapan ke cewek sembarangan? Coba kalau aku yang begitu ke cowok-cowok lain, pasti kaum kalian mengatai kami murahan, kan? Apa? Mau pakai alasan poligami? Nggak ada perempuan yang mau dimadu! Bahkan Hawa pun cemburu dengan tanah gara-gara Adam selalu menunduk melihat tanah. Lha kamu malah sok baik bantuin mereka. Kenapa milih yang masih muda?"Rasanya benar-benar menyebalkan. Meskipun dia masih belum membalas perasaan Kala, seharusnya pria itu tahu bahwa begitu mereka menikah, tidak boleh berinteraksi dengan perempuan lain."Sayang, itu kan masa lalu. Sekarang aku udah nggak pernah berhubungan lagi dengan mereka. Aku juga udah berhenti membantu mereka," bujuk Kala."Kalau sampai ada yang mengaku hamil setelah