Share

Hamil Duluan?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-23 15:51:40

“Aku bersyukur Kakak tidak jadi menikah dengan Kabel Paralel itu, hanya saja apa Kakak yakin ingin menikahi pria lain? Ini begitu cepat.”

Emily menoleh sang adik yang sedang melayangkan protes ke arahnya.

“Anak kecil tahu apa? Ssttt … diam saja.” Emily meminta adiknya diam karena dia sedang sibuk berhias untuk menyambut Alaric dan keluarganya datang hari ini.

“Bukan tak tahu. Kakak itu gampang dimanfaatkan orang. Dikit-dikit kasihan, dikit-dikit kasihan, ujungnya apa? Patah hati! Farrel selingkuh ‘kan, makanya Kakak patah hati dan mau menikah dengan pria lain?”

Emily langsung berdiri mendengar ucapan sang adik. Dia membekap mulut adiknya yang bocor saat bicara.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Emily.

Sang adik menyingkirkan telapak tangannya dari mulut remaja itu, hingga sang adik bicara, “Ada, Kakak tidak perlu tahu. Yang jelas, Kakak putus sama si Kabel Paralel, tapi kenapa menikah dengan pria asing? Kalian tidak saling kenalkan?”

Emily terdiam mendengar ucapan sang adik. Terlepas dari mana sang adik tahu soal itu, tetapi kenyataannya itu benar.

“Alaric mencintai kakak. Daripada susah payah mencintai seseorang yang tak menghargai, bukankah lebih baik dicintai?” ucap Emily tetap menutupi kebohongannya agar rahasianya dengan Alaric terjaga.

“Pria itu benar-benar mencintaimu?” tanya pemuda itu. Adiknya masih berumur 20 tahun, tapi sikapnya sudah seperti orang dewasa.

Emily menatap sang adik lantas menjawab dengan cara menganggukkan kepala.

“Kalau dia tidak cinta, dia tidak akan melamarku bahkan menghadapi Mami yang posesif,” jawab Emily meyakinkan.

Setelah bicara dengan adiknya. Emily turun ke bawah karena keluarga Alaric sudah datang. Ternyata yang datang hanya ibu dan kakek Alaric, tetapi itu sudah cukup membuktikan kalau pria itu serius.

“Cucu saya pasti sudah menyampaikan sebelumnya tentang niatan melamar putri kalian. Saya minta maaf hanya datang berdua karena ini sangat mendadak. Ayahnya juga sudah meninggal, jadi sayalah yang akan menjadi wali untuk melamar putri kalian.”

Kakek Alaric bicara begitu sopan pada orang tua Emily. Emily sendiri tak menyangka jika keluarga Alaric akan bersikap sopan sekali untuk menghargai keluarganya.

Emily menoleh pada kedua orang tuanya yang tersenyum membalas senyum dari kakek Alaric.

“Kami berterima kasih atas kesungguhan kalian melamar putri kami. Ini pun sangat mendadak bagi kami karena selama ini tidak tahu soal hubungan keduanya,” balas ayah Emily.

“Kita ini para orang tua tak perlu tahu bagaimana hubungan keduanya berjalan, yang terpenting mereka sudah saling suka dan setuju membuat komitmen yang lebih jauh untuk ke depannya.”

Emily hanya tersenyum saat ibu dan kakek Alaric menatapnya. Dia menoleh pada orang tuanya yang ternyata juga sudah memandang dirinya.

“Kami ke sini karena serius ingin melamar putri kalian untuk putra saya. Saya harap kalian merestui agar saya juga tenang karena Alaric mendapatkan pendamping yang cantik dan ramah seperti Emily,” ucap ibu Alaric sambil menatap Emily.

Emily memulas senyum sambil mengangguk pada wanita itu.

“Karena mereka berkomitmen ingin menikah. Jadi, saya rasa tak ada masalah jika memang ingin disegerakan,” balas ayah Emily.

Emily bernapas lega mendengar keputusan sang Papi. Dia melirik Alaric yang terlihat sangat tenang.

“Kalau begitu, bisakah kita melaksanakan pernikahannya bulan depan?”

Emily dan keluarganya sangat terkejut mendengar ucapan kakek Alaric.

“Kenapa buru-buru?” tanya ayah Emily.

“Ya, saya rasa lebih cepat, lebih baik,” jawab sang Kakek dengan tenang.

Emily sampai tak bisa berkata-kata. Alaric tak memberitahu soal rencana pernikahan yang mendadak bahkan kini tatapan kedua orang tuanya menelisik penuh curiga karena pernyataan kakek Alaric.

**

“Kamu hamil duluan?”

Emily gelagapan mendengar pertanyaan sang Mami.

“Tidak, Mami kok gitu.” Emily mencoba membela diri.

“Itu, kenapa mereka mau mengadakan pesta dadakan? Mami tahu mereka sanggup menyulap sebuah tempat pesta dalam semalam, tapi ya tidak secepat itu juga.”

Padahal Emily tidak seperti yang dituduhkan ibunya, tetapi ia tetap panik. “Aku mana tahu, Mi. Mungkin Alaric takut aku direbut pria lain, makanya mau buru-buru nikahin aku.” Emily mencoba memberi alasan yang logis.

Sang Mami tertawa mendengar ucapan Emily, lantas menatap anaknya hingga membuat Emily merinding.

“Memang sebucin apa dia? Tatapan matanya saja seperti kulkas sepuluh pintu,” ucap sang Mami.

“Yang dingin-dingin gitu malah penyayang lho, Mi. Bukankah yang penting dia mencintaiku, mau menikahiku. Kenapa Mami ragu?”

Emily masih bersandiwara, meyakinkan sang Mami kalau dirinya memang serius dengan Alaric.

Emily melihat sang Mami ingin membalas ucapannya, hingga mendengar ponselnya berdering lebih dulu.

“Siapa itu?” tanya sang Mami penuh curiga.

“Kabel Paralel,” jawab Emily sambil memperlihatkan ekspresi wajah kesal.

“Kabel Paralel?”

Emily melihat sang Mami mengerutkan alis. Dia menghela napas kasar, lantas menjawab dengan benar.

“Farrel.”

Emily terkejut melihat sang Mami merebut ponselnya saat mendengar nama Farrel, dan melihat sang Mami menjawab panggilan itu.

“Mau apa kamu, hah? Jangan ganggu Emi lagi, dia mau menikah dengan pria yang lebih tampan dan baik darimu!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
makan tuh kabel pararel dimarahin kan sama mami kasihan deh
goodnovel comment avatar
Adeena
anak'y bar bar ibu'y lebih parah hadehhh jadi ngebayangin kulkas sepuluh pintu kyk apa ya dingin'y....
goodnovel comment avatar
wardah
wkwkwk runa sama emi klop bener dah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status