Share

Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris
Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris
Penulis: Kokoro No Tomo

Bab 1

“Hai, Cantik,” sapa seorang pria bermata sipit saat Zahra baru keluar dari toilet wanita. Pria itu berdiri menyandar di dinding luar toilet dengan senyum menyeringai dan tatapan menggoda.

“Pak Aswin!?” seru Zahra terkejut melihat sosok rekan bisnis bosnya di sana.

“Lama banget di toiletnya. Aku pikir kamu tidur di dalam,” ucap pria yang dipanggil Aswin itu sambil berjalan mendekati Zahra.

“Mau apa Bapak ke sini? Toilet pria di sebelah sana, Pak!” Zahra menunjuk ke arah di belakang pria itu.

“Siapa yang mau ke toilet? Aku ke sini sengaja menunggumu, Cantik.” Aswin mulai melancarkan rayuan.

“Ke-kenapa menunggu saya? Bukannya pembicaraan dengan Pak Zyan sudah selesai?” cecar Zahra setengah gugup. Gadis berhijab itu mulai bersikap waspada karena tak ada orang selain mereka di sana.

“Pembicaraanku dengan Zyan memang sudah selesai. Aku di sini karena ingin bicara secara pribadi denganmu.” Pria yang lebih tua itu mendekatkan wajahnya pada Zahra.

Zahra sontak melangkah mundur. Menjauhkan wajahnya. “Maaf, Pak. Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan apalagi soal pribadi. Permisi, saya mau kembali ke dalam. Pak Zyan pasti sudah menunggu saya.”

Gadis itu hendak beranjak, tapi segera dihalangi oleh rekan bosnya itu. Saat Zahra bergerak ke kiri, Aswin mengikuti, begitu juga saat ke arah sebaliknya. “Pak, tolong jangan menghalangi jalan saya,” pintanya dengan suara gemetar sekaligus geram.

“Buat apa buru-buru? Kita bisa bersenang-senang dulu di sini.” Aswin kembali mendekat membuat gadis itu terus mundur sampai akhirnya membentur dinding.

“Jangan macam-macam atau saya akan berteriak!” ancam Zahra yang sudah terpojok. Wajahnya terlihat pias.

Bukannya takut, lawan bicaranya itu malah tertawa. “Coba saja teriak! Tidak akan ada yang mendengar teriakanmu,” tantangnya dengan seringai licik.

Letak toilet itu memang di belakang restoran dan tak banyak yang berlalu-lalang di sana. Tempat yang agak tertutup dan sepi, semakin melancarkan aksi Aswin untuk mendekati sekretaris Zyan itu.

“To—” Aswin membekap mulut Zahra saat gadis itu akan berteriak minta tolong.

"Diam atau kamu akan menyesal!"

Ancaman itu seketika membuat Zahra terdiam. Tubuhnya gemetar karena takut, tak berani bersuara.

"Kamu tidak usah sok jual mahal! Aku akan memberi apa pun yang kamu inginkan plus investasi besar di proyek Zyan," ucap Aswin setengah berbisik di dekat telinganya, membuat Zahra merinding ketakutan.

Gadis itu menggeleng, lidahnya terasa kelu hingga tak bisa bersuara.

Aswin menurunkan tangannya dari mulut gadis itu dan berdecak. "Ck, kamu tidak mau? Yang benar saja! Aku tahu kamu tidak sealim penampilanmu. Kamu tidak jauh beda seperti wanita lain yang suka berpakaian seksi dan terbuka. Bilang saja berapa pengusaha lain memberimu uang setiap kali tidur? Aku akan memberimu dua kali bahkan tiga kali lipatnya!" ucapnya pongah.

"Saya memang seorang sekretaris, tapi saya bukan pelacur! Silakan Bapak cari wanita lain yang bersedia tidur dengan Bapak!" tegasnya dengan mata memerah menahan tangis.

Aswin malah tersenyum mengejek. "Halah, nggak usah sok suci! Aku tahu tipe wanita seperti kamu ini awalnya pura-pura nolak, tapi kalau harga sudah cocok juga bakal mau dibawa ke mana saja. Banyak wanita yang penampilannya tertutup seperti kamu, tapi diam-diam open BO!"

Zahra sudah muak mendengar ucapan tidak sopan pria itu. Perasaannya campur aduk, jantungnya berdebar kencang dan badannya gemetar. Namun dia mengumpulkan keberanian dan menginjak kaki Aswin sekuat tenaga. 

"Argh!" Pria itu berteriak kesakitan. "Heh, sekretaris belagu! Aku bisa saja menarik investasiku sekarang kalau kamu bersikap tidak sopan!" Aswin mulai mengeluarkan ancamannya. Matanya nyalang menatap Zahra karena tak terima ditolak oleh gadis berhijab itu.

"Bukan saya yang tidak sopan, tapi Bapak yang sudah melecehkan saya!" tukas Zahra tegas, mulai berani melawan pria itu meskipun sekujur tubuhnya terasa kebas.

“Melecehkan katamu? Memangnya aku mencium atau menyentuhmu? Ah, jangan-jangan itu kode biar aku melakukannya?" Aswin terkekeh-kekeh. "Baiklah kalau itu yang kamu inginkan!”

Pria itu menyeringai licik sambil memegang kedua bahu gadis itu agar tidak bergerak. Zahra bisa merasakan embusan napas pria itu mengenai wajahnya.

Zahra memberontak, tapi tenaganya kalah kuat. “Lepaskan saya, Pak! Saya bukan pela—"

“Apa yang kamu lakukan pada sekretarisku?” Sebuah suara bariton dari arah samping berhasil membuat Aswin menjauhkan wajahnya dari Zahra.

“Pak Zyan—” suara Zahra tercekat. Namun dia seketika merasa lega melihat kedatangan bosnya itu.

“Jauhkan tangan kotormu darinya,” ujar Zyan dengan suara tenang, tapi aura dingin menguar begitu tajam, membuat Aswin mendengkus dan melepaskan Zahra dengan kasar.

Setelah terlepas, Zahra langsung bersembunyi di belakang punggung tegap bosnya. Dia mencengkeram sisi jas Zyan, mencari perlindungan.

"Sekretarismu ini jual mahal banget, Yan. Aku cuma mau ajak dia bersenang-senang," lontar Aswin santai.

Rahang Zyan mengeras mendengar ucapan rekan bisnisnya itu. Tatapan matanya menghunus tajam. Nada suaranya masih terdengar tenang tapi mematikan ketika berkata, "Bersenang-senang? Kamu sudah salah memilih orang."

Aswin tertawa meremehkan. "Salah pilih orang? Kenapa? Apa karena kamu juga menidurinya, makanya tidak mau Zahra tidur dengan orang lain?" 

"Memangnya kenapa kalau aku tidur dengan sekretarisku? Ada masalah?" tantang Zyan, membuat Zahra seketika menegang.

Gadis itu hendak mengucapkan sesuatu, tapi Zyan kembali bersuara.

"Aku tidak suka ada yang menyentuh milikku," tegasnya sambil menarik Zahra agar berdiri di sampingnya lalu merangkul pinggang sekretarisnya itu posesif.

"Pak—" Zahra hendak melayangkan protes tapi dipotong oleh Zyan.

"Tidak apa-apa orang tahu hubungan kita, Sayang. Yang penting kamu tidak diganggu lagi." Zyan memberi kode pada Zahra lewat tatapan mata agar sekretarisnya itu mengikuti permainannya.

Aswin pun bertepuk tangan sambil tertawa sinis. "Hah! Sudah kuduga kalau dia bukan wanita baik-baik seperti tampilan luarnya. Ternyata dia sudah bermain dengan bosnya sendiri.”

Sindiran itu sungguh membuat harga diri Zahra terinjak-injak. Dia mengepalkan tangan dengan kuat, ingin membela diri.

Namun, usapan lembut pada pinggangnya membuat gadis itu terpaku. Dia mendongak dan bertemu tatap dengan Zyan yang menggeleng samar, membuat Zahra mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Aswin. 

“Baiklah, aku tidak akan menggodanya lagi. Tapi kalau kamu sudah bosan dengannya, kabari aku ya. Aku mau menerima sekretarismu itu meskipun dia bekasmu," seloroh Aswin ringan.

Pria itu berjalan mendekat, lalu berdiri di dekat Zyan yang masih menatapnya tajam. Aswin lantas berkata dengan setengah berbisik. "Aku selalu penasaran dengan wanita yang berpakaian tertutup. Biasanya orang sepertinya akan liar di atas ranjang," katanya sambil menyeringai, menatap Zahra dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Selamat bersenang-senang!" ujar Aswin, menepuk pundak Zyan sebelum berlalu dari sana. 

Zahra baru bisa menghela napas lega setelah pria bermata sipit itu tidak kelihatan lagi. Namun, belum sempat mengucapkan sepatah kata pada bosnya itu, sebuah suara yang sangat familier terdengar dari arah belakang, membuat Zahra dan Zyan membatu.

"Jadi kalian diam-diam pacaran dan sudah tidur bersama?"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
amymende
baru baca udah maless lanjut
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
terima kasih, Kak
goodnovel comment avatar
Isabella
baru baca kayaknya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status