Share

Kenyataan yang Menyakitkan

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2025-05-26 17:18:34

Pagi itu, udara masih dingin menyapu dedaunan basah oleh embun. Taman kecil di belakang rumah sakit belum sepenuhnya ramai. Hanya ada satu-dua pengunjung yang duduk di bangku taman, menikmati ketenangan pagi.

Hana datang dengan langkah hati-hati. Wajahnya masih menyimpan sisa-sisa kecemasan malam tadi. Sementara ibunya masih dirawat di ruang intensif. Ia belum sadar, dan kini, Hana datang menuruti telepon dari orang asing yang memberitahunya soal masa lalu Abian.

Jantungnya berdegup tak karuan.

Matanya menyapu taman. Tak ada siapa pun yang mencurigakan. Sampai matanya tertuju pada seorang wanita berpenampilan elegan, berdiri di bawah pohon besar, mengenakan mantel krem dengan syal biru lembut melilit lehernya.

Di sebelah wanita itu, berdiri seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun, mengenakan gaun putih bermotif bunga. Gadis kecil itu memegang tangan wanita itu erat sambil memeluk boneka.

Hana melangkah pelan, ragu.

Wanita itu menoleh dan tersenyum tipis. Sorot matanya tajam namun memikat. “Kau pasti Hana Adelia.”

Langkah Hana berhenti. “Ya. Kau yang meneleponku?”

Wanita itu mengangguk. “Namaku... Felia.”

Felia?

Nama itu langsung menggetarkan dada Hana. Bukankah itu... wanita dari masa lalu Abian?

"Maaf... kau siapa? Dan kenapa menghubungiku soal... anak? Apa maksudmu?"

Felia memandang Hana lekat-lekat, lalu melirik gadis kecil di sebelahnya. Ia mengusap kepala anak itu. “Pergilah bermain sebentar, sayang.”

“Baik, Mommy,” jawab gadis itu ceria, lalu berlari ke ayunan.

Hana memperhatikan interaksi itu. Hatinya tak nyaman.

Felia menoleh lagi. "Sebelum aku bicara soal siapa suami, dan bagaimana masa lalunya izinkan aku bertanya satu hal... Kau benar-benar mencintai Abian?"

Pertanyaan itu membuat Hana terdiam. Ia tak langsung menjawab. Bahkan ia sendiri belum tahu pasti jawabannya.

Felia menghela napas. “Baiklah. Aku tak akan berputar-putar. Aku datang bukan untuk mencampuri urusan rumah tanggamu. Tapi aku harus jujur. Anak itu... Alena... adalah putri dari Abian Adiyaksa.”

Deg.

Dunia Hana seakan runtuh dalam sekejap.

“Apa?” bisiknya, nyaris tak terdengar.

“Ya,” ujar Felia pelan, tapi mantap. “Dan aku kembali bukan untuk merusak pernikahan kalian. Tapi Abian punya hak untuk tahu... bahwa ia punya anak perempuan.”

Hana mematung. Wajahnya membeku.

“Aku tidak mengharapkan apa pun dari Abian. Tapi Alena selalu bertanya tentang ayahnya. Dan ketika aku melihat pernikahan kalian di media, aku tahu... waktuku hampir habis. Aku harus menjelaskan semuanya sebelum segalanya menjadi semakin kacau.”

Hana menggeleng, melangkah mundur. “Tidak... Tidak mungkin. Jika memang itu benar, kenapa kau baru muncul sekarang?”

“Aku tak punya pilihan.” Suara Felia mulai bergetar. “Waktu itu kami pisah karena salah paham. Aku memilih pergi karena aku merasa tak dihargai. Tapi aku tak pernah tahu kalau aku hamil... sampai akhirnya aku memutuskan untuk membesarkan anak ini sendiri.”

“Apa Abian tahu?” suara Hana lirih.

Felia menggeleng. “Belum. Dan aku ingin... kau yang menyampaikannya.”

“Apa?!”

Felia menatapnya dengan pandangan penuh luka. “Kau istrinya sekarang. Jika aku yang bicara, semuanya akan dianggap sebagai niat buruk. Tapi jika kau yang menyampaikan... dia akan percaya. Dan aku mohon... jangan biarkan Alena tumbuh tanpa tahu siapa ayahnya.”

Hana meremas jemarinya sendiri. Perasaan bingung, marah, hancur, bercampur menjadi satu.

"Aku bahkan belum tahu pasti... apakah aku dan Abian benar-benar menikah karena cinta atau karena keterpaksaan. Dan sekarang kau memberiku beban ini?"

Felia menatap Hana dengan pandangan tenang. “Beban itu akan datang bagaimanapun juga. Aku hanya menyampaikannya dengan cara yang paling manusiawi.”

Hana terdiam. Matanya memandangi gadis kecil yang tertawa di ayunan. Matanya... ada sedikit sorot mata Abian di sana.

“Alena tidak bersalah,” ucap Felia pelan. “Dan aku tidak datang untuk merebut siapa pun. Tapi aku tidak akan membiarkan anakku terus bertanya di mana ayahnya.”

Setelah menyampaikan hal itu Felia berjalan menghampiri putrinya, dan mereka pergi tanpa jawaban yang jelas. Felia menggandeng Alena dan pergi dengan tenang, meninggalkan Hana yang terdiam di bangku taman. Pikirannya kusut. Dunia seakan berputar.

Setelah beberapa menit, Hana akhirnya memutuskan kembali ke rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti.

Ponselnya berdering.

Nama di layar membuat tubuhnya kaku.

Abian.

Tangannya gemetar saat menekan tombol hijau.

“Hana... di mana kamu? Aku sudah mencari ke seluruh rumah sakit. Aku ingin bicara denganmu."

Suara Abian terdengar tulus, tapi Hana tahu, ia belum siap untuk berkata jujur.

“Aku sedang di taman belakang. Tapi... aku ingin sendiri dulu.”

“Aku akan ke sana.”

Klik.

Hana menoleh pelan. Dan benar saja—dari kejauhan, Abian mulai mendekat.

Tepat saat langkah Abian semakin dekat, suara anak kecil terdengar dari sisi kanan.

“Mommy! Mommy! Aku mau balon itu!”

Abian refleks menoleh ke arah suara itu. Dan tatapannya membeku saat melihat Felia berdiri di tepi taman... bersama seorang gadis kecil yang tampak merengek di sampingnya.

Hana memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Abian.

Dada Abian naik-turun.

“Felia...?” bisiknya.

Lalu matanya berpindah ke anak kecil itu.

“Dan... siapa dia?”

Hana menutup matanya sejenak. Lalu berkata pelan, “Namanya Alena... putrimu.”

Felia menggandeng tangan Alena, hendak berbalik meninggalkan taman. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar Hana berbicara dengan seseorang, ia melihat sosok pria berdiri beberapa meter di belakang Hana.

Tatapan Felia langsung membeku.

“Abian...”

Suara itu lirih, tapi cukup membuat pria itu diam terpaku.

Hana menoleh. Abian kini berdiri membatu, wajahnya pucat. Sorot matanya bertabrakan dengan milik Felia—masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang kini berdiri di hadapannya.

Felia menarik napas panjang, lalu menghampiri perlahan dengan langkah yang tenang namun berat. Alena masih menggenggam tangannya, bingung menatap dua orang asing yang kini menjadi pusat perhatian ibunya.

“Aku tak menyangka kau akan di sini,” ucap Felia pelan.

Abian tak menjawab. Tatapannya tertuju pada gadis kecil di sebelah Felia.

“Siapa dia?” bisiknya, nyaris tak terdengar. “Apa benar yang di katakan Hana kalau dia—,”

Felia menunduk sejenak. Lalu dengan suara mantap, ia berkata.

“Ya. Benar yang di katakan Hana, dia Alena adalah putrimu!”

Hana menahan napas. Sekalipun ia sudah mendengarnya lebih dulu, mendengar langsung dari mulut Felia terasa seperti luka yang dikoyak kembali.

Abian memejamkan mata. Rahangnya mengeras.

“Kau serius?” tanyanya pelan, nyaris berbisik. “Jangan berbohong Felia.”

Felia mengangguk. “Aku tidak ingin menyembunyikannya. Tapi aku juga tak ingin masa lalu membuatmu membenciku.”

Alena menarik-narik lengan Felia, berbisik, “Mommy, dia siapa?”

Felia berjongkok, mengusap rambut anak itu lembut. “Sayang, ini...”

Abian menelan ludah. Dunia seakan berhenti berputar. Ia menatap mata gadis kecil itu—dan mendapati pantulan matanya sendiri di sana.

Hana menggenggam erat jemarinya sendiri. Hatinya hancur, tapi ia tak bisa pergi begitu saja. Tidak malam ini.

Felia berdiri lagi, menatap Abian penuh harap dan getir.

“Aku tak minta kau bertanggung jawab. Aku hanya ingin kau tahu bahwa dia ada. Dan dia butuh tahu siapa ayahnya.”

Abian membuka mulut, ingin berkata sesuatu, tapi suaranya tercekik.

Felia menggandeng Alena, hendak berbalik.

Tapi tepat saat itu...

Ponsel Hana berdering. Suara di ujung sana panik.

“Ibu Hana Adelia? Ini dari rumah sakit. Kondisi Ibu Calista... tiba-tiba menurun drastis. Kami butuh Anda datang sekarang juga!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Ancaman yang Nyata

    Hana memandangi surat misterius di tangannya. Surat itu dikirim tanpa nama, tanpa alamat pengirim, dan tanpa jejak elektronik. Namun yang paling mengganggunya adalah foto tua hitam putih yang jelas menunjukkan ibunya Calista di masa muda. Garis tinta merah menyilang wajahnya, seolah menjadi peringatan… atau ancaman. “Ini bukan hanya tentang kita lagi,” gumam Hana sambil duduk di ruang kerja rumahnya. Abian masuk, membawa secangkir teh. “Kamu belum istirahat?” Hana menyerahkan surat itu. “Seseorang mengingatkan kita… bahwa cerita Mama belum selesai.” Abian membaca isinya, matanya menajam. “Akar dari kehancuranmu belum dicabut... Ini bukan ucapan acak. Ini ditulis oleh orang yang tahu terlalu dalam tentang masa lalu keluargamu.” “Dan itu berarti... bukan Mira. Tapi seseorang yang mengenal Mama sejak dulu,” bisik Hana. Abian mengangguk. “Kita harus menyelidiki. Dari awal. Dari tempat Mama pernah tinggal, sekolah, dan semua lingkaran sosialnya.” Sementara di rumah yang sudah

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Pengkhianat Paman

    Abian membanting map itu ke meja kerjanya. Suara kerasnya menggema, membuat Hana yang sedang mengatur dokumen hak asuh Alena terkejut. “Ada apa?” tanya Hana cepat, melangkah untuk menenangkan suaminya. Lalu Abian menatapnya, matanya merah karena emosi yang ditahan. Ia mengangkat selembar dokumen dari laporan investigasi internasional yang baru saja ia terima tertulis jelas di sana. Nama Reno Adiyaksa, pamannya. Adik dari Devan Adiyaksa. Tercatat melakukan transfer dana melalui rekening penampung milik Mira sejak dua tahun terakhir. Hana menatap wajah muram Abian, tanpa bisa berkata-kata. “Paman Reno...” gumamnya. Abian mengangguk. “Dia… dia selama ini bermain di belakang kita, menusuk keluarganya sendiri demi membantu Mira. Bahkan menggunakan perusahaan cangkang untuk memuluskan aliran dana ke luar negeri. Ini bukan cuma pengkhianatan biasa, Han. Ini... pengkhianatan dalam keharmonisan keluarga kita.” Sementara di rumahnya, Reno duduk di balkon rumah mewahnya, menyeruput kopi s

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Hadirnya Saksi

    Suasana ruang rapat di kantor pengacara keluarga Adiyaksa sangat tenang pagi itu. Tapi ketegangan tidak bisa disembunyikan. Di ujung meja, duduk seorang pria berusia awal empat puluhan. Wajahnya tirus, kulitnya pucat, dan tangannya gemetar ketika ia menandatangani dokumen perlindungan saksi.Namanya adalah Rendra Surya mantan teknisi laboratorium rumah sakit tempat hasil tes DNA Alena yang dulu dimanipulasi.“Terima kasih sudah datang,” ucap seorang pengacara keluarga Adiyaksa, yang bernama Ibu Melani.Rendra mengangguk kaku. “Saya... sudah lama ingin bicara. Tapi saya takut. Mira bukan orang sembarangan. Dia tahu cara membuat orang seperti saya hilang tanpa jejak.”Abian duduk di samping pengacara, mencatat setiap kalimat Rendra. Di seberang, Felia hadir sebagai bentuk pengakuan bahwa dia bersedia menjadi saksi melawan ibunya.“Beritahu kami dari awal,” kata Felia pelan.Rendra menarik napas panjang. “Empat tahun lalu, saya menerima amplop berisi uang dari seseorang yang mewakili Mir

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Keteguhan Hana

    Ruang keluarga pagi itu dipenuhi keheningan yang berat. Televisi menyala menayangkan ulang laporan berita pagi tentang skandal lama antara Calista dan Tania. Gambar-gambar diedit dengan framing yang menyudutkan. Komentator berita bahkan menyiratkan kemungkinan manipulasi warisan yang melibatkan Hana secara tidak langsung. Hana duduk sambil memeluk perutnya yang kini mulai membesar, bahkan ibunya telah tiada pun masih saja diberitakan miring, mental Hana kali ini di hajar habis-habisan, Abian berdiri di belakang kursinya menatap layar dengan wajah tegang, ia tentu sangat mengkhawatirkan kondisi Hana apalagi saat ini dalam kondisi hamil. Sementara Felia berdiri di sisi ruangan lain, menatap semua ini dengan rasa bersalah yang menyesakkan. “Aku tidak tahu dia akan sejauh ini, Mama benar-benar keterlaluan.” gumamnya. Tania datang dengan langkah tenang. Namun, wajahnya jelas menunjukkan luka, bukan hanya karena tuduhan yang disebar, tapi karena luka masa lalu yang kini dibuka lebar-le

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Bayang-Bayang Masa Lalu

    Foto yang ditemukan di rumah tua itu kini berada di tangan Tania. Ia menatapnya lama dan dalam diam. Wajah Calista, sahabat masa mudanya menatap lembut dari balik foto usang. Di sebelahnya, tampak Hana kecil berdiri di pangkuan Calista. Dan dirinya, Tania muda, berdiri di pinggir foto, setengah tersenyum, Tania mengenang masa itu sebelum sala paham antara dirinya dengan Calista terjadi, sehingga tidak bertegur sapa selama itu, hingga Hana dan Abian Dewasa, dan dipertemukan dalam ketidak sengajaan.Hana duduk di seberangnya, diam-diam memerhatikan perubahan raut wajah ibu mertuanya itu.“Apa Mama merindukan Mama Calista?” tanya Hana akhirnya, pelan tapi penuh tekanan.Tania meletakkan foto itu di pangkuannya, lalu mengangguk pelan.“Ya. Aku merindukan Calista dulu seperti saudara. Kami tumbuh bersama, kuliah bersama… sampai satu ketika, jalan kami terpisah karena… laki-laki yang sama.”Hana tertegun. “Abian bukankah putra dari Papa Devan...?”“Bukan,” potong Tania cepat. “Tapi aku me

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Kabur Lagi

    Asap dari ledakan kecil di belakang taman belum sepenuhnya menghilang. Para tamu berteriak dan berhamburan. Anak-anak dibawa menjauh oleh guru dan orang tua. Di antara keributan itu, Hana berusaha tetap tenang sambil memeluk Alena dengan erat.Hana segera bergegas memeluk Alena yang dalam ketakutan, ia berbisik lirih menenangkan. “Tenang sayang… Mama di sini,” Tania mengarahkan staf rumah untuk segera mengevakuasi para tamu ke dalam gedung utama. Sementara Abian dan dua polisi sipil langsung bergerak ke titik ledakan, namun seperti yang sudah diduga sosok Olivia atau Mira telah pergi sejak tadi.Abian menekan telepon genggamnya, berbicara cepat dengan salah satu kontak intelijen pribadi.b“Aku mau semua pintu keluar, pelabuhan, jalur udara pribadi, dan terminal dipantau. Dia pakai identitas Olivia. Tapi sekarang dia mungkin sudah berganti lagi. Ini bukan upaya penangkapan biasa tapi ini darurat.”Felia berdiri diam di dekat jendela, matanya menatap kosong ke halaman yang mulai sunyi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status