Setelah kegagalan misi menemukan Gin, Alice membuat rencana lain, tentu saja untuk tujuan yang sama. Ia berharap taktik ke sekian kali ini akan membuahkan hasil. Namun, sebelum menjalankan rencana, ada hal yang ingin ia lakukan.
Sama seperti Abigail, ia pun penasaran mengenai Dokter gregory. Bagaimana pria itu bisa mengetahui identitas asli Abigail? Alice bahkan ingat betul, dirinya sama sekali tidak mengungkit tentang Abigail, hanya bertanya tentang Gin, yang saat itu masih sangat kecil. Bodohnya, ia tidak menaruh curiga pada dokter berwajah tampan itu.
Karenanya, hari ini ia memutuskan untuk kembali ke panti rehabilitasi dan bertemu dengen Dokter Gregory. Ia tak mampu lagi menahan, terlebih Abigail merasa dirinya terancam ketika mengetahui bahwa dokter itu seolah tahu banyak tentang keluarga Anderson.
Alice sudah bersiap, mengenakan pakaian terbai
Abigail tepekur sendiri, memikirkan apa yang dikatakan Alice tentang adiknya. Sebegitu sulitkah untuk menemukan pemuda itu? Haruskah dirinya sendiri yang turun tangan dan mencari? Sungguh, dirinya tengan dihajar habis-habisan oleh ujian yang tak kunjung henti. Ia kuat, masih sama seperti sebelumnya. Hanya, kuat saja rasanya tak cukup untuk bisa melalui segalanya. Ia membutuhkan teman yang dapat diandalkan untuk berbagi. Alice, tentu saja. Namun, Abigail tak bisa selalu mengharap Alice untuk datang menemui. Gadis itu harus menjalankan misi yang tidak main-main, mencari keberadaan Gin, yang untuk menemukan keberadaannya sungguh sangat menguras emosi. Ia licin, dan sulit untuk dibekuk. Lalu, bagaimana dengan Ashton? Pria itu memang sahabat sekaligus kekasihnya di masa lalu, hadir kembali dan memberi harapan baru bagi
Zachary dan Sidney telah bersiap. Ayah, ibu, dan adik Zachary akan datang untuk makan malam. Bukan perayaan besar, hanya membahaa tentang kerjasama Zachary dan Abigail. Sekaligus sedikit wawancara antara ayah dan anak-seperti biasa, menjawab rasa penasaran ayahnya, bagaimana hingga ia bisa menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan Abigail. Karena yang Garry ketahui, gadis itu sangat sulit untuk diajak berkompromi. Tak sedikit dari pemilik perusahaan yang harus kembali dengan tangan kosong ketika bernegosiasi dengan bos wanita salah satu perusahaan multinasional itu. Zachary sendiri, antara bangga karena telah sukses secara karir dan pencapaian, tetapi hampa karena makin lama tujuan mendekati Abigail bukanlah lagi perkara bisnis, melainkan cinta. Dan ia sudah menelan kekecewaan atas itu. "Aku sangat bangga padamu,
Abigail dan Ashton menginjakkan kaki di apartemen Zachary. Pria itu dan kekasihnya menyambut Abigail juga Ashton dengan ramah. Terlebih Sidney. Baginya ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendekat pada Ashton sekaligus membuat Zachary cemburu. Namun sayang, Ashton tak melepaskan genggaman tangan dari Abigail, meski hanya sekejap. Apa yang dilakukan Ashton tentu saja membuat Sidney kesal, sekaligus heran. Mengapa Ashton, bahkan Zachary begitu terpikat pada Abigail yang terlihat biasa saja di matanya. Tidak. Sesungguhnya ia mengakui kalau gadis itu memang mempunyai pesona yang luar biasa. Sesuatu yang tak mungkin ia miliki meski jika dihitung, dana yang ia keluarkan untuk perawatan tubuh pastilah lebih banyak dibanding Abigail. Namun, gadis itu memiliki hal yang tidak bisa di
Setelah jamuan makan malam yang diadakan Zachary, Abigail semakin tak habis pikir dengan kehidupannya. Termasuk kehidupan percintaannya. Mengapa saat itu ia tak mampu menolak Zachary? Apakah ini bagian dari rencana juga? Ataukah ada sesuatu yang mengambil alih kendali yang selama ini ada di tangannya? Ia sungguh tak mampu terpejam malam ini. Bahkan segala pikiran tentang Ashton ikut mengganggu dan mengusik hari-harinya. Ashton adalah pria yang cukup keras kepala. Ia tak akan pernah berhenti sampai mendapat apa yang ia inginkan. Meski telah mengatakan bahwa ia punya waktu satu bulan untuk membujuk Abigail agar menerima lamarannya, tetapi jika pada akhirnya Abigail menolak, gadis itu yakin bahwa Ashton bisa saja menambah batas waktu menjadi beberapa bulan atau bahkan tahun sampai Abigail mengatakan 'ya'. Tentu
Abigail memutuskan untuk mengambil beberapa hari untuk libur. Ia memilih untuk pulang ke Eastern Shore menemui paman dan bibinya, sekaligus menghabiskan waktu bersama mereka. Abigail merasa harus mulai melakukan itu, hanya berjaga-jaga andaikan usianya tak lagi panjang, ia setidaknya sudah memberi kenangan indah untuk kedua orang tua angkatnya. Kebersamaan. Gadis itu memilih untuk mengemudikan mobil sendiri, padahal beberapa sopir dan asisten menawarkan untuk mengantar dan menjemput. Bukan apa-apa, ia hanya ingin menikmati perjalanan seorang diri. Sudah lama sekali ia tidak merasakan kesunyian yang damai seperti ini. Kehadiran Zachaey, disusul Alice, lalu Sidney, dan terakhir Ashton-sudah terlalu meramaikan kehidupannya yang sebelumnya hanya ada dirinya seorang. Introvert sepertinya sweringkali merasa terganggu dan lelah jika harus berinteraksi dengan
"Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" tanya Sidney, menatap nyalang kedua sejoli yang beringsut bangkit melihat kedatangannya. Sidney jelas mencurigai mereka tetapi yang ia lihat, tak ada yang terjadi antara keduanya. "Hey ... kau sudah di sini, bagaimana tidurmu?" tanya Abigail, tenang, seolah tak terjadi apa pun antara dirinya dan Zachary beberapa menit yang lalu. Ia tak ingin bersikap tidak sopan, tetapi tak ingin beramah-tamah pada gadis itu. Baginya tetap, Sidney adalah salah satu penghalang akan segala rencananya yang berhubungan dengan Zachary. Mendengar pertanyaan Abihgail, Sidney memutar bola mata, kemudian melepar tatapan pada kekasihnya. "Apakah kalian sengaja meninggalkanku?" tanya gadis itu, hanya dijawab dengkusan tawa oleh Abigail. "Aku tak tega membangunkanm
Banyak hal yang ditanyakan dan dibahas oleh Alex dan Zachary, seolah ia ingin lebih mengenal pria itu layaknya calon menantu. Ia hanya berjaga-jaga, karena insting sebagai pengganti ayah bagi Abigail selama ini, membuatnya sedikit gelisah. Andaikan apa yang ia pikirkan tidak terjadi, maka ia bisa berlega hati, tetapi bagaimana jika sebaliknya? Itulah sebabnya, ia memutuskan untuk mengorek banyak hal dari pria itu. Meski seperti yang Abigail katakan, Sidney sepertinya tidak menyukai cara Alex mendekati kekasihnya, ia tak perduli. "Ehm, Tuan Genovhia, sepertinya aku dan Zachary agak lelah, jadi bisakah besok saja kalian lanjutkan kembali perbincangannya, aku tidak ingin kekasihku ini sakit atau kelelahan. Kuharap kau tidak tersinggung," pamit gadis itu, yang membuat Alex dan Zachary terpaksa menghentikan percakapan mereka yang mulai seru. Zachary merasa tak enak ketika Sidney memotong apa yang sedang dikatakan Alex padanya. Ia senang berada di antara keluarga Abigail. Seorang peb
Zachary kembali ke kamarnya dengan mengendap. Beruntung baginya karena Sidney masih terlelap. Masih dengan langkah hati-hati ia masuk ke dalam selimut dan kembali menenggelamkan diri di alam mimpi. Kali ini ia ingin benar-benar tidur karena tubuhnya sungguh letih. namun, sayang harapannya tak terwujud, karena bayang-bayang Abigail justru mampir dan mengganggu setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Ia membalik tubuh ke kanan dan kiri, berusaha mengusir ingatan malam yang baru saja mereka lewati berdua. "Biarkan aku tidur, Abby!" erangnya, lirih, tak ingin membangunkan Sidney. Akan tetapi, tak seperti dugaan Zachary, gadis itu justru sejak tadi sudah terjaga. Ia hanya ingin memastikan keberadaan Zachary. Dan kini ia tak perlu lagi bertanya, karena ia sudah mengetahui jawabannya. ***