Kenzo tengah asyik bermain billiard di ruangan khusus yang ada di rumahnya. Sesekali pria tampan dan jangkung itu tersenyum puas ketika bola yang ia pukul masuk secara akurat ke dalam lubang.
"Hebat lu, Ken!" Teman yang menemaninya bermain billiard memberikan pujian. Kenzo pun meletakan tongkat billardnya dengan asal. Kenzo kemudian mendudukan dirinya di atas sofa, sedangkan tangannya sibuk membuka minuman kemasan dingin yang akan ia teguk."Gimana kerjaan lu?" Teman Kenzo yang bernama Ardy terduduk di samping Kenzo. Pria itu memang terbiasa memanggil sapaan Gue-Lu karena dirinya berasal dari ibu kota."Ya gitu gitu aja!" Jawab Kenzo sembari meneguk minuman yang ada di tangannya. Setelah puas menuntaskan dahaganya, Kenzo menyimpan botol minuman itu di atas meja kecil."Mumet gak sih lu harus kerja keras tiap hari?" Ardy mengambil ponsel boba merk terbaru yang baru saja rilis bulan ini."Ya namanya kerja. Mumet sih pasti. Lagian gak tiap hari gue sibuk," Kenzo ikut mengeluarkan ponsel dan mengutak atiknya."Gak usah terlalu serius. Hidup ini buat dinikmati. Mending senang-senanglah dulu kita!" Keukeuh Ardy sambil membuka aplikasi haram yang sering ia gunakan untuk menyewa wanita-wanita bayaran. Ardy memang terbiasa hidup bebas. Kuliah di belahan bumi Barat menjadikan Ardy memilki pola pikir yang sangat liberal dan bebas."Lu masih nyewa wanita di aplikasi itu? Gak takut kena penyakit lu?" Sindir Kenzo sambil melihat aplikasi yang sedang Ardy buka.Pasalnya Kenzo adalah pria yang masih perjaka dan belum pernah melakukan hal yang dilarang norma dan agama itu. Bagi Kenzo, prioritasnya adalah perusahaan dan keluarganya. Alasan yang terpenting, Kenzo masih sangat mengharapkan Shakilla kembali padanya. Walaupun wanita itu sudah memporak porandakan hatinya, nyatanya Kenzo masih mencintai cinta pertamanya itu."Ya maen yang cantik dong, Bro! Kalau udah dapet cewe yang pas, gue fasilitasin buat tes kesehatan dulu sebelum maen. Biar lebih aman, pake pengaman lah!" Katanya dengan enteng. Kenzo hanya mengernyitkan alisnya saja. Merasa risih mendengar perkataan Ardy."Awas lu nanti ketiban sial! Bisa aja cewe yang lu sewa palsuin tes kesehatannya!" Tegur Kenzo lagi."Ya gak mungkin dan gak akan bisa lah! Emang bisa tes kesehatan dipalsuin? Pikiran lu udah kaya drama ikan terbang aja!" Keukeuh Ardy dengan renyah."Terserah lu lah. Gue udah ngasih tau!" Kenzo tidak ingin memusingkan bagaimana kehidupan Ardy. Ia kembali memfokuskan matanya pada layar ponselnya.Hening. Mereka fokus dengan ponsel yang ada di tangan masing-masing."Ken, ini si Riani kan?" Ardy terkejut dan segera memperlihatkan foto seorang gadis yang sangat ia kenali. Ardy, Kenzo dan Riani memang satu sekolah saat SMA dulu. Ardy pun selalu rutin untuk ikut membully gadis itu bersama Kenzo."Itu si Riani?" Kenzo menoleh ke arah gadget yang di perlihatkan oleh Ardy."Iya. Lu buta? Nih namanya Riani Mutia Azahra!" Jelas Ardy sambil memperlihatkan ponselnya lebih dekat pada Kenzo. Kenzo mematung. Bagaimana bisa Riani menjual dirinya di aplikasi itu? Dirinya seakan tidak percaya karena Riani terlihat seperti gadis polos dan tidak dekat dengan dunia bebas."Dia jual diri?" Jelas Ardy lagi.Kenzo langsung merebut ponsel milik Ardy. Matanya memindai foto yang terpasang di aplikasi haram itu. Ia melihat Riani sangat cantik di foto profil yang dibubuhkan oleh Tuti."Gila gila!!" Kenzo tertawa. Ia tak menyangka jika gadis yang terlihat pendiam dan alim itu menjajakan tubuhnya di aplikasi yang terkenal di kalangan pria hidung belang itu."Gue gak nyangka lho, Ken! Liat nih! Katanya dia mau melepaskan kevirginannya. Gue sewa aja ah! Kali kali dapet yang ting-ting!!' Ardy buru-buru hendak menghubungi kontak yang dibubuhkan. Kontak itu tak lain adalah nomor Tuti."Gak bisa!" Kenzo merebut ponsel milik Ardy."Gue yang bakal beli dia duluan!" Kenzo menyeringai tipis."Lu tertarik sama musuh lu ini? Seriusan lu? Lu gak gila kan?" Ardy menempelkan tangannya di dahi Kenzo. Pria itu buru-buru menepis tangan sahabatnya itu."Lu kira gue mau, hah? Gue mau beli dia buat injak injak harga dirinya!" Kenzo menyeringai. Kini rencananya seakan terbuka lebar untuk membalaskan sakit hatinya yang telah lama terpendam bertahun-tahun."Nginjak-nginjak harga diri gimana sih? Lu mau perk*sa dia gitu?" Ardy merasa tidak mengerti."Gak ush banyak tanya. Biar itu jadi urusan gue.""Gila lu! Gue kira lu alim! Taunya tetep aja suka ngembat perempuan. Tau ada yang ting-ting, lu gilas aja walau itu musuh lu!" Ardy mencemooh sambil tertawat-tawa."Terserah lu lah!""Bukannya kata Lu dia kerja di pabrik milik lu?" Ardy merasa tidak mengerti."Iya. Terus?""Lu gak usah beli dia kalau gitu. Buang-buang duit aja. Lu ancam kontrak dia gak diperpanjang aja, udah pasti dia mau kok kasih tubuh dia ke lu!" Cicit Ardy yang menginjak-injak harga diri Riani."Gue gak mau ambil resiko. Pekerjaan tetep pekerjaan. Mending gue beli aja dia di aplikasi ini!" Kenzo kemudian mencatat nomor kontak yang tertera di iklan Riani."Gila lu ya? Awas lu jatuh cinta entar sama si anak ODGJ itu!" Ardy mewanti-wanti."Gak akan pernah. Lu tenang aja!" Kenzo menepuk bahu Ardy, kemudian pria itu berlalu dari ruangan billiard.Kenzo segera masuk ke dalam kamarnya. Ia mulai memberikan pesan kepada Tuti."100 juta," balas Tuti saat Kenzo mengirimkan pesan padanya."Tidak ada Nego?" Balas Kenzo."Aku masih gadis. Aku pastikan itu," jawab Tuti yang berpura-pura menjadi Riani."Dasar gadis murahan!" Kenzo tertawa. Kenzo seakan mendapatkan mainan baru untuk ia permainkan."Oke, di mana kita bisa ketemu?" Balas Kenzo lagi."Hotel Bougenvile.""100 juta hanya untuk satu malam? Bagaimana jika kamu jadi simpananku saja? Aku akan membayarmu seharga satu M," balas Kenzo lagi.Sementara di lain tempat, Tuti membelalakan matanya tak percaya. Wanita itu tak percaya jika ada yang membeli Riani seharga satu Milyar. Ini sungguh di luar prediksinya."Satu milyar? Aku kaya!!" Tuti langsung berdiri dan melompat-lompat di atas kasur usangnya. Kehidupan mewah sudah terbayang di benaknya. Ia berencana akan meninggalkan kontrakan kumuhnya bersama Gita dan memulai hidup baru di tempat lain."Ya tuhan! Satu milyar! Gita, kita kaya!!" Tuti masih saja berteriak histeris sambil menyebut nama sang anak kesayangan."Kenapa gak dari dulu aku jual gadis pembawa sial itu?" Tuti berkata sendiri."Pasti si Riani bakal dijadikan simpanan om om tua bangka!!" Tuti menerka-nerka. Ia begitu menikmati kemalangan yang akan menimpa putri sambungnya itu. Tuti pun segera tersadar dari euforianya, ia harus segera membalas pesan pria kaya ini."Tentu saja bisa. Aku akan menjadi simpanan yang selalu mem*askanmu, Tuan!" Balas Tuti cepat. Bibirnya terus tersungging senyuman kegembiraan. Kini kehidupan mewah menantinya."Dasar j*lang!!" Kenzo berdecih saat membaca pesan yang Tuti kirimkan. Tangan Kenzo mengepal erat. Ia ingin segera membalaskan dendamnya pada Riani atas kegagalan kisah cintanya di masa lalu."Sudah bosan hidup miskin kah wanita j*lang ini?" Gumam Kenzo sambil terus melihat pesan yang menurutnya dikirim oleh Riani itu.Kenzo tidak menyia-nyiakan waktu, keesokan harinya ia mengirimkan pesan agar Riani datang ke apartemen miliknya malam ini. Kenzo pun menggunakan nama samaran saat dirinya berhubungan dengan Tuti via medsos. Kenzo memperkenalkan dirinya sebagai Om Deni yang berusia 60 tahun. Di tempat lain, Tuti tampak senang karena Riani akan dijadikan alat pemu*s n*fsu pria tua. Tuti memutar otaknya agar Riani bisa datang ke apartemen milik Kenzo."Gimana caranya buat nih anak datang ke alamat si tua bangka Deni?" Tuti memijat keningnya yang seakan terus berdenyut. Ia terus menatap alamat apartemen yang Kenzo kirimkan padanya.Bak gayung bersambut, saat Tuti tengah sibuk memikirkan cara Riani datang kepada Kenzo, seorang tetangganya mengetuk pintu rumah Tuti dengan sangat keras."Ada apa sih? Kaya mau gerebek pasangan selingkuh aja?" Semprot Tuti kepada seorang pria yang seumuran dengannya."Ti, itu si Andi!!" Tetangga Tuti tampak mengatur nafasnya yang cepat. Terlihat pria paruh baya itu sangat panik
"Ibu jual Riani?" Riani berkata setengah berbisik."Gak ada yang jual kamu, Ri. Kebetulan ada yang tertarik sama kamu dan mau kasih uang dengan catatan kamu jadi simpanan dia. Jangan jadi gadis bodoh, Ri! Kita selama ini udah hidup susah. Mungkin ini cara tuhan buat ngangkat drajat hidup kita!" Tuti berkata sambil menatap tajam pada Riani."Tuhan ngangkat derajat kita? Aku tidak ngerti sama jalan pikiran ibu. Bu, ini tuh dosa besar. Ibu sadar engga?" Air mata meleleh di wajah ayu gadis itu."Ri? Ayo kita duduk, Nak!" Tuti berpura-pura bersikap lembut.Tuti menuntun putri sambungnya itu untuk duduk di kursi panjang yang ada di pelataran rumah sakit. Tuti merasa jika Riani harus di bujuk secara baik-baik. Riani pun patuh. Tak lupa ia menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya dengan ibu jari."Ri, selama ini memang ibu selalu menghina, marah-marah sama bapak kamu. Tapi percayalah, Ri. Ibu sangat sayang sama Bapak. Ibu sayang sama dia walau Bapak kamu udah gak normal kaya kita," Tuti
Di sinilah Riani berada. Matanya tengah menatap pintu apartemen yang akan menjadi tempat kenestapaan hidupnya yang baru. Riani melangkah mundur, berusaha menyelamatkan tubuh dan harga dirinya. Tapi sekelebat wajah ayahnya hadir di pelupuk mata. Akan seperti apa jadinya jika Riani kabur dari pria yang ia ketahui bernama Om Deni? Riani meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Jadi, akan seperti ini kah akhir hidupnya? Setetes air mata menetes dari matanya yang sayu. Riani menatap bel dengan sangat lama. Tangannya yang gemetar kemudian memencet bel apartemen mewah itu.Ceklek...Pintu terbuka. Akan tetapi, Riani tidak melihat pria ber*ngsek itu. Riani memindai ruangan dari depan pintu. Ingin melihat pria keji yang akan menghancurkan hidupnya. Tapi ia tidak melihat siapa pun di sana."Masuk!" Suara bariton pria membuyarkan lamunan Riani. Dadanya seakan dihimpit oleh batu yang amat besar di dasar jurang yang dalam. Dadanya sangat sesak bak tenggelam di Palung Mariana. Riani meneguk salivanya,
"Selangkah saja kamu keluar dari kamarku, lihat apa yang akan terjadi dengan ayahmu esok hari!" Ancam Kenzo yang membuat langkah Riani terhenti seketika."Memangnya apa yang bisa kamu lakukan?" Riani mencoba menantang pria tampan itu. Ia masih belum tahu apa yang bisa teman SMA nya itu lakukan."Benar kamu ingin tahu?" Kenzo terbangun dari kasur empuk itu. Langkahnya mendekat ke arah Riani. Riani semakin waspada dengan pergerakan yang Kenzo buat."Kamu tidak akan bisa macam-macam!" Riani menggelengkan kepalanya."Aku bisa membuat ayahmu dijemput malaikat maut esok hari," Kenzo berbisik di telinga Riani."Apa maksudmu?" Riani terkesiap mendengar ucapan Kenzo."Kamu lupa aku memiliki banyak uang? Asal kamu tahu, rumah sakit tempat ayahmu di rawat adalah milik kakekku. Aku tinggal menyuruh seseorang untuk menyuntikan sesuatu pada infusan ayahmu. Dan Duaaarrr! Kamu akan melihat ayahmu di ruang jenazah," Kenzo tersenyum miring menikmati raut wajah ketakutan Riani."Jangan, Kenzo! Aku mohon
Tuti dan Gita kini sedang ada di Mall yang ada di pusat kota. Mereka kini sedang berbelanja dengan uang yang diberikan oleh Kenzo. Sisa uang yang mereka peroleh senilai 145 juta, karena Kenzo memang memberi DP 200 juta untuk membeli Riani. 55 juta Tuti pergunakan untuk biaya rumah sakit suaminya."Bu, kapan si pria tua itu bakal transfer sisanya?" Ucap Gita sembari menenteng banyak sekali belanjaan di tangannya. Ia memang membeli banyak sekali barang hari ini."Engga tau. Biarin aja dulu beberapa hari ini. Biar si Riani muasin dia dulu. Nanti dua hari lagi Ibu chat si Om Deni biar dia cepet transfer sisanya," jawab Tuti yang kini tengah mengelus rambutnya yang baru saja di smoothing."Jangan kelamaan ya, Bu? Gita pengen beli mobil," Gita tersenyum membayangkan dirinya menyetir kuda besi dan memamerkannya di hadapan teman-temannya."Iya. Kamu tenang aja ya, Nak! Ibu pasti bikin kamu seneng," Tuti mengelus rambut putrinya."Makasih ya, Bu? Gita sayang sama ibu," Gita tersenyum senang."
Riani masih memberontok dengan sekuat tenaga untuk keluar dari kungkungan tubuh orang yang ia benci itu. Kulit mulus Riani seakan membuat gairah Kenzo naik seketika. Ia yang belum pernah berciuman atau pun bercinta dengan seorang gadis seperti kehilangan akal sehatnya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenzo seolah tidak bisa lagi membedakan antara dendam dan juga nafsu. "Kenzo, aku mohon!" Lirih Riani ketika Kenzo melepas pakaian gadis itu dengan tatapan berkabut."Tidak usah sok jual mahal. Aku akan membuktikan sendiri apa benar jika kamu masih suci!" Ucap Kenzo sebelum mencium kembali bibir Riani.Riani mati-matian terbebas dari ciuman yang menurutnya menjijikan itu. Ia begitu tidak menyangka bibirnya bisa bersentuhan dengan orang yang selalu menghina ayahnya sedemikian rupa."Aku memang sudah tidak suci, maka lepaskan aku!" Bohong Riani setengah memelas."Aku akan menilai sendiri. Bukankah aku sudah membayarmu?" Kenzo menyeringai sebelum ia menyatukan tubuhnya dan tubuh Riani.
Riani tengah berkutat dii dapur apartemen Kenzo. Apartemen pria itu memang sangatlah luas dan besar. Terdapat beberapa fasilitas yang ada di dalam apartemen. Kenzo memang sengaja membeli apartemen premium sebagai tempat hunian barunya. Kenzo memang baru pindah dari rumahnya selama tiga bulan ini. Pria itu sangat benci di atur oleh sang Mama dalam segala hal. Itulah yang melatar belakangi Kenzo membeli sebuah apartemen dengan suite yang begitu luas dan nyaman."Semoga aku tidak salah memasak," Riani bergumam ketika ia memutuskan untuk membuat ayam keremes dan sup bayam.Ketika selesai memandikan Kenzo, Riani memang langsung diberi tugas untuk memasak. Kenzo benar-benar memperlakukannya bak pembantu. Pikiran Riani kemudian menerawang jauh kepada ayahnya. Bagaimana kini kabar ayahnya? Apakah kondisi cinta pertamanya itu sudah membaik? Apakah Tuti menunggui ayahnya saat di rumah sakit? Riani begitu merindukan ayahnya. Saking sakitnya menahan rindu, mata Riani pun memanas. Ia menangis ters
Kondisi Andi semakin hari semakin membaik walau ia kini hanya berbaring di atas kasur rumah sakit. Tuti dan Gita tidak pernah menunggui Andi di rumah sakit. Mereka sedang bersenang-senang menghamburkan uang dari Kenzo. Dokter yang melakukan visit ke ruangan Andi pun sangat iba melihat pria itu. Andi seperti seorang pria yang sebatang kara di dunia ini, tanpa ada yang menungguinya saat di rawat di rumah sakit. Bahkan untuk makan, Andi di suapi oleh perawat yang berjaga. Untuk urusan buang air kecil dan buang air besar, perawat memasangkan diapers lansia pada Andi."Riani!" Gumam Andi saat ia terbangun dari tidurnya. Air matanya menetes dari sudut matanya. Walau pun dirinya sakit gangguan jiwa, tapi Andi sangat ingat jika Riani adalah putri kesayangannya. Matanya semakin layu ketika melihat kursi tunggu di samping ranjangnya masih kosong juga."Bapak berharap kamu ada di sini. Kamu ke mana, Nak?" Isak Andi dengan suara yang memilukan.Andi terus menangis terisak seorang diri di ruangan