Beranda / Romansa / Daughter For Sale / Kedatangan Kenzo

Share

Kedatangan Kenzo

Penulis: Zinnia Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-21 22:46:35

Riani bekerja seperti biasa, pekerjaannya adalah memilah baju yang sudah di finishing. Dia ditempatkan di posisi Quality control atau sering disingkat dengan QC. Riani harus bersikap profesional. Jiika sudah melangkah ke pabrik, Riani akan melupakan semua masalahnya di rumah. Riani mencoba untuk fokus dengan segala kewajibannya sebagai pekerja. Riani sadar posisi QC memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.

"Segera bersihkan area kerja kalian! Hari ini ada Tuan Kenzo yang akan melakukan audit di tempat produksi bersama cliennya dari Jepang!" Seru ketua regu yang bernama pak Roby.

"Oke, Pak!" Jawab semua karyawan produksi dengan serempak.

Dengan cepat, mereka mengambil sapu, pengki, dan peralatan kebersihan yang lain. Mereka fokus memeriksa meja kerja mereka sedetail mungkin. Mereka tak ingin terkena SP atau mendapat surat teguran karena area kerja yang kotor. Sejak Kenzo mengambil alih perusahaan, semua aturan sangatlah ketat. Kebersihan area kerja menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh Kenzo. Banyak yang mengutuk kebijakan Kenzo. Namun mereka hanya berani berbicara di belakang saja. Para pekerja masih membutuhkan uang, tak ingin membuat masalah dengan bosnya yang arogan itu.

Semua fokus membersihkan area kerja termasuk Riani. Gadis berusia 23 tahun itu menyapu area kerjanya. Dengan cepat, tangan Riani mengambil sampah-sampah kecil dan memasukannya ke dalam tong sampah. Tak lupa ia membersihkan bajunya dan merapikannya. Kenzo memanglah bos yang sangat perfeksionis. Ia tidak ingin melihat karyawannya berpenampilan kotor, walaupun mereka di bagian produksi.

Riani bernafas lega saat Kenzo dan tim audit memasuki tempat kerja mereka tepat pada waktunya. Semua area kerja telah bersih dan terlihat sangat rapi. Kenzo memimpin tim audit dan kliennya yang berasal dari negeri matahari terbit. Dengan ramah, Kenzo menjelaskan tentang proses produksi kepada cliennya yang berasal dari Jepang. Kenzo menjelaskan dengan berbahasa Jepang yang cukup fasih. Riani menatap pria itu dengan seksama. Tampilannya berbeda dengan beberapa tahun lalu. Kini Kenzo sudah berubah menjadi seorang pria yang terlihat beraura dan juga berwibawa. Tapi walaupun begitu, Riani tidak pernah merasa terpesona sedikit pun dengan teman SMA yang menorehkan luka yang amat dalam di hatinya itu.Riani buru-buru melihat ke arah lain. Hatinya selalu merasa sakit jika mengingat penghinaan yang Kenzo lakukan.

Saat melewati meja Riani, Kenzo mendelik tak suka. Riani pun sekali lagi melirik Kenzo dengan ekor matanya. Namun Riani berusaha fokus untuk memilah-milah produk yang sudah di finishing. Sementara itu Klien dari Jepang dengan seksama memperhatikan Riani. Ia pun berbisik-bisik dengan Kenzo. Kenzo mengangguk tanda ia mengerti apa yang dibicarakan klinennya. Lekas pria jangkung itu mendekati meja Riani.

"Ini sudah kamu sortir?" Kenzo menunjuk kotak hijau yang menumpuk dengan pakaian yang sudah Riani pilah.

"Sudah, Pak," jawab Riani sopan. Dadanya bergemuruh hebat. Setiap mendengar suara Kenzo, ia teringat bullying yang dilakukan pria itu kepadanya. Apalagi menyangkut ayahnya yang selalu dihina sedemikian rupa oleh Kenzo.

"Apa saja yang kamu cermati saat memeriksa produk ini?" Tunjuk Kenzo pada celana boxer yang bermerk dan sangat laris di kalangan internasional.

"Pertama kita perhatikan apakah ada benang yang belum tergunting. Lalu kita periksa juga karet di bagian pinggang, apakah sudah di jahit dengan baik dan sesuai standar? Lalu, jahitan harus diperhatikan dengan seksama, apakah ada yang tidak rapi," jelas Riani panjang lebar tanpa menatap wajah Kenzo.

Kenzo mengangguk. Ia kemudian menerjemahkan apa yang dibicarakan Riani Barusan dengan bahasa Jepang, hingga membuat klien Kenzo dari negeri matahari terbit itu manggut-manggut.

Klien dari Jepang itu tampak puas dengan jawaban Riani. Setelah berkeliling, akhirnya mereka mengakhiri kegiatan pengecekan tempat produksi.

"Karyawanmu yang tadi sangat cantik sekali!" Puji kliennya dengan berbahasa Jepang yang bernama Kagawa. Riani memang memiliki wajah yang begitu ayu. Kulit wajahnya kuning langsat dan begitu mulus walau gadis itu tidak pernah melakukan perawatan apapun pada kulitnya.

Kenzo tersenyum sebagai responnya. Dalam hati Kenzo berdecih. Kagawa adalah pria paruh baya yang cukup tua. Ia melihat sorot mata pria itu menyiratkan ketertarikan pada Riani. Kenzo Semakin ilfeel saja pada Riani. Bisa-bisanya ia sempat bertebar pesona pada kliennya. Memang mungkin seperti itulah sifat Riani, pandai menggaet om-om.

"Jika aku ke sini lagi, pertemukan aku lagi dengannya!" Lanjut Kagawa lagi dengan senyum tipisnya.

"Aku tidak berjanji, Tuan! Bisa saja dia telah resign nanti atau kontraknya sudah habis, " kilah Kenzo berusaha untuk tidak menjanjikan.

"Pertahankan dia di perusahaanmu! Dia sepertinya gadis yang baik dan rajin!" Bela Kagawa.

"Mari kita makan siang dulu! ini sudah waktunya istirahat," Kenzo mengalihkan pembicaraan. Baginya sangat muak sekali jika sudah membahas wanita yang sangat ia benci yang bernama Riani.

Kenzo dan para kliennya menuju restoran terdekat. Mereka akan makan siang bersama. Namun sebelum itu, Kenzo menelepon asistennya. Setelah puas bercakap, Kenzo menutup teleponnya, Kenzo tersenyum sinis dan misterius.

****

Riani bersama teman-temannya berjalan menuju kantin yang berada di belakang tempat produksi. Mereka berbincang dengan hangat seraya membahas kedatangan tim audit tadi.

"Tadi deg-degan ga, Ri?" Tanya Asti, teman dekat Riani. Mereka kini duduk di meja makan yang ada di kantin dengan saling berhadapan.

"Sedikit. Aku takut salah bicara," Riani tersenyum simpul. Mereka duduk seraya menunggu ibu kantin membagikan makanan catering untuk makan siang mereka yang diberikan oleh perusahaan.

"Akhirnya makanan kita datang juga!" Putri, teman Riani yang lain bersorak saat misting yang berwana hijau mendarat di meja panjang mereka.

"Yuk kita makan!" Riani tersenyum seraya menatap catering yang berbentuk bundar itu. Perutnya sangat pedih karena pagi tadi dia melewatkan sarapan

Ibu tirinya memang tidak suka membuatkan sarapan.

Riani membuka misting itu. Ia tersenyum menatap menunya. Ada nasi, cah kangkung, telur rebus, ikan, dan sepotong buah melon untuk cuci mulut. Riani mengaduk-ngaduk cah kangkung makanan kesukaannya. Namun senyumnya hilang saat ia melihat bangkai ulat besar di cah kangkung itu hingga Riani pun berteriak. Pasalnya ia amat takut dengan binatang itu.

"Ada apa?" Seru Putri yang merasa kaget dengan teriakan Riani. Kini semua orang yang berada di kantin menatap ke arah mereka dengan tatapan penuh keingin tahuan.

"Ada ulat!" Riani mendorong misting nasi itu.

"Kok bisa sih? Ibu cateringnya jorok nih! Sampai ulat aja kemasak!" Asti bergidik ngeri.

"Ada apa, Ri?" Teman dari meja lain bertanya. Namun dengan cepat Riani menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada apa-apa kok!" Riani mencoba tersenyum meskipun hatinya merasa gusar.

"Kamu harus makan Ri! Ambil saja telurnya! Aku ambilkan!" Asti mengambil telur rebus itu dan membukakannya untuk sahabat dekatnya itu

"Apalagi ini?" Asti melotot saat melihat telur itu ternyata telah menjadi setengah burung dan berbentuk kemerahan.

"Aku mual, Ti!!" Riani beranjak dari duduknya dan berjalan menuju toilet. Ia merasa perutnya seperti diaduk-aduk. Riani memuntahkan Isi perutnya yang hanya diisi dengan air minum saja.

Sementara di ujung restoran sana, Kenzo tersenyum menyeringai. Ia puas saat melihat video yang dikirim oleh asistennya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Daughter For Sale   Tamat

    Mobil Kenzo tiba di sebuah daerah yang sangat asri. Wilayahnya terdiri dari pegunungan yang begitu hijau dan sejuk. Tak lama hamparan sawah semakin memanjakan mata. Ya, mobilnya kini sudah sampai di kampung halaman Andi, ayah dari Riani. "Terima kasih Kakak masih mau mengajakku pergi!" Gita menangis terisak. Kenzo terdiam. Hatinya merasa sesak. Apakah ini benar benar hari perpisahan mereka? Kenzo melirik Riani. Wanita itu terlihat tidak bergairah Semenjak kepergian sang ayah, keceriaan Riani seolah hilang tak berbekas. "Kakak masih punya nurani," Riani berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Satu sisi hatinya yang lain, Riani begitu marah pada Gita. Akan tetapi, bagaimana pun Andi tak akan senang bila ia meninggalkan sang adik di kota. Terlebih ia sudah tidak memiliki tempat bernaung dan sanak saudara yang bisa menyayangi. Hanya dirinya kini yang dimiliki oleh Gita. Riani berharap Gita dapat merubah segala sikap buruknya dan berubah menjadi pribadi yang baik. Keduanya k

  • Daughter For Sale   Mengakhiri Perjanjian

    Meski enggan melepaskan, akan tetapi Kenzo tidak memiliki alasan untuk menahan wanita itu lebih lama di sisinya. Kenzo yang sudah menyukai Riani pun seolah tak rela dengan perpisahan mereka. Akan tetapi, ingin menahan pun Kenzo sudah tak mempunyai ancaman agar Riani mau berada di sisinya. "Ada Shakilla yang akan menggantikanku," ucap Riani yang membuat Kenzo menggelengkan kepalanya. Riani seakan tak peduli. Ia segera membawa kopernya keluar dari apartemen Kenzo. Pria jangkung itu terlihat mencekal tangannya dan menghadap jalan wanita cantik itu. Langkah Riani pun terhenti karena cekalan dari mantan bosnya. "Setidaknya biarkan aku mencarikan tempat tinggal yang nyaman untukmu. Kau mau ke mana malam-malam seperti ini? Di luar kejam, Ri. Tidak akan ada yang berbaik hati padamu," ucap Kenzo. "Aku bisa pergi ke mana pun yang aku mau. Kau tak perlu khawatir, aku mempunyai uang yang cukup," Riani seakan tak ingin tergoyahkan untuk pergi dari sana. "Tolong biarkan aku mengantarmu! S

  • Daughter For Sale   Tekad Riani

    Riani menatap gundukan tanah yang penuh dengan bunga berwarna warni di atasnya. Wanita cantik itu mengusap nisan sang ayah dengan air mata yang terus berderai. Kini orang yang selalu ia perjuangkan kebahagiaannya sudah pergi."Bagaimana Riani menjalani hidup ini tanpa Bapak?" Riani memeluk nisan sang ayah dan menangis tersedu-sedu.Kenzo, Yogi dan Ardi yang hadir pun hanya berdiri di belakang Riani. Mereka menundukan kepalanya. Perasaan bersalah lebih mendominasi diri Kenzo. Dirinya memberikan perawat yang lalai dalam menjaga Andi. Jika saja Andi tidak di bawa paksa oleh Gita dan Tuti, pasti pria itu kini masih hidup."Maut, jodoh, rejeki Allah yang ngatur!!" Ucap Ardi yang seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Kenzo.Kenzo memang menceritakan semua peristiwa yang Andi alami pada kedua sahabatnya. Penyesalan dirasakan Kenzo semakin besar kala menyadari jika kini Riani sudah kehilangan sosok cinta pertamanya."Bapak!" Gita berjongkok dan mengusap nisan Andi yang satunya. Mata gadis itu

  • Daughter For Sale   Kepergian Andi

    Riani telah sampai di rumah sakit tempat Andi dirawat. Wanita itu ke rumah sakit diantar langsung oleh Kenzo. Pria paruh baya itu kini tengah menjalani perawatan intensif di ruang ICU. Riani mendekat ke arah pintu dengan berderai air mata. Tampak di sana Gita dan Tuti tengah terduduk di kursi yang ada di depan ruangan ICU."Kalian lagi!!" Riani menjerit dan menghampiri Tuti dan Gita.Bak kehilangan kendali, Riani langsung menjambak rambut Gita dengan beringas. Tak ia hiraukan teriakan Tuti dan Kenzo yang mencoba melerainya. Kenzo semakin keras menarik Riani dari Gita yang hanya diam tak melawan. Gadis itu terus terisak karena syok melihat kondisi Andi yang saat ini dinyatakan koma."Kamu ini anak kandungnya! Bisa-bisanya kamu culik bapak buat kamu sia-siakan! Mikir kamu, Ta! Selama ini aku dan bapak sayang sama kamu. Bapak selalu sayang dan engga pernah membeda-bedakan kita!" Teriak Riani yang tak tahan dengan tingkah adik tirinya.Jika Tuti, Riani bisa memaklumi karena wanita itu sed

  • Daughter For Sale   Kesedihan Yang Mendalam

    Riani mencoba menelfon nomor ayahnya, tapi nomornya tidak aktif. Hal itu membuat Riani resah. Apalagi dirinya belum sama sekali melihat ayahnya yang telah diberi rumah baru oleh Kenzo. Kenzo menatap Riani dengan cemas. Entah mengapa ia belum rela jika Riani harus pergi saat ini juga. Padahal sudah ada Shakilla di sisinya seperti yang Kenzo idam-idamkan beberapa tahun ini. "Kenzo, aku ingin bertemu Bapak," Riani langsung berdiri dari duduknya. Ia memegang tangan Kenzo dengan penuh harap pria itu dapat mengantarkannya pada Andi. "Aku sedang ada urusan di kantor. Dua hari lagi aku akan mengantarkanmu ke sana," Kenzo berjanji walau ia sendiri tidak tahu pasti kapan Andi akan ditemukan. "Dua hari lagi? Mengapa sangat lama?" Riani mencebikan bibirnya. "Aku harus bekerja agar bisa menggajimu," jawab Kenzo seraya berlalu dari hadapan Riani. "Tapi kamu janji ya bawa aku ke sana dua hari lagi?" Riani mengejar Kenzo yang berjalan ke arah dapur. "Iya. Aku janji," Kenzo mengambil gel

  • Daughter For Sale   Andi Yang Malang

    Andi meringkuk di atas kasur usang yang ada di kontrakan istri dan anaknya. Andi memang dibawa ke kontrakan Tuti. Akan tetapi, karena takut di cari oleh Kenzo, mereka pun berpindah kontrakan dan menyewa kontrakan yang memiliki dua kamar. Uang kontrakan baru itu didapatkan karena Gita mendaftar aplikasi pinjaman online. Andi berguling ke sana ke mari. Ia terus mendengar suara orang-orang memanggil namanya. Andi mengambil bantal dan menutupi telinganya dengan harapan suara-suara itu menghilany. Andi memang menderita skizofrenia. Ia sering mendengar suara-suara yang menurutnya seperti sebuah bisikan. Akan tetapi, suara-suara itu akan menghilang jika Andi rutin meminum obat. "Bangun kamu!" Tuti membuka pintu dengan kasar dan menatap suaminya dengan nyalang. Ia terlihat membawa semangkuk nasi dan juga obat yang harus Andi minum hari ini."Ri, Riani?" Andi berharap putri sulungnya yang datang."Engga ada si Riani. Nih makan!" Tuti menyimpan nasi yang hanya di lumuri kecap itu di atas kasu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status