Share

Davira
Davira
Penulis: Ade Tiwi

1.

Tringggg....

Satu notifikasi pesan masuk, Haikal melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Nama Davira muncul sebagai si pengirim kesal.

Sebelah alis Haikal terangkat, ada gerangan apa gadis ini mengirimkannya pesan lagi. Lagi? Ya, lagi, karena satu harian Davira memang akan mengiriminya pesan, dan hal itu terjadi setiap harinya.

Awalnya Haikal ingin mengabaikan saja pesan itu tanpa mau berniat membukanya. Tapi, entah kenapa tangannya sangat gatal dan batinnya penasaran dengan isi pesan Davira.

Davira : gimana Om? Suka gak gaunnya? Hihi :p

Damn!

Haikal mendelik melihat sebuah foto yang di kirimkan Davira, apalagi isi pesan teks gadis itu yang menanyakan suka atau tidaknya Haikal pada gaun yang Davira pakai.

Apa pentingnya buatku? batin Haikal mencoba tak mempedulikan itu dan meletakkan kembali ponselnya tanpa mau membalas pesan Davira.

Baru saja ia meletakkan ponselnya namun matanya kembali melirik lagi ke meja. "Shitttt!" umpat Haikal meraih kembali ponselnya.

Haikal : mau kemana kamu dengan memakai gaun seperti itu?

Haikal memukul pelan meja kerjanya saat balasan pesannya terkirim. Ia merutuki tindakannya sendiri, harusnya ia mengabaikan saja tapi itu sangat sulit baginya. Sebenarnya Haikal sangat penasaran untuk apa dan mau kemana Davira memakai gaun seperti itu pada malam hari?

Haikal melirik lagi ponselnya yang tak menunjukkan tanda-tanda balasan pesan dari Davira, dan itu semakin membuat dirinya bertambah kesal.

"Sial!!" lagi, untuk kesekian kalinya hari ini entah sudah berapa kali Haikal mengumpat hanya karena seorang gadis bernama DAVIRA.

Anak dari sahabat kecilnya, Airaa. Gadis cantik feminim yang kerap kali memakai pakaian seksi. Tapi, sekarang sahabatnya itu telah hijrah dalam urusan penampilannya.

Yupss, Airaa yang sekarang adalah seorang wanita berhijab. Hal itu sudah ia tekuni semenjak hamil Davira hingga sekarang. Dua tahun pernikahan Airaa baru hamil, waktu yang cukup lama untuk menantikan seorang anak hadir di kehidupan rumah tangga yang di bangun Dava dan Airaa.

Dulu, mereka sempat berpikir bahwa Airaa mandul hingga tak bisa melahirkan keturunan untuk keluarga mereka. Bahkan Dava, si playboy yang kini beralih bertobat menjadi pria setia untuk isterinya itu pun sempat menangis. Meratapi nasibnya, dengan keadaan berguncang Dava terisak seraya bergumam di depan Haikal yang terpaksa harus pulang kembali ke Indonesia.

"Apa ini karma buat gue ya?" begitulah isi gumaman Dava tujuh belas tahun lalu.

Jika mengingat itu rasanya Haikal ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Dava. Namun, di satu sisi ia juga merasakan perasaan sedih yang mereka alami.

Yang dapat Haikal lakukan saat itu adalah mencoba menenangkan dan memberikan semangat penuh positif untuk Dava dan Airaa.

Dan syukurlah sang kuasa mengabulkannya, tak lama setelah itu Airaa hamil. Hal itu pun menjadi kabar yang luar biasa membahagiakan untuk seluruh keluarga termasuk Haikal.

Dan... Haikal tidak pernah menyangka bahwa bayi yang di impikan itu kini sudah tumbuh remaja dan semakin menuju dewasa. Tapi, semakin kesini pula Haikal merasa cemas.

Cemas pada keputusan yang ia ambil untuk menetap di Indonesia, sebab beberapa tahun terakhir ini Davira tak segan-segan menunjukkan ketertarikannya pada Haikal.

Jika dulu saat gadis itu masih kecil Haikal tak pernah merasa risau, bahkan ia dulu kerap kali menggendongi Davira kecil. Menimang-nimangnya, di nina boboinnya jika gadis itu menangis saat susah tidur. Saking keseringannya jadi mendarah daging sendiri untuk Haikal, sejak saat itu Haikal sudah mengklaim Davira sebagai puterinya sendiri.

Dan hal itu tak di beratkan oleh kedua orang tuanya, Dava dan Airaa justru sangat setuju sebab mereka juga mulai fokus pada kehamilan anak kedua mereka setelah Davira berumur satu tahun lebih.

Kini Haikal tengah di titik kegusarannya, memikirkan kembali segala keputusannya di masa lalu apakah salah atau benar?

Apapun itu, yang jelas Haikal dibuat frustasi dengan tingkah Davira.

******

Haikal memacu mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Sebelah tangannya melonggarkan dasi yang ia kenakan serasa mencekik lehernya.

Menggeram dalam hati merasakan gerah seketika akibat ulah dari pesan yang kembali Davira kirimkan beberapa saat yang lalu. Umpatan pun kembali tak terelakkan keluar dari mulut Haikal, buru-buru pria itu membereskan meja kerjanya bergegas melangkah keluar.

Suasana kantor malam hari ini sudah sepi, sebab Haikal memang sengaja memilih untuk lembur di kantor demi menghindari segala godaan Davira. Tapi, sepertinya gadis itu tak akan membiarkan Haikal merasa tenang dengan terus mengiriminya pesan berupa teks maupun gambar yang ehmm... sial!

Davira : my Om, honey, aku sudah menunggumu dari tadi. Cepatlah pulang, jangan biarkan aku dan pizza ini kedinginan. 😋

Begitulah kira-kira isi pesan yang Davira kirim untuk Haikal.

Siapa yang tak tegang coba, eh, siapa yang tahan maksudnya mendapatkan pesan seperti itu? Yang pasti Haikal langsung merasakan panas dingin dan memilih untuk segera pulang.

Haikal sangat menduga sekali jika gadis itu tengah di apartemennya saat ini. Satu kesalahan baginya yang tak pernah mengganti password apartemennya hingga membuat Davira leluasa keluar masuk kesana.

Dan satu kesalahan lagi sekaligus satu kebodohan yang entah Haikal sengaja atau tidak sengaja melakukannya. Seharusnya Haikal bisa langsung menonaktifkan saja ponselnya agar tak terganggu oleh Davira.

Jawabannya, sudah. Haikal sudah melakukan itu dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya?

Davira nekat datang ke kantor Haikal tak mempedulikan waktu entah itu pagi, siang, sore atau malam. Davira datang dan akan langsung mengancam Haikal apabila mengabaikannya dan menyuruh Haikal untuk kembali mengaktifkan ponselnya.

Kadang Haikal bingung sendiri, apa gadis itu tidak sekolah sehingga bisa begitu bebas datang dan pergi semaunya kemanapun.

Haikal menyerah dan tak ingin mendapatkan serangan mendadak kembali dari Davira yang datang tiba-tiba.

Haikal menambah kecepatan laju kencang mobilnya. Ia bahkan tak mempedulikan lagi tentang keselamatan, bisa saja ia mengalami kecelakaan dan mati di tempat. Tapi Haikal tak mempedulikan itu, bahkan mungkin lebih bagus jika ia mati secepatnya agar tak merasakan lagi siksaan menggoda Davira.

Bukan ide yang buruk, sayang sekali dosa Haikal lebih banyak daripada pahalanya. Jadi untuk itu ia menggelengkan kepalanya dan kembali menarik ucapannya.

Poor Haikal. :v

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status