Tringggg....
Satu notifikasi pesan masuk, Haikal melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Nama Davira muncul sebagai si pengirim kesal.
Sebelah alis Haikal terangkat, ada gerangan apa gadis ini mengirimkannya pesan lagi. Lagi? Ya, lagi, karena satu harian Davira memang akan mengiriminya pesan, dan hal itu terjadi setiap harinya.
Awalnya Haikal ingin mengabaikan saja pesan itu tanpa mau berniat membukanya. Tapi, entah kenapa tangannya sangat gatal dan batinnya penasaran dengan isi pesan Davira.

Damn!
Haikal mendelik melihat sebuah foto yang di kirimkan Davira, apalagi isi pesan teks gadis itu yang menanyakan suka atau tidaknya Haikal pada gaun yang Davira pakai.
Apa pentingnya buatku? batin Haikal mencoba tak mempedulikan itu dan meletakkan kembali ponselnya tanpa mau membalas pesan Davira.
Baru saja ia meletakkan ponselnya namun matanya kembali melirik lagi ke meja. "Shitttt!" umpat Haikal meraih kembali ponselnya.
Haikal : mau kemana kamu dengan memakai gaun seperti itu?
Haikal memukul pelan meja kerjanya saat balasan pesannya terkirim. Ia merutuki tindakannya sendiri, harusnya ia mengabaikan saja tapi itu sangat sulit baginya. Sebenarnya Haikal sangat penasaran untuk apa dan mau kemana Davira memakai gaun seperti itu pada malam hari?
Haikal melirik lagi ponselnya yang tak menunjukkan tanda-tanda balasan pesan dari Davira, dan itu semakin membuat dirinya bertambah kesal.
"Sial!!" lagi, untuk kesekian kalinya hari ini entah sudah berapa kali Haikal mengumpat hanya karena seorang gadis bernama DAVIRA.
Anak dari sahabat kecilnya, Airaa. Gadis cantik feminim yang kerap kali memakai pakaian seksi. Tapi, sekarang sahabatnya itu telah hijrah dalam urusan penampilannya.
Yupss, Airaa yang sekarang adalah seorang wanita berhijab. Hal itu sudah ia tekuni semenjak hamil Davira hingga sekarang. Dua tahun pernikahan Airaa baru hamil, waktu yang cukup lama untuk menantikan seorang anak hadir di kehidupan rumah tangga yang di bangun Dava dan Airaa.
Dulu, mereka sempat berpikir bahwa Airaa mandul hingga tak bisa melahirkan keturunan untuk keluarga mereka. Bahkan Dava, si playboy yang kini beralih bertobat menjadi pria setia untuk isterinya itu pun sempat menangis. Meratapi nasibnya, dengan keadaan berguncang Dava terisak seraya bergumam di depan Haikal yang terpaksa harus pulang kembali ke Indonesia.
"Apa ini karma buat gue ya?" begitulah isi gumaman Dava tujuh belas tahun lalu.
Jika mengingat itu rasanya Haikal ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Dava. Namun, di satu sisi ia juga merasakan perasaan sedih yang mereka alami.
Yang dapat Haikal lakukan saat itu adalah mencoba menenangkan dan memberikan semangat penuh positif untuk Dava dan Airaa.
Dan syukurlah sang kuasa mengabulkannya, tak lama setelah itu Airaa hamil. Hal itu pun menjadi kabar yang luar biasa membahagiakan untuk seluruh keluarga termasuk Haikal.
Dan... Haikal tidak pernah menyangka bahwa bayi yang di impikan itu kini sudah tumbuh remaja dan semakin menuju dewasa. Tapi, semakin kesini pula Haikal merasa cemas.
Cemas pada keputusan yang ia ambil untuk menetap di Indonesia, sebab beberapa tahun terakhir ini Davira tak segan-segan menunjukkan ketertarikannya pada Haikal.
Jika dulu saat gadis itu masih kecil Haikal tak pernah merasa risau, bahkan ia dulu kerap kali menggendongi Davira kecil. Menimang-nimangnya, di nina boboinnya jika gadis itu menangis saat susah tidur. Saking keseringannya jadi mendarah daging sendiri untuk Haikal, sejak saat itu Haikal sudah mengklaim Davira sebagai puterinya sendiri.
Dan hal itu tak di beratkan oleh kedua orang tuanya, Dava dan Airaa justru sangat setuju sebab mereka juga mulai fokus pada kehamilan anak kedua mereka setelah Davira berumur satu tahun lebih.
Kini Haikal tengah di titik kegusarannya, memikirkan kembali segala keputusannya di masa lalu apakah salah atau benar?
Apapun itu, yang jelas Haikal dibuat frustasi dengan tingkah Davira.
******
Haikal memacu mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Sebelah tangannya melonggarkan dasi yang ia kenakan serasa mencekik lehernya.
Menggeram dalam hati merasakan gerah seketika akibat ulah dari pesan yang kembali Davira kirimkan beberapa saat yang lalu. Umpatan pun kembali tak terelakkan keluar dari mulut Haikal, buru-buru pria itu membereskan meja kerjanya bergegas melangkah keluar.
Suasana kantor malam hari ini sudah sepi, sebab Haikal memang sengaja memilih untuk lembur di kantor demi menghindari segala godaan Davira. Tapi, sepertinya gadis itu tak akan membiarkan Haikal merasa tenang dengan terus mengiriminya pesan berupa teks maupun gambar yang ehmm... sial!

Begitulah kira-kira isi pesan yang Davira kirim untuk Haikal.
Siapa yang tak tegang coba, eh, siapa yang tahan maksudnya mendapatkan pesan seperti itu? Yang pasti Haikal langsung merasakan panas dingin dan memilih untuk segera pulang.
Haikal sangat menduga sekali jika gadis itu tengah di apartemennya saat ini. Satu kesalahan baginya yang tak pernah mengganti password apartemennya hingga membuat Davira leluasa keluar masuk kesana.
Dan satu kesalahan lagi sekaligus satu kebodohan yang entah Haikal sengaja atau tidak sengaja melakukannya. Seharusnya Haikal bisa langsung menonaktifkan saja ponselnya agar tak terganggu oleh Davira.
Jawabannya, sudah. Haikal sudah melakukan itu dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Davira nekat datang ke kantor Haikal tak mempedulikan waktu entah itu pagi, siang, sore atau malam. Davira datang dan akan langsung mengancam Haikal apabila mengabaikannya dan menyuruh Haikal untuk kembali mengaktifkan ponselnya.
Kadang Haikal bingung sendiri, apa gadis itu tidak sekolah sehingga bisa begitu bebas datang dan pergi semaunya kemanapun.
Haikal menyerah dan tak ingin mendapatkan serangan mendadak kembali dari Davira yang datang tiba-tiba.
Haikal menambah kecepatan laju kencang mobilnya. Ia bahkan tak mempedulikan lagi tentang keselamatan, bisa saja ia mengalami kecelakaan dan mati di tempat. Tapi Haikal tak mempedulikan itu, bahkan mungkin lebih bagus jika ia mati secepatnya agar tak merasakan lagi siksaan menggoda Davira.
Bukan ide yang buruk, sayang sekali dosa Haikal lebih banyak daripada pahalanya. Jadi untuk itu ia menggelengkan kepalanya dan kembali menarik ucapannya.
Poor Haikal. :v
***
Davira tersenyum bahagia saat mendengar suara pintu apartemen terbuka menandakan jika Haikal telah sampai. Davira mengganti posisinya lebih terlihat menggoda menyambut kedatangan Haikal.Cklek...."Hai, Om!" sapa Davira girang seraya melambai-lambaikan sebelah tangannya heboh ke arah Haikal yang menatapnya horor.Astaga! Anak ini! batin Haikal menahan dirinya untuk tidak meledak karena amarah yang sejak tadi di tahannya."Ngapain kamu kesini?" tanpa basa-basi lagi Haikal langsung melayangkan pertanyaan untuk Davira."Tentu saja untuk menemui sekaligus menemani malam Om." jawab Davira genit dengan menggigit bibir bawahnya sensual.Davira bergerak dari posisi berbaringnya hingga kini ia menjadi duduk di ranjang, matanya tak pernah lepas fokus menatap Haikal intens dan penuh godaan.Haikal yang melihat itu menghela
Yoo bro! Ada yg baca cerita ini gak seh? 👀Kalau ada vote dan komennya dong, jangan diem-diem bae kayak orang sariawan. 🙌Happy reading!👒👒👒👒👒👒Dava melirik takut-takut ke arah isterinya yang tampak mengerikan jika dalam keadaan marah mode on. Entah hal apa yang membuat Airaa marah besar, bahkan sejak beberapa jam yang lalu wanita itu mendiamkan Dava.Dava jadi serba salah, ngajak ngomong gak di sahutin, di abaikan untuk sementara biar tenang pun di bilang gak peka dan gak peduli.Hufffhh!Wanita memang selalu benar. batin Dava berusaha sabar dalam menyikapi situasi seperti ini. Hal kayak gini bukan satu dua kali buat Dava, ibaratnya ia sudah kenyang sekenyang-kenyangnya."Sayang, ka...." ucapan Dava terhenti ketika melihat bola mata yang melotot horor ke arahnya.
Davira terhenyak bangun dari tidur nyenyaknya karena silau cahaya matahari yang masuk melalui celah hordeng yang terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk, sebelah tangannya terangkat menutupi matanya demi menghalau silaunya cahaya matahari itu.Perlahan Davira turun dari ranjang, melangkah mendekati seseorang yang berdiri di depan jendela yang ternyata sudah di buka. Sosok itu tengah berdiri di tengah-tengah jendela dengan kedua tangan yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celananya. Davira tersenyum dengan berjalan mengendap-endap agar tak mengeluarkan suara langkah kakinya."Hap!" suara Davira memekik nyaring ketika ia berhasil menggapai tubuh Haikal dalam pelukannya.Haikal sendiri tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang, mendekap hangat tubuhnya begitu mesra."Sudah bangun?" tanya Haikal menolehkan kepalanya sedikit miring.Da
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Cavia memperhatikan Davira yang duduk di sampingnya. Rasa penasaran yang menyeruak membuatnya jadi kepo dengan hal apa yang membuat Davira cengengesan begitu."Haha, kepo ya?" goda Davira, "hhh lagian orang kayak lo tahu apa Cav soal cinta.""Cinta?" ulang Cavia mengerutkan dahinya bingung."Iya cinta, tahu apa kamu dengan satu kata penuh mantra dan makna itu?" tanya Davira.Cavia sedikit tersentak saat mendapati pertanyaan seperti itu dari sepupunya ini. Sesekali bola mata Cavia bergerak melihat ke arah pak supir pribadi keluarga mereka. Takut-takut jika si pak supir mendengarkan percakapan mereka, dan syukurlah Cavia saat mendapati pak supir yang tampak hanya cuek saja."Jadi, maksud dari pertanyaanmu barusan itu adalah kamu yang sedang jatuh cinta?""Bingo!" seruan Davira membenarkan tebakan Cavia, "tumbenan lo pinter." sambungnya te
Sebelum mulai baca cerita ini, ada baiknya untuk kalian baca terlebih dahulu cerita istri pilihan & Davra. Karena kedua cerita itu berkaitan dengan cerita ini. Oke 🤗________________________Davira menatap tidak suka pada sosok wanita muda yang duduk di samping bunda Kia. Mencibir dengan suara seperti jijik melihat orang itu yang selalu ada di tengah-tengah keluarga mereka. Duduk dengan wajah yang menunduk sendu sembari salah satu tangannya menopang di meja makan."Hei! Ngapain lo ada disini?" tanya Davira to the point tanpa tendeng alih.Sontak hal itu membuat semua orang yang berkumpul di ruang makan kaget, Davira melabrak Ayesha secara terang-terangan di depan kedua mata mereka. Tapi, itu bukan satu dua kali terjadi, hal ini memang kerap terjadi apabila seluruh keluarga berkumpul."Vir
Mendengkus kesal Davira menatap sengit pada dua orang yang barusan melewatinya. Rasanya jika tak memikirkan para orang tua, kemungkinan besar Davira sudah mencakar wajah wanita itu. Anak dari wanita gila jahat yang sangat ia benci, seperti itulah cerita yang pernah ia dengar lewat menguping pembicaraan antara mamanya dan bunda Kia. Meskipun Davira tidak begitu tahu cerita di masa lalu secara detailnya."Davira!" panggilan Dava membuyarkan segala lamunan Davira yang masih setia berdiri. "Duduk disini sayang." sambungnya menyuruh Davira agar duduk di kursi meja makan.Davira menurut sebab sudah tak ada lagi si dia yang sangat Davira benci. Davira memilih duduk di sebelah Orlando, adiknya.Orlando sendiri tampak cuek, tak ada sapaan jahil yang biasanya pemuda itu berikan setiap bertemu dengan Davira. Setelah insiden keributan kecil tadi cukup membuat semua orang yang ada di situ menjadi canggung dan tegang.Terut
Davira mendesah kecewa karena hari ini sepertinya ia tidak akan bisa menemui Om Haikal di apartemennya. Sebab, mulai hari ini di terapkan penjagaan ketat untuknya yang otomatis tak ada keringanan akses keluar untuknya. Sungguh hal ini sangat menyulitkan sekali untuknya, Davira tidak suka ini. Biasanya ia di beri sedikit kebebasan untuk keluar, tapi sepertinya tidak akan berlaku lagi mulai hari ini.Davira sendiri juga tak mengerti kenapa bisa seperti ini, padahal sedari awal semuanya berjalan baik-baik saja. Tak ada masalah, tak ada protesan, dan yang paling utama tak ada larangan. Davira berpikir keras, apa mungkin Om Haikal sendiri yang mengatakan sejujurnya pada mamanya? Atau mungkin, Cavia?Ah tidak, tidak, kalau Cavia rasanya tidak mungkin. Dugaan kuat Davira sangat yakin jika ini pasti ulah Om Haikal.Sial!!Jika memang begitu, apa mungkin maksudnya si Om Haikal ini udah bosan, udah muak dan gak kuat lag
Airaa menutup kedua matanya kembali, pura-pura tidur ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Ah, itu pasti suaminya yang baru pulang dari mengantar anak mereka yang nakal ke rumah Haikal.What? Airaa tau?Ya, wanita itu tau jika suaminya ternyata melakukan persengkokolan dengan anak sulung mereka. Jadi, sebenarnya tadi Airaa tidak benar-benar tertidur saat Dava masih di dalam kamar ikut berbaring bersamanya.Airaa mendengar suara langkah kaki Dava yang perlahan keluar dari kamar. Hatinya berseru untuk mengikuti suaminya untuk menangkap basah anak dan bapak itu yang ketahuan bersekongkol. Tapi, niat itu di urungkannya.Airaa bukan wanita bodoh yang akan dengan gampang mereka tipu. Selama ini Airaa sempat menaruh curiga pada sang suami yang menurutnya terlalulembeksikapnya pada Davira. Tak seperti sikap seorang ayah pada umumnya, yang biasanya akan selalu tegas pada anak-anaknya.