Share

2.

Davira tersenyum bahagia saat mendengar suara pintu apartemen terbuka menandakan jika Haikal telah sampai. Davira mengganti posisinya lebih terlihat menggoda menyambut kedatangan Haikal.

Cklek....

"Hai, Om!" sapa Davira girang seraya melambai-lambaikan sebelah tangannya heboh ke arah Haikal yang menatapnya horor.



Astaga! Anak ini! batin Haikal menahan dirinya untuk tidak meledak karena amarah yang sejak tadi di tahannya.

"Ngapain kamu kesini?" tanpa basa-basi lagi Haikal langsung melayangkan pertanyaan untuk Davira.

"Tentu saja untuk menemui sekaligus menemani malam Om." jawab Davira genit dengan menggigit bibir bawahnya sensual.

Davira bergerak dari posisi berbaringnya hingga kini ia menjadi duduk di ranjang, matanya tak pernah lepas fokus menatap Haikal intens dan penuh godaan.

Haikal yang melihat itu menghela nafasnya. "Davira, Om ingin bertanya sama kamu."

"Tanya saja."

"Tapi, kamu jawab dengan jujur ya." dengan cepat Davira mengangguk semangat.

"Apa impian kamu?" tanya Haikal serius.

Davira tersenyum seraya menjawab dengan santai, "menjadi istri Om Haikal, tentunya."

Haikal meradang mendengarnya, ini bukan ke satu-dua kalinya Davira menjawab seperti ini.

"Vira, saya bertanya serius sama kamu!" tekannya marah, "sekali lagi saya tanya, apa cita-cita kamu?"

"Menjadi ibu masa depan yang melahirkan anak-anak Om, buah cinta kita." ucap Davira dengan kedua mata yang berbinar bahagia.

Haikal terbengong di tempatnya, tak pernah terpikirkan olehnya jika gadis yang selama ini sudah ia anggap seperti anaknya sendiri terlampau tertarik padanya.

"Kenapa?" tanya Haikal lirih membuat Davira bingung dengan arti pertanyaan kenapa darinya.

"Maksudnya, Om?"

"Kenapa kamu seperti ini Vira, huh? Kenapa kamu selalu dan selalu saja mengatakan itu? Dan kenapa harus saya? Dari banyaknya pria di dunia ini, kenapa kamu memilihku?" Haikal mencengkeram kuat kedua bahu Davira.

Sedikit menciut Davira saat mendapati tatapan tajam dari Haikal yang serasa mematikannya. "O-om," tercekat suara Davira saat memanggil Haikal yang tampak menakutkan saat ini.

Davira meringis merasakan cengkeraman tangan Haikal di bahunya yang semakin kuat. Haikal sendiri langsung tersadar dengan apa yang ia lakukan saat mendengar suara ringisan Davira.

"Astaga, sayang!" terperanjat Haikal langsung melepaskan cengkeramannya, "maafkan Om."

Haikal mengusap-usap lembut kedua bahu Davira yang terbuka sebab gadis itu yang memakai tank-top tipis garis-garis putih hitam.

"Apakah sakit?" tanya Haikal cemas saat melihat kedua bahu Davira yang memerah.

Melihat Haikal yang panik seperti itu pun tentu menjadi kesempatan emas untuk Davira. "S-sakit Om," ringisnya dengan suara terbata.

Haikal semakin panik dan langsung berinisiatif mengambil salep anti perih. "Om!" Davira menahan lengan Haikal yang hendak melangkah mengambil kotak obat.

"Mau kemana?" rengeknya.

"Mengambil obat."

Davira menggeleng, "bukan obat yang Davira butuhin Om, ada obat lain yang lebih mujarab nyembuhin perih ini." sambung Davira menggerakkan bahunya.

"Apa obatnya?"

"Sini Om!" Davira menepuk sisi ranjang di sampingnya setelah menyingkirkan pizza yang sedari tadi ada disana, mengisyaratkan Haikal agar duduk di sampingnya.

Haikal menuruti keinginan Davira yang tiba-tiba langsung menyodorkan bahu kanannya pada Haikal.

"Apa?!" tanya Haikal tajam dengan sebelah alis terangkat, sengaja memasang muka galak berjaga-jaga saja jika Davira mengerjainya atau melakukan sesuatu hal yang gila.

"Tiupin Om," pinta Davira lirih dan kembali meringis.

Haikal terperanjat dengan permintaan Davira barusan dan tentu saja berniat ingin menolaknya. Tetapi, setelah mendengar ringisan Davira kembali pada akhirnya Haikal tak kuasa untuk mengabaikannya.

Davira menahan nafasnya sejenak menunggu antisipasi dari hembusan nafas hangat yang keluar dari mulut Haikal. Satu tiupan berhasil Haikal daratkan di bahu Davira yang otomatis langsung membuatnya merasa merinding.

Haikal terus meniupi secara bergantian bahu Davira, dan dengan isengnya Haikal mengecup salah satu bahu gadis itu.

"Uuh, bagus Om, dengan begitu dia akan cepat sembuh." ucap Davira iseng sengaja menggodanya.

Haikal tersenyum miring mendengar ucapan gadis di depannya ini, bukannya marah atas tindakan kurang ajarnya Davira malah senang.

"Bagaimana jika Om melakukan hal yang lain?" tanya Haikal berbisik sensual di telinga Davira, "melakukan yang lebih dari ini." sambungnya lagi masih dengan berbisik, bahkan Haikal sengaja meniupkan hembusan nafasnya ke telinga Davira.

"Emmhh, melakukan hal lebih seperti apa Om?" Davira bertanya balik seakan menantang ucapan Haikal barusan.

"Seperti...?" Haikal tercekat saat ingin menjawabnya, seketika ia tersadar dengan apa yang ia lakukan.

Ini tidak akan berhasil, Davira bukanlah seperti wanita pada umumnya. Gadis ini unik dan hanya ada satu di dunia tentunya, menakuti Davira dengan cara ini tentu tidak akan mempan, justru Davira malah sangat senang.

Kalau seperti ini yang ada aku ke jebak sendiri dengan ucapanku. batin Haikal merasa pusing.

Astaga!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status