"Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?"
"Tentu saja bahagia."
"Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"
Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini.
"Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.
Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."
Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j
Tringggg....Satu notifikasi pesan masuk, Haikal melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Nama Davira muncul sebagai si pengirim kesal.Sebelah alis Haikal terangkat, ada gerangan apa gadis ini mengirimkannya pesan lagi. Lagi? Ya, lagi, karena satu harian Davira memang akan mengiriminya pesan, dan hal itu terjadi setiap harinya.Awalnya Haikal ingin mengabaikan saja pesan itu tanpa mau berniat membukanya. Tapi, entah kenapa tangannya sangat gatal dan batinnya penasaran dengan isi pesan Davira.Davira : gimana Om? Suka gak gaunnya? Hihi :pDamn!Haikal mendelik melihat sebuah foto yang di kirimkan Davira, apalagi isi pesan teks gadis itu yang menanyakan suka atau tidaknya Haikal pada gaun yang Davira pakai.Apa pentingnya buatku? batin Haikal mencoba tak mempedulikan itu dan meletakkan kemba
Davira tersenyum bahagia saat mendengar suara pintu apartemen terbuka menandakan jika Haikal telah sampai. Davira mengganti posisinya lebih terlihat menggoda menyambut kedatangan Haikal.Cklek...."Hai, Om!" sapa Davira girang seraya melambai-lambaikan sebelah tangannya heboh ke arah Haikal yang menatapnya horor.Astaga! Anak ini! batin Haikal menahan dirinya untuk tidak meledak karena amarah yang sejak tadi di tahannya."Ngapain kamu kesini?" tanpa basa-basi lagi Haikal langsung melayangkan pertanyaan untuk Davira."Tentu saja untuk menemui sekaligus menemani malam Om." jawab Davira genit dengan menggigit bibir bawahnya sensual.Davira bergerak dari posisi berbaringnya hingga kini ia menjadi duduk di ranjang, matanya tak pernah lepas fokus menatap Haikal intens dan penuh godaan.Haikal yang melihat itu menghela
Yoo bro! Ada yg baca cerita ini gak seh? 👀Kalau ada vote dan komennya dong, jangan diem-diem bae kayak orang sariawan. 🙌Happy reading!👒👒👒👒👒👒Dava melirik takut-takut ke arah isterinya yang tampak mengerikan jika dalam keadaan marah mode on. Entah hal apa yang membuat Airaa marah besar, bahkan sejak beberapa jam yang lalu wanita itu mendiamkan Dava.Dava jadi serba salah, ngajak ngomong gak di sahutin, di abaikan untuk sementara biar tenang pun di bilang gak peka dan gak peduli.Hufffhh!Wanita memang selalu benar. batin Dava berusaha sabar dalam menyikapi situasi seperti ini. Hal kayak gini bukan satu dua kali buat Dava, ibaratnya ia sudah kenyang sekenyang-kenyangnya."Sayang, ka...." ucapan Dava terhenti ketika melihat bola mata yang melotot horor ke arahnya.
Davira terhenyak bangun dari tidur nyenyaknya karena silau cahaya matahari yang masuk melalui celah hordeng yang terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk, sebelah tangannya terangkat menutupi matanya demi menghalau silaunya cahaya matahari itu.Perlahan Davira turun dari ranjang, melangkah mendekati seseorang yang berdiri di depan jendela yang ternyata sudah di buka. Sosok itu tengah berdiri di tengah-tengah jendela dengan kedua tangan yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celananya. Davira tersenyum dengan berjalan mengendap-endap agar tak mengeluarkan suara langkah kakinya."Hap!" suara Davira memekik nyaring ketika ia berhasil menggapai tubuh Haikal dalam pelukannya.Haikal sendiri tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang, mendekap hangat tubuhnya begitu mesra."Sudah bangun?" tanya Haikal menolehkan kepalanya sedikit miring.Da
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Cavia memperhatikan Davira yang duduk di sampingnya. Rasa penasaran yang menyeruak membuatnya jadi kepo dengan hal apa yang membuat Davira cengengesan begitu."Haha, kepo ya?" goda Davira, "hhh lagian orang kayak lo tahu apa Cav soal cinta.""Cinta?" ulang Cavia mengerutkan dahinya bingung."Iya cinta, tahu apa kamu dengan satu kata penuh mantra dan makna itu?" tanya Davira.Cavia sedikit tersentak saat mendapati pertanyaan seperti itu dari sepupunya ini. Sesekali bola mata Cavia bergerak melihat ke arah pak supir pribadi keluarga mereka. Takut-takut jika si pak supir mendengarkan percakapan mereka, dan syukurlah Cavia saat mendapati pak supir yang tampak hanya cuek saja."Jadi, maksud dari pertanyaanmu barusan itu adalah kamu yang sedang jatuh cinta?""Bingo!" seruan Davira membenarkan tebakan Cavia, "tumbenan lo pinter." sambungnya te
Sebelum mulai baca cerita ini, ada baiknya untuk kalian baca terlebih dahulu cerita istri pilihan & Davra. Karena kedua cerita itu berkaitan dengan cerita ini. Oke 🤗________________________Davira menatap tidak suka pada sosok wanita muda yang duduk di samping bunda Kia. Mencibir dengan suara seperti jijik melihat orang itu yang selalu ada di tengah-tengah keluarga mereka. Duduk dengan wajah yang menunduk sendu sembari salah satu tangannya menopang di meja makan."Hei! Ngapain lo ada disini?" tanya Davira to the point tanpa tendeng alih.Sontak hal itu membuat semua orang yang berkumpul di ruang makan kaget, Davira melabrak Ayesha secara terang-terangan di depan kedua mata mereka. Tapi, itu bukan satu dua kali terjadi, hal ini memang kerap terjadi apabila seluruh keluarga berkumpul."Vir
Mendengkus kesal Davira menatap sengit pada dua orang yang barusan melewatinya. Rasanya jika tak memikirkan para orang tua, kemungkinan besar Davira sudah mencakar wajah wanita itu. Anak dari wanita gila jahat yang sangat ia benci, seperti itulah cerita yang pernah ia dengar lewat menguping pembicaraan antara mamanya dan bunda Kia. Meskipun Davira tidak begitu tahu cerita di masa lalu secara detailnya."Davira!" panggilan Dava membuyarkan segala lamunan Davira yang masih setia berdiri. "Duduk disini sayang." sambungnya menyuruh Davira agar duduk di kursi meja makan.Davira menurut sebab sudah tak ada lagi si dia yang sangat Davira benci. Davira memilih duduk di sebelah Orlando, adiknya.Orlando sendiri tampak cuek, tak ada sapaan jahil yang biasanya pemuda itu berikan setiap bertemu dengan Davira. Setelah insiden keributan kecil tadi cukup membuat semua orang yang ada di situ menjadi canggung dan tegang.Terut
Davira mendesah kecewa karena hari ini sepertinya ia tidak akan bisa menemui Om Haikal di apartemennya. Sebab, mulai hari ini di terapkan penjagaan ketat untuknya yang otomatis tak ada keringanan akses keluar untuknya. Sungguh hal ini sangat menyulitkan sekali untuknya, Davira tidak suka ini. Biasanya ia di beri sedikit kebebasan untuk keluar, tapi sepertinya tidak akan berlaku lagi mulai hari ini.Davira sendiri juga tak mengerti kenapa bisa seperti ini, padahal sedari awal semuanya berjalan baik-baik saja. Tak ada masalah, tak ada protesan, dan yang paling utama tak ada larangan. Davira berpikir keras, apa mungkin Om Haikal sendiri yang mengatakan sejujurnya pada mamanya? Atau mungkin, Cavia?Ah tidak, tidak, kalau Cavia rasanya tidak mungkin. Dugaan kuat Davira sangat yakin jika ini pasti ulah Om Haikal.Sial!!Jika memang begitu, apa mungkin maksudnya si Om Haikal ini udah bosan, udah muak dan gak kuat lag