Share

6.

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 11:25:58

Sebelum mulai baca cerita ini, ada baiknya untuk kalian baca terlebih dahulu cerita istri pilihan & Davra. Karena kedua cerita itu berkaitan dengan cerita ini. Oke 🤗

________________________

Davira menatap tidak suka pada sosok wanita muda yang duduk di samping bunda Kia. Mencibir dengan suara seperti jijik melihat orang itu yang selalu ada di tengah-tengah keluarga mereka. Duduk dengan wajah yang menunduk sendu sembari salah satu tangannya menopang di meja makan.

"Hei! Ngapain lo ada disini?" tanya Davira to the point tanpa tendeng alih.

Sontak hal itu membuat semua orang yang berkumpul di ruang makan kaget, Davira melabrak Ayesha secara terang-terangan di depan kedua mata mereka. Tapi, itu bukan satu dua kali terjadi, hal ini memang kerap terjadi apabila seluruh keluarga berkumpul.

"Vira!" panggil Airaa memperingati puterinya untuk bersikap sopan. Bagaimanapun juga disini banyak orang yang lebih tua dari Davira. "Jaga sopan santunmu nak!"

"Mama, tapi aku gak suka dia ada disini!" kata Davira menunjuk ke arah Ayesha dengan jari telunjuknya.

Ayesha yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Davira pun merasa tak enak hati. Ia bangkit berdiri bersiap hendak pergi dari kediaman rumah keluarga Atmadja.

"Tetap diam di tempatmu, Ayesha!" titah Dava menyuruh Ayesha untuk tak bergerak barang sedikitpun dari tempatnya.

Ayesha dilema, haruskah ia menuruti keinginan Dava?

"Ayesha, papa bilang berhenti di tempatmu!" sekali lagi Dava memperingatkan Ayesha saat hendak melangkahkan kakinya.

"Jangan hiraukan dia, sebaiknya kamu duduk kembali dan anggap tak mendengar apapun." ucap Airaa menenangkan Ayesha yang mengangguk dan kembali duduk di sisi bunda Kia.

Davira menatap tak percaya pada semua orang yang seakan berpihak pada Ayesha, anak dari wanita gila yang sangat jahat itu.

Mata Davira menyusuri satu-persatu orang yang berkumpul di ruang makan. Di barisan kanan ada bunda Kia, Ayesha, Hasan, dan Cavia. Sementara di sisi kiri ada Mama Airaa, Orlando adiknya, dan satu kursi kosong yang Davira tebak sebagai kursi untuknya.

Dan untuk ayah Nando dan Papa Dava duduk di kursi utama yang saling berhadapan layaknya raja. Seluruh keluarga yang berkumpul sudah komplit, hanya kurang para nenek dan kakek saja yang tak ikut berkumpul.

"Davira, sebaiknya kamu duduk, nak." titah Nando dengan suara lembutnya.

Sebelah tangan Davira terangkat sebagai isyarat jika ia menolak permintaan Nando. "Aku tidak akan duduk ayah, jika wanita itu masih disini. Dia bukan bagian dari keluarga kita, jadi untuk apa dia disini?"

"Davira cukup!" seruan lantang bersuara berat itu.

Tentu hal itu membuat semua orang terperangah saat mengetahui siapa pemilik suara itu. Hasan menatap tajam sarat akan ketidak sukaannya pada ucapan Davira.

"Bagaimanapun juga, Ayesha masih dari bagian keluarga ini. Dia anak dari bibi Aisyah yang merupakan anak angkat dari adik nenek Nella, nenekku yang juga merupakan nenekmu. Aku harap kamu tidak melupakan fakta itu Vira." jelas Hasan seakan menegaskan jika ia tidak suka apabila salah satu dari keluarganya menghina Ayesha.

Davira tertawa sumbang, "aku cukup terkejut untuk hari ini bang. Ini untuk pertama kalinya bang Hasan membela wanita jalang itu setelah sekian lama aku melabraknya. Uwoww!" Davira bertepuk tangan ria seolah ia sedang menonton sebuah pertunjukan yang sangat menarik.

Hasan terlihat begitu marah dengan apa yang Davira katakan. Jalang? Sepupunya itu mengatai Ayesha dengan sebutan wanita jalang?

Apakah sepupunya itu ingin cari masalah padanya dan berakhir mati di tangannya hingga begitu berani dan lantang mengatai wanitanya.

Ya, wanitanya. Ayesha memang jalang, lebih tepatnya budak jalang miliknya. Ingat! Hanya miliknya!

Ayesha memperhatikan raut wajah Hasan yang sangat kentara tengah di liputi amarah. Ia sedikit terkejut saat mendapati hal seperti ini. Memang benar kata Davira, ini kali pertamanya Hasan membela dirinya dan begitu marah saat Davira terus menghinanya.

Ada sedikit rasa bahagia dalam diri Ayesha saat pria itu membelanya. Walaupun kebanyakan dari sebagian dirinya yang lain membenci Hasan.

Ya, Ayesha membenci Hasan! Membenci segala bentuk perlakuan pria itu padanya selama dua tahun terakhir ini. Bagaimana cara pria itu memperlakukan dan menjadikan dirinya sebagai budak. Budak yang harus mematuhi segala perintahnya, terlebih lagi dalam melayani segala hasrat keparatnya itu.

Melihat situasi sekarang ini yang bertambah semakin panas membuat semua orang yang ada di situ menjadi gerah. Terutama para orang tua, mereka sangat gerah dengan perdebatan para anak-anak mereka yang bak seperti anak kecil.

Niat hati para orang tua tersebut mengumpulkan semua orang berkumpul disini adalah untuk saling mengeratkan hubungan kekeluargaan mereka. Terlebih mengenai soal Davira yang beberapa belakangan terakhir ini sering tidak pulang dan tidak tidur di rumah.

Hal ini sudah di ketahui cukup lama oleh Airaa selaku ibu dari Davira. Ia tahu jika puterinya kemana dan tidur dimana, selama ini Airaa berusaha bersikap sabar menghadapi tingkah gila Aira yang begitu tergila-gila pada teman kecilnya, Haikal.

Hanya saja tadi malam sudah dalam titik terendahnya yang mengakibatkan kesabarannya habis, dan sudah tak tahan untuk menahannya lebih lama lagi. Oleh sebab itulah Airaa marah dan mendiamkan suaminya agar peka dengan situasi yang terjadi di keluarga mereka.

Tapi, sepertinya kepekaan Dava minim hingga Airaa harus lebih ekstra lagi menyadarkan suaminya itu atas kemarahan mendadak yang melanda dirinya.

"Davira, anakku, kemarilah dan duduk disini nak." kata-kata lembut bunda Kia terdengar bukan seperti sebuah perintah melainkan permintaan.

Siapa yang tidak luluh coba saat di panggil dengan nada selembut itu. Hampir saja Airaa patuh, namun gengsi dan egonya yang tinggi menang. Membuat ia menggelengkan kepalanya kuat.

"Davira tidak mau bunda, maaf." tolaknya dengan suara lembut.

Satu hal yang sangat di sukai Davira dari bunda Kia adalah. Sikapnya yang lemah lembut dan nyaris tidak pernah sekalipun marah padanya walaupun Davira bersalah.

"Sudah ku bilang pada kalian semua jika aku tidak sudi makan satu meja dengan wanita itu." sambung Davira masih menatap penuh kebencian pada Ayesha yang semakin berkaca-kaca.

Ciihh! Airmata palsu. batin Davira berdecih.

"Cukup!" seruan Dava menggebrak meja makan. "Ini tidak akan berakhir apabila salah satu diantara mereka tidak ada yang pergi."

"Ya, kamu benar Dav, selalu seperti ini apabila kita semua berkumpul bersama." sahut Nando menimpali.

Davira menaikkan sebelah alisnya seraya tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu aku yang akan pergi dari sini. Entah mengapa selera makanku menguap hilang entah kemana."

"Tidak perlu kamu lakukan itu," kata Hasan menghentikan niat Davira yang ingin melangkah pergi dari sana.

"Kau bisa duduk disini sembari menikmati sarapanmu dengan damai." setelah mengatakan itu, tanpa aba-aba Hasan melangkah mendekati Ayesha dan menarik tangannya.

"Kita pergi dari sini," kata Hasan seraya berlalu dari sana melewati Davira yang berdiri di dekat pintu keluar ruang makan ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Davira   44. (Part bonus)

    "Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?""Tentu saja bahagia.""Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini."Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j

  • Davira   43.

    Dua bulan kemudian....Bagi Haikal dan Davira tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Begitu keduanya sudah siap dengan niat dan tekad yang bulat, akhirnya sepasang kekasih dengan perbedaan umur yang jauh itu memutuskan untuk menikah.Dan ... hari bahagia itu jatuh pada hari ini. Baik Haikal maupun Davira sama-sama dilanda rasa gugup yang luar biasa untuk menyambut hari ini.Akan ada serangkaian acara yang akan mereka lewati nanti, dimulai dari ijab kabul sampai resepsi pernikahan.Meski dilanda perasaan gugup namun tak dipungkiri keduanya juga jika mereka sudah tak sabar untuk segera dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Davira yang sudah tak sabar menjadi istri sah Haikal, dan begitu juga dengan Haikal yang sudah tak sabar ingin segera memiliki Davira seutuhnya.Namun dibalik itu semua, mereka berdua sama-sama tau jika proses perjalanan cinta merek

  • Davira   42.

    Cavia merasa sangat malu dan menutupi wajah cantiknya yang terlihat pucat dengan kedua telapak tangannya. Rasanya, Cavia sudah tak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan Davira dan Haikal.Padahal niatnya untuk pertemuan ini adalah meminta maaf pada kedua orang itu. Karena gosip murahan atau fitnahnya-lah yang membuat Davira dan Haikal bertengkar hebat. Belum lagi aksi Davira yang sempat melabrak Ayesha.Cavia tau betul dan sangat sadar dengan tindakannya itu sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri saja. Entahlah, saat itu Cavia memiliki alasan sendiri kenapa sampai memilih jalan pintas seperti itu."Maafkan aku, Vira, Om." kata Cavia sangat lirih."Aku benar-benar menyesal dan sangat malu atas apa yang aku lakukan." isak Cavia terdengar pilu.Terbukti, kata-kata Cavia mampu menggetarkan relung hati Davira yang terda

  • Davira   41.

    Seminggu kemudian Davira mendengar kabar jika Cavia sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama itu pula ia dan Haikal tak pernah datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya.Haikal melarang keras Davira untuk pergi, karena menurut Haikal tak ada untungnya juga menjenguk Cavia yang ternyata bebal dan sangat keras kepala.Gadis itu masih terus saja menyesali takdirnya yang masih hidup. Pernah sekali, beberapa hari yang lalu Davira dan Haikal mendapat kabar jika Cavia kembali mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara meminum racun.Davira tidak tau pasti kejelasan dari ceritanya seperti apa. Yang hanya Davira tau bahwa aksi nekat Cavia itu kepergok dan berhasil di gagalkan oleh salah satu suster yang tengah bertugas saat itu.Meski kecewa dengan Cavia, tetapi Davira merasa senang dan bersyukur karena sepupunya itu selamat dari kematian. Setidaknya Davira ingin Cavia tetap hidup sampai ajaln

  • Davira   40.

    Seluruh keluarga kaget dengan reaksi Cavia tampak terkendali pasca setelah sadar dari koma. Kia dan Nando sedari tadi sudah mencoba berusaha untuk menenangkan Cavia mengingat kondisi gadis itu."Kenapa kalian menyelamatkanku?" begitulah kata-kata yang terus di ucapkan Cavia. Seakan gadis itu tak mensyukuri dirinya yang masih hidup."Jadi kamu ingin mati?" seruan Haikal yang sejak tadi tampak geram melihat Cavia.Dengan langkahnya yang pasti Haikal berjalan mendekati ranjang, menatap tajam tepat ke manik mata Cavia. "Kamu merasa menyesal karena tidak jadi mati, begitukah?"Cavia menatap sendu Haikal yang justru malah balas menatapnya tajam. Melihat itu Davira menjadi was-was dan takut jika Haikal hendak berniat melukai Cavia."Ayesha, panggilkan Suster dan Dokter." bisik Davira pada Ayesha yang berdiri di sampingnya.

  • Davira   39.

    Kabar baik untuk seluruh keluarga karena hari ini Cavia sudah sadar. Mendengar itu tentu saja semua anggota keluarga senang mendengarnya, tak terkecuali Ayesha dan juga pak Ridwan.Sejak pagi tadi Ayesha dan bapaknya sudah tiba di rumah sakit. Disana juga sudah ada Nando beserta Kia, sang istri tercintanya. Sedangkan untuk Hasan, entahlah, pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi sampai sekarang.Kia dan Nando sekarang tengah di dalam kamar rawat inap Cavia sementara Ayesha dan pak Ridwan lebih memilih menunggu diluar dan duduk di kursi tunggu rumah sakit.Sembari terus menunggu, mereka di kejutkan dengan kehadiran keluarga Atmadja dan Haikal yang datang ke rumah sakit secara bersamaan. Sedangkan Orlando, putra bungsu Airaa dan Dava tidak bisa ikut ke rumah sakit karena harus mengikuti ujian sekolah.Terlihat Dava menyapa hangat Ridwan seraya bertanya. "Sudah lama disini?""Sejak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status