Beranda / Romansa / Dead&Queen / Bab 15 : Perbedaan visi

Share

Bab 15 : Perbedaan visi

Penulis: Ucyl_16
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 20:23:01

Hujan semakin deras. Di dua tempat berbeda, dua jiwa yang terluka terjaga. Alma memandangi langit gelap, bertanya-tanya kapan ia bisa benar-benar bebas dari bayang-bayang masa lalu. Gio menatap sketsanya, lalu meremas kertas itu sebelum akhirnya melemparkannya ke tumpukan draft yang tak pernah selesai.

Malam ini, mereka berdua terjebak dalam hal yang sama: kenangan yang mengikat, dan perasaan yang tak pernah sempat terucap.

Alma mengusap pelan sudut matanya yang mulai basah. Ia menutup album digital di ponselnya dan menarik napas dalam. Sudah cukup, katanya dalam hati. Malam ini, ia tidak ingin tenggelam lagi dalam kenangan yang hanya membuatnya lemah.

Dengan gerakan tegas, ia berdiri dan berjalan ke meja kerjanya, di mana tumpukan dokumen proyek terbarunya masih menunggu. Tapi sebelum ia bisa mulai bekerja, dering telepon memecah kesunyian.

"Alma? Lo masih bangun?" Suara Rian, sahabatnya, terdengar khawatir di seberang telepon.

"Iya, ada apa?"

"Gue baru lihat postingan Raka. Jadi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dead&Queen   Bab 33 : Viral

    Suasana hening.Satu staf dari divisi desain angkat tangan. “Gue juga pernah, Kak. Ide desain gue dipakai presentasi, tapi gak dikasih kredit.”Yang lain menyusul. “Gue waktu itu kasih konsep buat kampanye, tapi malah dimasukin tim lain dan dibilang ‘ide bersama’.”Lalu satu suara dari belakang: “Gue juga sering ngerasa invisible. Kerja keras iya, tapi gak pernah kelihatan di akhir.”Forum yang awalnya ditata netral, kini berubah jadi ruang curhat jujur.Alma duduk kembali. Tapi hatinya penuh. Untuk pertama kalinya, forum internal bukan ajang basa-basi. Tapi ruang pembebasan.Wina mencatat semua. Rian merekam—tentu dengan izin.Di luar ruangan, sistem mendengar.Dan yang paling tidak mereka duga: banyak yang mulai bicara, bukan karena berani… tapi karena lelah diam.Tiga hari setelah forum refleksi, Alma dipanggil ke ruang supervisor utama.Tapi kali ini, suasananya berbeda. Tidak ada nada tuduhan. Tak ada dokumen peringatan.Yang menunggu di dalam: Kepala Divisi Kreatif, satu perwaki

  • Dead&Queen   Bab 32 : Undangan untuk Alma

    Usai pertemuan, Alma melangkah keluar dari ruang HR dengan langkah ringan.Di ujung lorong, Wina sudah menunggu. Wajahnya tegang. “Mereka mau bungkam lo?”Alma mengangguk. “Mereka nyuruh gue klarifikasi palsu.”Rian datang dari sisi lain lorong. “Gue udah duga. Mereka mau selamatin citra, bukan perbaiki sistem.”Alma menyerahkan salinan notulensi pertemuan. “Kalau mereka mulai serang balik, kita balas bukan pakai gosip. Tapi bukti. Dan narasi. Sekarang, kita bukan cuma lawan sistem. Kita lagi nulis sejarahnya.”Wina menatap Alma, lalu Rian.Dan di antara ketiga mereka, muncul kesadaran:Kebenaran yang dulu dianggap lemah, kini cukup kuat untuk mengubah arah.---Email itu masuk pada Jumat sore. Saat kebanyakan orang sudah melonggarkan kerah baju, siap-siap menyambut akhir pekan, Alma justru menerima pemberitahuan dengan subjek paling pasif-agresif yang pernah ia baca:Subjek: Penyesuaian Peran dan Rotasi Tim Kerja“Sebagai bagian dari proses optimalisasi dan pemerataan sumber daya man

  • Dead&Queen    Bab 31 : Perang di mulai

    Wina duduk di pojok sofa, sambil melipat kaki. Rian berdiri dekat jendela, menatap lampu kota. Alma membuka laptopnya, dan klik folder khusus bertulis "Plan C - Eksternal", ia membuka tiga tab:1. Forum jurnalisme independen yang menerima pengaduan anonim.2. Platform whistleblower yang terenkripsi dan diakui komunitas etika profesi.3. Media daring yang pernah mengangkat kasus serupa tentang pencurian intelektual."Kalau HR tetap bungkam... kita lempar ini ke luar," kata Alma.Wina menatap layar. "Kalau lo bener-bener kirim ini, bisa aja nama lo diseret. Kita semua."Rian menjawab, "Nama kita udah diseret dari awal. Bedanya, waktu itu diem. Sekarang kita yang pegang kendali."Alma menoleh ke Rian. "Tapi lo pasti sadar, ini bisa nyeret lo lebih jauh. Lo anak IT. Bisa dituduh bocorin sistem."Rian mengangkat bahu. "Gue udah backup identitas. Kalau perlu, gue ngilang dari sistem internal. Tapi cerita ini harus hidup."Mereka bertiga diam. Hanya suara jam yang terdengar.“Kalau jujur, gu

  • Dead&Queen   Bab 30 : Alma vs sistem

    Alma menarik napas panjang. Dalam ruang kecil itu, tiga suara yang dulunya terpisah mulai menyatu. Bukan dalam bentuk orasi. Tapi dalam bentuk:Bukti.Loyalitas yang tak bisa dibeli.Dan luka yang tak ingin diwariskan lagi.Ia buka map biru—yang kini berisi bukan hanya narasi, tapi semua yang ingin mereka pertahankan. Ia keluarkan tiga salinan dokumen. Satu diletakkan di depan masing-masing.“Kalau mereka main pakai sistem,” kata Alma, “kita lawan dengan sistem juga. Tapi versi kita: lengkap. Jelas. Dan gak bisa dibantah.”“Tapi jangan frontal,” Wina menambahkan. “Kita masuk pelan-pelan. Bikin HR, supervisor, dan IT Internal liat data kita secara legal.”“Gue udah punya pintu masuknya,” kata Rian pelan. “Tinggal lo berdua siap atau nggak.”Mereka saling menatap.Tak perlu sumpah.Tak perlu genggaman tangan penuh drama.Cukup satu anggukan dari masing-masing. Dan satu keputusan tak tertulis:Kalau mereka goyahkan kita, kita genggam yang tersisa.---Senin pagi, ruang co-working lantai

  • Dead&Queen   Bab 29 : Kepercayaan

    Alma masuk tanpa jaket, hanya dengan map biru yang selalu dibawanya sekarang.Gio berdiri, memberi isyarat duduk. Tapi Alma hanya berdiri di dekat dinding kaca. Tak ingin terlalu dekat. Tak ingin pura-pura akrab.“Lo udah tau kenapa gue minta ketemu,”“Mungkin. Tapi gue pengen denger langsung,” jawab Alma, nadanya tenang.Gio menarik napas. “Gue salah. Gue tahu itu.”Alma menatapnya. Menunggu.“Waktu revisi itu dikasih ke gue, gue sadar narasi lo berubah. Tapi gue pikir itu bagian dari penyuntingan biasa. Gue takut nyetop. Takut nabrak keputusan tim—dan ya... gue diem.”“Dan pas lo lihat hasilnya dipresentasiin atas nama orang lain, lo tetap diem,” ucap Alma pelan. “Karena takut posisi lo tergeser, kan?”Gio menunduk. Tak menyangkal.“Gue gak punya alasan bagus. Tapi gue juga gak punya niat buat ngambil apapun dari lo. Lo tahu itu, kan?”Alma memejamkan mata sejenak. “Gue tahu. Tapi tahu lo gak jahat, nggak cukup untuk menutup fakta bahwa lo tetap... membiarkan semua ini terjadi.”Gio

  • Dead&Queen   Bab 28 : Karena lo penting bagi gue

    Ia duduk di sisi berlawanan, map biru dan flashdisk kecil ada di atas meja. Tatapannya tajam, tapi tenang. Menunggu. Bukan dengan gelisah, tapi dengan sabar yang menghitung detik.Dan ketika Reina berpindah ke slide keempat—yang berjudul “Makna Kosong: Representasi Visual dari Duka Tak Bernama”, Alma menekan tombol di laptopnya.Klik.Sebuah proyektor kedua menyala. Semua orang menoleh.Di layar baru, muncul file PDF berjudul:“Versi_Manipulasi_2025 – Perbandingan Revisi Narasi”Semua berhenti.Termasuk Reina.Alma berdiri tidak menatap siapa pun secara langsung. Suaranya tidak keras, tapi cukup untuk membuat seluruh ruangan mendengarkan:“Slide yang barusan dipresentasikan adalah hasil dari revisi yang dilakukan tanpa persetujuan saya sebagai penulis asli narasi tersebut.”Hening.“Versi asli, berjudul Tentang yang Tak Tersisa, ditulis dua tahun lalu. File-nya ada di server internal, bisa dicek tanggal buat dan edit-nya. Beberapa bagian di versi yang sekarang bahkan menyimpan struktu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status