Kenzi menerima pemberian dari Stella. “Terima kasih, Tante.” Anak itu melihat isi kantong dari Stella. “Wah, isinya mainan, makasih, Tante.” Kenzi tersenyum pada Stell.Perempuan itu mengelus kepala Kenzi perlahan. “Iya, buat kamu main. Tante kemarin ingat kamu. Jadi, Tante beli banyak mainan buat kamu.” Stella sedang berusaha mengambil hati Kenzi agar dia bisa dinikahi oleh Ilham. Perempuan itu sangat berharap dinikahi Ilham. Di usianya yang sekarang, Ilham terlihat semakin matang dan ekonomi yang matang. Tentu saja menjadi idaman banyak perempuan. Stella mengalihkan pandangannya pada Indira. Dia belum pernah melihat Indira di sana dan entah kenapa dia tidak menyukai perempuan itu. “Kamu ART baru di rumah ini?” tanya Stella pada Indira. “Iya, Nona. Saya pengasuh tuan Kenzi.”“Siapa nama kamu?” “Saya Dira, Nona.” “Oh ya, Dira, asal kamu tahu saja, saya ini calon istr
“Ikut saya ke ruangan!” perintah Ilham pada Indira. Indira mengikuti langkah Ilham menuju ruangan kerjanya yang ada di lantai dua rumah itu. “Masuk!” Ilham mengajak Indira masuk ke ruangannya. “Duduk, Dira!”Indira duduk di kursi di hadapan Ilham. Perempuan itu tidak tahu apa yang akan dibicarakan pria itu malam ini. “Kenapa kamu pergi dari rumah ini tanpa membawa uang dari saya?”Indira memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan pada pria di hadapannya itu. “Saya tidak butuh uang dari Tuan Ilham. Saya bisa mencari uang dengan usaha saya sendiri.”Ilham menatap sinis pada Indira. “Sombong sekali kamu? Kamu ingat siapa yang membayar semua utang ayahmu? Terus, saat ini apa kamu melanjutkan sekolah? Ternyata tidak. Ke mana kamu pergi selama ini?” “Bukan urusan Tuan. Saya bukan siapa-siapa, Tuan lagi.” “Menurut kamu begitu? Apa kamu tidak ingat jika kamu pergi dari rumah ini sebelum kita bercerai? Bukankah artinya kamu masih istri saya?” Ilham tersenyum penuh arti. Indira terkej
Tiba di rumah Ilham, Indira turun dari mobil. Menunggu Ilham membuka bagasi untuk mengambil tasnya. Perempuan itu menuju bagian belakang mobil Ilham. “Tuan, berapa lama saya harus bekerja jadi pengasuh tuan Kenzi?” “Sampai Kenzi bosan sama kamu.” Ilham menjawab dengan asal karena dia tidak suka dengan pertanyaan itu. “Tapi, saya kan harus ngurus bisnis catering saya, Tuan? Nanti gimana dengan catering saya kalau saya kelamaan di sini.” Ilham menghela napas lalu menatap tajam pada Indira. “Dengar ya, Dira, Kenzi itu anak kamu, memangnya kamu sebagai ibunya tidak mau tinggal bersamanya? Ibu macam apa kamu?” Indira membalas tatapan tajam Ilham tidak kalah sengitnya. “Tuan, Kenzi memang anak saya. Dia lahir dari rahim saya, tapi apa selama ini Tuan anggap saya sebagai ibunya? Dulu saya minta tinggal di sini sebagai pengasuhnya pun Tuan tidak setuju dengan alasan melanggar perjanjian. Terus kenapa sekarang Tuan berubah?” Indira sebenarnya masih belum pas untuk mencecar Ilham. “Kita b
“Ke kantor saya sekarang! Kita bicara di ruangan saya, “ perintah Ilham pada Indira. “Baik, Tuan. Saya segera ke sana sekarang.”Indira mengambil tasnya lalu menyimpan ponsel ke dalam tas. “Lin, aku keluar dulu sebentar. Ada urusan di luar. Titip ya, Lin. Maaf karena harus ninggalin kamu dalam keadaan kacau begini.”Linda menepuk pundak Indira. “Ya, semua akan baik-baik saja kok, Dira.” Linda menatap Indira dengan perasaan kasihan. Perempuan muda itu baru mulai usahanya, tetapi sudah mendapat masalah besar. Indira pun tiba di kantor Ilham. Perempuan itu menemui pengawai di lobi kantor lalu diantar ke ruangan Ilham. Perempuan itu masuk setelah mengetuk pintu. “Duduk, Dira! Dulu kamu belum pernah ke kantor saya, sekarang baru ada kesempatan kamu datang ke ruangan saya.” Ilham bangkit dari kursinya lalu duduk di sofa berhadapan dengan Indira. “Maaf, Tuan, saya tidak bisa lama-lama berada di sini. Ada urusan yang lebih penting. Jadi, saya langsung saja ke masalahnya. Apa maksud Tuan
Belum sempat Indira menjawab pertanyaan Kenzi, Ilham sudah bicara lebih dulu. “Ajak tante Dira main ke kamar kamu sebentar, nanti Papa mau antar tante Dira pulang ke rumahnya. Ayo! Sebelum Papa berubah pikiran. “Iya, Pa.” Dengan wajah lesu, Kenzi mengajak Indira ke kamarnya. Tiba di depan kamar, Kenzi membuka pintu dan mengajak Indira masuk ke kamarnya. Kamar itu besar dengan banyak mainan dan buku bacaan di sana. Kenzi mengambil dua mobil remote di rak mainan. “Main ini dulu ya, Tante.” Kenzi berikan satu mobil remote pada Indira.“Ya,” jawab Indira singkat. Dia takjub melihat kamar itu. Memang anak orang kaya sudah pasti berbeda dengannya. Indira tidak bisa membayangkan seperti apa nasib Kenzi jika putranya itu tinggal bersamanya. Kenzi menyalakan mobil remotenya. “Kita balapan ya, Tante.” “Ok. Pokonya, Tante enggak akan kalah.” Kenzi dan
Bahkan saat Ilham mendekat pun, Indira masih tetap diam menatap pria yang terus berjalan mendekatinya. Entahh kenapa pada saat itu tubuhnya terasa kaku. Apa dia merindukan pria itu sampai membiarkannya mendekat? Atau perempuan itu merasa penasaran dengan kabar pria yang saat ini telah berdiri tepat di hadapannya?“Ikut saya ke parkiran!” Ya bukan menanyakan kabar, Ilham malah memerintah yang lain. Namun, Indira tetap diam di tempatnya berdiri. “Kenapa diam saja? Ayo ikut saya ke parkiran. Saya mau bicara sama kamu.” Indira hanya menatap Ilham. Karena Indira tidak kunjung bergerak, Ilham pun mendekat dan meraih tangan Indira lalu menarik lengan perempuan itu agar mengikutinya menuju parkiran. Kedua kaki Indira bergerak mengikuti langkah Ilham. Pada saat itu banyak pasang mata ya