Beranda / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / 109. Semua Akan Baik-Baik Saja, Kan?

Share

109. Semua Akan Baik-Baik Saja, Kan?

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 21:46:31

Harry dan Laura tertawa bersama ketika melihat kepulan asap hitam, dan telur yang Laura goreng tadi sudah berubah warna menjadi hitam.

“Ini semua gara-garamu, Harry. Sudah aku bilang jangan melakukannya di sini.” Laura mengomel setelah puas tertawa. Dia membuang telur yang sudah berubah warna itu.

“Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menahan diri jika di dekatmu.”

Laura mencebikkan bibirnya. “Untung saja tidak terjadi kebakaran. Kalau sampai terjadi hal buruk, pemilik flat ini pasti akan marah.”

“Kau lupa siapa suamimu, Nyonya Thompson?” tanya Harry dengan nada sombong. “Aku bahkan bisa membeli bangunan ini jika mau.”

Laura memukul lengan Harry dengan geram karena kesombongan pria itu, tetapi apa yang dikatakan Harry benar juga.

Kalau mau, dia bahkan bisa membeli gedung ini tanpa perlu bersusah payah.

“Sebaiknya kau yang memasak saja, Tuan Thompson.” Laura melepaskan apron yang dia kenakan, lalu memandang Harry dengan senyum jahil. "Jika aku yang memasak lagi, aku takut kita
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   112. Ketahuan

    “Harry!” “Kau tidur saja lebih dulu.” Laura menatap Harry yang sedang memakai sweater dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba saja, rasa resah melanda hatinya saat melihat Harry bergegas pergi ke rumah besar keluarga Thompson. “Tidak masalah jika aku tidak ikut?” Harry menghampiri Laura yang duduk dengan gelisah di depan meja rias. Pria itu tersenyum seraya mengusap kepala Laura dengan lembut. “Hari ini kau istirahat saja dulu. Aku akan membicarakan semuanya pada Mama.” “Tapi, bagaimana jika—“ “Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku.” Laura menghela napas panjang. Telepon dari ibu mertuanya tadi benar-benar membuat hatinya kembali gelisah. Hatinya menjadi takut. Bagaimana jika ibu mertuanya itu meminta Harry untuk meninggalkannya? Harry merunduk—berjongkok di hadapan Laura seraya memegang tangan wanita itu. “Percaya padaku, semuanya akan baik-baik saja.” “Harry, aku mencintaimu.” “Ya, aku tau itu, dan aku pun sama. Bahkan, aku jauh lebih mencintaimu.”"Tolong jangan tinggalk

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   111. Kembali Ke Rumah

    Laura menatap rumah di hadapannya ini dengan perasaan tak menentu. Sudah satu bulan lebih dia meninggalkan rumah yang menjadi tempat tinggalnya bersama Harry, dan sekarang rasanya begitu asing setelah dia kembali. Sunyi, senyap, sama seperti biasa. “Semua akan baik-baik saja,” tukas Harry. Dia meraih tangan Laura dan menggenggamnya dengan lembut, seolah tahu kegelisahan wanita itu sekarang. “Maria tidak bekerja hari ini?” “Tidak! Aku minta dia untuk segera pulang setelah membersihkan rumah.” Harry menatap Laura dengan senyum tipis. “Aku tau, kau butuh waktu untuk semua ini.” “Terima kasih, Harry.” Harry menganggukkan kepalanya. “Ayo, kita masuk, atau kau mau aku gendong?” “Tidak perlu! Seperti anak kecil saja.” Harry tertawa kecil ketika dia kembali melihat semu merah di pipi Laura. Tak banyak

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   110. Kau Cemburu?

    Setelah tiga hari terjebak badai, kini cuaca mulai sedikit cerah. Badai salju yang kemarin melanda Bar Harbor mulai reda. Laura dan Harry sudah menyiapkan barang-barang mereka. Sebenarnya, Harry yang berkemas sebelum pulang, sedangkan Laura tidak membawa banyak barang. Dia kabur waktu itu tanpa membawa apa pun, jadi Laura hanya membeli beberapa lembar pakaian sebelum akhirnya berada di Bar Harbor seperti sekarang. “Kau sudah siap?” tanya Harry setelah memasukkan tas ransel miliknya ke dalam bagasi mobil. Laura terdiam sejenak. Dia tampak ragu, sampai akhirnya menganggukkan kepala. “Ya, Harry.” “Jangan mengkhawatirkan apa pun. Urusan orang tuaku, akan kuselesaikan begitu kita sampai.” Laura kembali menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis. “Ponselmu masih tidak aktif?” “Aku belum mau mengaktifkannya. Pasti akan banyak telepon dari orang-orang.” “Ya, termasuk dariku juga waktu itu.” Harry membuka pintu mobil, dan mempersilahkan Laura untuk masuk. Setelah

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   109. Semua Akan Baik-Baik Saja, Kan?

    Harry dan Laura tertawa bersama ketika melihat kepulan asap hitam, dan telur yang Laura goreng tadi sudah berubah warna menjadi hitam. “Ini semua gara-garamu, Harry. Sudah aku bilang jangan melakukannya di sini.” Laura mengomel setelah puas tertawa. Dia membuang telur yang sudah berubah warna itu. “Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menahan diri jika di dekatmu.” Laura mencebikkan bibirnya. “Untung saja tidak terjadi kebakaran. Kalau sampai terjadi hal buruk, pemilik flat ini pasti akan marah.” “Kau lupa siapa suamimu, Nyonya Thompson?” tanya Harry dengan nada sombong. “Aku bahkan bisa membeli bangunan ini jika mau.” Laura memukul lengan Harry dengan geram karena kesombongan pria itu, tetapi apa yang dikatakan Harry benar juga. Kalau mau, dia bahkan bisa membeli gedung ini tanpa perlu bersusah payah. “Sebaiknya kau yang memasak saja, Tuan Thompson.” Laura melepaskan apron yang dia kenakan, lalu memandang Harry dengan senyum jahil. "Jika aku yang memasak lagi, aku takut kita

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   108. Aroma Aneh!

    “Kau sedang memasak?” Laura nyaris terlonjak kaget ketika dia merasakan sesuatu yang hangat melingkar di perutnya. Helaan napas panjang terdengar ketika dia sadar, Harry lah yang sedang memeluknya dari belakang sekarang. Sepertinya, menghabiskan waktu selama satu bulan hanya sendiri, membuat Laura menjadi belum terbiasa dengan kehadiran pria itu. “Kau membuatku kaget, Harry. Kapan kau bangun?” “Baru saja,” sahut Harry. Dia meletakkan dagunya di bahu Laura, dengan memeluk wanita itu dari belakang. “Kau bisa memasak sekarang? Setelah satu bulan lari dariku?” “Jangan membahasnya lagi.” Harry tertawa pelan. Namun, dia justru semakin mempererat pelukannya. “Kau memasak?” tanya Harry sekali lagi. “Hanya menggoreng telur. Beberapa hari ini aku belajar menggoreng telur karena akhir-akhir ini sering ada badai, hingga aku tidak bisa keluar untuk beli makanan instan.” Harry mengangguk, tanpa melepaskan pelukannya pada tubuh Laura. Dia menempel terus menerus, seolah takut Laura lari

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   107. Mari Wujudkan Mimpi Itu!

    “Kau belum pernah bercinta sebelumnya?” tanya Harry dengan memeluk tubuh telanjang Laura dari balik selimut. Laura menggeleng pelan, dengan pipi yang bersemu merah. Dia benar-benar merasa malu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut pria itu. Bagaimana bisa Harry bertanya dengan begitu frontal? “Aku sempat terkejut tadi,” sahut Harry, jujur. Dia memang benar-benar terkejut ketika memasuki bagian inti tubuh Laura. Laura masih suci. Wanita itu tidak pernah disentuh oleh siapa pun. “Kau ingin tahu alasan kenapa aku diputuskan begitu saja?” “Kenapa?” “Karena aku menolak melakukan seks dengan Sam dulu.” Harry tampak terkejut. Pria itu langsung duduk dan memastikan apa Laura berkata jujur. Setelah memastikan tidak ada kebohongan di wajah Laura, Harry menganggukkan kepalanya. Dia percaya dengan apa yang Laura katakan. “Jadi dia meng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status