Share

19. Calon Istri

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 23:25:30

Wajah Caroline dan Sam tampak memucat begitu mereka melihat siapa yang sedang bersama dengan Laura sekarang.

Melihat bagaimana ekspresi dingin Harry, tenggorokan mereka tiba-tiba saja terasa kering.

Jadi, Laura benar-benar bersama dengan seorang Harry Thompson?

Melihat dua orang yang sejak tadi mentertawakan Laura terdiam, tanpa basa-basi lagi Harry segera memutuskan panggilan itu secara sepihak.

Dengan wajah kesal, dan suara yang terdengar ketus, Harry menyerahkan ponsel yang dipegangnya kepada Laura. “Kau ingin dihina seperti ini terus?”

“Jangan ikut campur!” Laura mengusap air matanya yang jatuh tanpa bisa dia cegah tadi. Wanita itu tak mau kelihatan lemah di depan orang lain. “Aku pergi!”

Namun, belum ada selangkah Laura pergi, Harry kembali menarik tangan wanita itu saat berbalik untuk meninggalkannya.

Jelas, dia tahu bagaimana perasaan Laura sekarang.

Wanita itu dikucilkan dan dihina oleh saudara kandungnya sendiri. Itu jelas lebih menyakitkan daripada pengkhianatan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   89. Dunia Laura yang Hancur

    “Kau pasti berbohong, kan, Carol?” tanya Laura dengan wajah tak percaya. Detik berikutnya, wanita itu tertawa keras.Dia memang tahu jika ayahnya sangat membencinya, tetapi Laura sama sekali tidak menyangka jika Caroline akan mengatakan hal seperti ini.“Memangnya wajahku terlihat seperti pembohong?”Laura menggeleng—dia masih tidak percaya. “Kau bicara omong kosong, Carol. Aku tidak mau mendengar kekonyolanmu lagi!”Akhirnya, Laura berdiri. Dia segera mengambil tas yang ada di atas meja untuk segera pergi meninggalkan Carol. Dia tidak mau mendengar apa pun yang kakaknya katakan lagi.“Kau mau ke mana, Laura?”“Aku akan pulang. Aku sudah membuang waktu hanya untuk omong kosongmu saja.”Laura melangkahkan kakinya, tetapi baru satu langkah Caroline kembali menghentikannya.“Kalau kau anggap aku pembohong, tanyakan saja pada Antonio.”Laura menoleh, dia menatap Caroline yang tampak sangat serius. Wanita it

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   88. Fakta Tentang Laura

    Laura duduk dengan gelisah—menanti kedatangan Caroline yang sudah terlambat tiga puluh menit.Mereka berdua sudah sepakat untuk bertemu di salah satu kafe yang dekat dari kediaman Keluarga Green.Selain untuk menjaga rahasia ini, Laura juga belum ingin bertemu dengan ayah dan ibunya. Apalagi jika harus mendengar mereka memohon untuk membuat Harry membantunya.Lagi-lagi Laura melihat jam yang ada di ponselnya. Dia sudah menyiapkan ponsel di atas meja—membuat rekaman sebagai bukti, jaga-jaga jika suatu saat nanti Caroline menyangkal kembali ucapannya hari ini.Satu jam berlalu. Wanita bermata biru itu masih setia menunggu kedatangan kakaknya. Dia harus tahu semuanya hari ini juga.Dua jus jeruk sudah hampir kandas, Laura tampak begitu frustrasi. Menghubungi Caroline juga tidak ada jawaban atau balasan sama sekali.Sampai akhirnya, ketika Laura hendak berdiri—meninggalkan kafe barulah dia melihat sosok yang perutnya sudah sedikit me

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   87. Kau Tahu Arah Pulangnya, Kan?

    Malam terakhir di Hawaii menyambut mereka dengan langit yang cerah. Bulan purnama tampak begitu jelas di lihat dari balkon kamar pasangan suami istri itu.Laura duduk di kursi rotan—di balkon kamar mereka dengan cardigan tipis, dan membiarkan rambutnya yang tergerai berterbangan karena angin laut.Kini hatinya mulai membaik, ketika dia mulai mencoba menerima kehadiran Harry. Bukan dalam kata biasa tentang kehadiran pria itu, tetapi hadirnya pria itu dalam hatinya.Harry muncul dengan membawa dua kaleng bir yang dingin.“Mau bir?” tawar Harry, sembari menyodorkan satu kaleng bir pada Laura.“Apa kita akan mabuk untuk merayakan malam terakhir di Hawaii?” tanya Laura dengan senyum tipis, yang langsung diangguki oleh Harry.“Hanya satu kaleng, tidak akan membuatmu mabuk.”Laura mengangguk. Dia segera membuka kaleng bir itu dan langsung meminumnya. Kini keduanya menatap laut yang sama.“Laura, apa kau tau? Sebelum da

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   86. Percaya Padaku, Laura

    Meski Laura tak memberikan jawaban pasti, Harry tahu wanita itu akan memberikannya kesempatan dari caranya membalas pelukan.Setelah cukup lama, Harry melepaskan pelukannya. Dia mengusap air mata Laura dengan perlahan, seraya menyunggingkan senyum tipis.“Mau aku buatkan sarapan?” tawar Harry.Meski malu, Laura pun mengangguk. Jujur saja, urusan perut adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda.“Mau makan sesuatu?”“Tidak. Aku akan makan apa pun seperti biasanya.”Harry tersenyum lebar. Dia mengusap kepala Laura dengan lembut, sebelum akhirnya pergi menuju dapur. Sementara itu, Laura lagi-lagi tertegun di tempatnya berdiri. Mengapa? Mengapa ini semua bisa terjadi? ***Harry sibuk memecahkan telur ke dalam mangkuk. Sebelumnya, dia sudah memanggang roti, dan sekarang akan membuat telur goreng sebagai menu sarapan mereka.Setelah beberapa menit kemudian, Laura muncul. Wajah wanita itu suda

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   85. Rasa Takut yang Menguar

    Suasana seketika menjadi sunyi. Suara badai seolah tak terdengar lagi, saat Laura mendengar pengakuan Harry yang mengejutkan.Laura langsung menggeleng dengan pelan. “Jangan. Jangan katakan … hal seperti itu, Harry.”“Kenapa, Laura?” tanya Harry dengan nyaris berbisik. “Apa karena pernikahan kita ini hanya pernikahan kontrak? Atau karena kita sudah sepakat untuk tidak saling melibatkan perasaan masing-masing? Tapi, kenyataannya, aku menyukaimu. Sejak kita tiba di sini , aku merasa … nyaman di dekatmu. Aku tidak ingin memendamnya lagi.”Laura segera berdiri, dan membelakangi Harry. “Kita tidak bisa seperti ini. Bukan seperti itu perjanjiannya, Harry.”“Tapi, aku tau kau juga punya perasaan yang sama denganku, kan?”Laura menggigit bibir bawahnya. Diam adalah jawabannya.Harry mendekat, tetapi kali ini dia tidak menyentuh Laura seperti biasanya—memberikan wanita itu ruang untuk rasa aman. “Katakan padaku jika aku salah. Katakan pad

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   84. Isi Hati Harry

    Harry bertanya setelah diam beberapa saat, ketika menyadari perubahan raut wajahnya Laura. “Apa sesuatu yang sangat penting?” Laura mengangguk pelan. Sesuatu yang akan Caroline sampaikan waktu itu adalah hal yang sangat penting baginya. Dengan begitu, dia bisa tahu apa alasan ayah serta ibunya mengabaikan dirinya selama ini.Harry menghela napas panjang dengan senyum tipis. Pria itu juga segera meletakkan ponsel, lalu memiringkan tubuh hingga bisa melihat wajah Laura yang tampak resah.“Kau akan menemui keluargamu?” tanya Harry, menebak.“Sebelum kita pergi ke Hawaii aku pergi pagi-pagi sekali. Kau ingat?”Harry mengangguk pelan. Namun, dia tidak ingin bertanya, dan akan menunggu Laura meceritakan semuanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi.“Pagi itu aku menemani Caroline untuk membantunya mencari Sam, menemui pria itu di villa nya.”“Kau menemui si keparat itu lagi?” Nada bicara Harry terdengar tinggi, tentu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status