Beranda / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / 2. Menjadi Kekasih Pria Asing

Share

2. Menjadi Kekasih Pria Asing

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 12:05:09

Pria asing itu merangkul Laura dan berkata, “Kalian ingin menculik kekasihku?”

Ekspresinya dingin menatap orang-orang berseragam hitam, hingga membuat mereka gemetar.

Meski demikian, salah seorang dari mereka mencoba mengendalikan diri dan berkata, “Kami tahu Anda dan Nona Laura tidak saling kenal. Jadi, segera lepaskan dia atau kami—”

“Atau apa?” potongnya dengan nada mendominasi.

Pria asing itu melepaskan rangkulannya pada tubuh Laura, lalu maju sedikit. “Sepertinya kalian tidak mengerti juga.”

Diberikannya kartu nama kepada salah satu pria di sana dan beberapa detik kemudian, semua orang tampak ketakutan.

“Maafkan kami, Tuan Harry. Kalau begitu, kami pergi dulu,” pamit mereka tiba-tiba.

Laura jelas kebingungan.

Ditatapnya pria asing yang ternyata bernama Harry itu dengan wajah keheranan.

Kenapa tiba-tiba saja para pengawal ayahnya itu pergi begitu saja?

Belum sempat memproses semua, pria itu sudah berbalik dan langsung menarik tangan Laura yang masih tampak kebingungan. “Ayo!”

Detik berikutnya, Laura baru sadar ketika tangannya ditarik untuk masuk ke dalam mobil.

“Eh, tunggu dulu. kau mau membawaku ke mana?”

“Katanya kau mau membalas budi.”

Melihat tatapan Harry yang penuh banyak arti, sontak saja Laura menutupi dadanya dengan menggeleng cepat. “Aku tidak akan membalas budi dengan sex.”

“Sex?”

Laura mengangguk cepat. Kakinya hendak kembali turun dari dalam mobil, tetapi tangan pria itu lebih dulu mencegahnya. “Masuk dan diam saja!”

“Tuan, tolong. Aku adalah wanita penganut sex setelah menikah. Aku akan membayarmu berapapun, atau dengan apa pun, asal tidak dengan yang satu itu,” rengek Laura.

Dia bahkan sampai ditinggal menikah oleh Sam.

Tidak mungkin jika harus memberikan tubuhnya dengan sukarela kepada pria yang tidak dikenalnya itu, kan?

Namun, Harry sama sekali tak peduli dengan rengekkan Laura. Dia hanya mengernyitkan keningnya dengan ekspresi yang tak bisa Laura baca.

Buk!

Harry sudah lebih dulu masuk dan mengunci pintu mobil dari dalam.

“Diam dan pakai saja sabuk pengamanmu.”

Laura menggeleng cepat. Wanita itu menutup bagian dadanya, kemudian menatap pria asing itu dengan air mata yang tertahan. “Kumohon. Aku—"

Harry sontak melempar tisu ke arah Laura hingga membuat wanita itu menghentikan ucapannya. “Jangan berisik. Lagi pula siapa yang mau melakukan sex denganmu.”

Pria itu dengan memandang tubuh Laura dari bawah sampai atas, lalu tatapannya berhenti tepat di tangan Laura yang berusaha menutupi dadanya. “Dadamu kecil. Aku tidak suka!”

Hah?

Wanita itu terkesiap–tak menyangka responnya.

“Sialan!” umpat Laura dengan melemparkan tisu tadi kembali. “Dasar pria mesum!”

Sayangnya, Harry sama sekali tak peduli.

Pria itu memilih melajukan mobilnya dengan tenang dan tanpa bersuara.

Laura yang awalnya ingin marah-marah, bahkan jadi ikut terdiam.

Meski demikian, ia tak bisa sepenuhnya percaya dengan kata-kata pria yang tak dikenalnya itu, dan tetap waspada.

Laura bahkan sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari setiap jalan yang dia lewati dan mencoba menghapalkannya.

Berjaga-jaga jika Harry melakukan tindakan tak senonoh, maka dia bisa langsung kabur.

Sayangnya, dia tak sadar jika Harry menangkap pergerakan Laura yang terlihat seperti siap menerjang kapan pun. “Aku bukan orang jahat. Jadi, bisa kau bersikap santai?”

“Tidak bisa. Aku harus selalu berjaga-jaga.” Laura menoleh dengan tatapan tajam. “Tidak ada orang yang bisa dipercaya di muka bumi ini.”

Pria itu menghela napas, lalu memilih bungkam.

Dikemudikannya mobil sport berwarna hitam itu, hingga berhenti di salah satu hotel bintang lima yang ada di Kota New York.

Deg!

Perasaaan Laura kembali waswas.

Hotel?

“Katanya kau tidak selera denganku, tapi kenapa membawaku ke hotel sekarang?” protes Laura, cepat.

“Sekarang giliranmu yang harus membayar hutangmu tadi.” Harry melemparkan jas hitamnya yang ada di belakang kepada Laura sebelum keluar. “Pakai itu! Aku tidak mau orang-orang menyangka jika aku pergi dengan seorang wanita jalang.”

Laura hendak marah, tetapi saat dia melihat dirinya lagi, perkataan pria itu tidak salah.

Dia memang memakai gaun dengan belahan rendah, dan tanpa lengan sama sekali.

Jadi, Laura pun memakai jas hitam itu untuk menutupi bahunya yang terekspos.

Dia juga terpaksa mengikuti Harry yang menatapnya tajam. Namun, Laura merasa lega saat tahu pria itu membawanya masuk ke dalam restoran.

“Kau ingin mentraktirku makan, ya? Sebenarnya tidak perlu, tapi aku akan tetap berterima kasih,” ucap Laura yang langsung disambut dengan tatapan aneh dari pria itu.

Hanya saja, Laura memilih untuk mengabaikannya.

Perasaannya mengatakan bahwa dia akan makan enak malam ini, dan tanpa harus mengeluarkan uang lebih karena ada yang akan membayarnya.

Akan tetapi, tiba-tiba saja senyum di bibir Laura hilang, saat langkah kaki pria di sampingnya itu terhenti di depan meja besar.

Bukan karena isi meja itu, tetapi karena orang-orang yang ada di sana. Ada lima orang yang sekarang sedang menatap ke arah mereka dengan penuh tanda tanya!

“Siapa yang kau bawa lagi kali ini, Harry? Wanita sewaan lagi?” tanya wanita yang rambutnya hampir memutih itu. Dia tampak tak suka.

Harry menggeleng dengan senyum lebar. “Dia kekasihku,” ujar Harry dengan memeluk pinggang kecil Laura.

Laura tersentak.

Kekasih?

Ah, tetapi tidak masalah. Bukankah tadi Laura juga melakukan hal yang sama.

“Halo, semua.” Laura tersenyum dengan ramah kepada semua orang yang ada di sana meski diberikan tatapan tajam oleh beberapa orang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   126. Extra Part 2

    Harry berlari dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit ketika ibu mertuanya menghubungi dari ponsel Laura, dan memberitahu jika istrinya itu akan segera melahirkan. Bagaimana bisa? Tadi pagi mereka masih bicara dan Laura sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda sakit sama sekali. Dokter juga bilang jika perkiraan kelahirannya masih di awal bulan nanti. “Di mana Laura?” tanya Harry begitu sampai di tempat yang diberitahu oleh perawat. “Di dalam. Cepat masuk.” Caroline menunjuk pintu yang tertutup di depan mereka. Di mall tadi, mereka tidak tahu kenapa tiba-tiba saja air ketuban Laura pecah. Wanita itu berkata berulang kali jika sebelumnya dia tidak merasakan sakit, atau karena memang Laura yang tak paham dengan rasa sakitnya. Dengan wajah panik Harry segera membuka pintu di hadapannya. Di dalam sudah ada dokter dan juga beberapa perawat yang sedang memeriksa kondisi Laura. “Tuan, sepertinya bayinya akan segera lahir. Kami akan mempersiapkan kamar bersalin

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   125. Extra Part 1

    Harry berlutut di hadapan Laura yang sedang duduk di atas sofa dengan tertawa geli. Pria itu senang mencium perut buncit Laura bertubi-tubi hingga membuat wanita itu terus tertawa. “Harry, dia menendang!” teriak Laura terkejut ketika merasakan gerakan kecil di dalam perutnya. Harry yang merasakan itu juga sama terkejut. Tangannya kini kembali memegang perut Laura, meraba setiap gerakan yang ditunjukkan oleh bayi mereka. Bibir keduanya sama-sama tersungging, menciptakan sebuah senyuman penuh kebahagiaan. “Dia tau mamanya tidak mau digangu,” bisik Harry dengan tawa pelan. Laura menganggukkan kepalanya. Saat Harry mendekatkan telinga ke arah perutnya lagi, wanita itu mengusap puncak kepala Harry dengan lembut. “Aku semakin tidak sabar ingin bertemu dengannya.” “Aku juga.” Laura ikut menimpali

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   124. Akhir Cerita (Selesai)

    Mata Laura tampak berbinar begitu mereka sampai di Sky Crystal. Selama ini, dia hanya bisa melihat keindahan resort di atas pegunungan itu melalui sosial media, tapi sekarang Laura benar-benar berada di sini. Laura tak henti-hentinya menunjukkan kekagumannya pada resort hasil kerja keras kedua teman Harry tersebut. Pantas saja banyak yang membicarakan Sky Crystal di luar sana. “Terima kasih,” ucap Laura dan Harry bersamaan kepada pelayan resort yang mengantarkan mereka ke kabin. Dominic yang menjemput mereka di bandara tadi, tetapi pria itu tidak bisa mengantarkan mereka ke kabin karena ada urusan mendadak. Harry segera membuka pintu kabin, dan ketika pintu terbuka, Laura tak henti-hentinya menatap takjub. Bangunan yang terdiri dari kayu, dan juga beratap kaca itu tampak begitu indah.

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   123. Waktunya Liburan

    Laura berhasil melewati setiap badai yang datang dalam hidupnya. Bersama Harry, dia bisa melewati dan melupakan semua luka yang pernah hadir. Pria itu mewujudkan setiap janji yang dia ucapkan. Dia membawa Laura ke arah hidup yang lebih baik. Dia juga yang berhasil mewujudkan mimpi Laura selama ini, tentang bagaimana rasanya memiliki keluarga utuh yang begitu saling mengasihi. Keluarga Thompson memperlakukan Laura selayaknya putri mereka sendiri. Tak ada status menantu, mereka justru melimpahkan banyak kasih sayang yang selama ini Laura harapkan dari keluarganya sendiri. Laura menghela napas panjang, seolah beban berat yang selama ini dia pikul hilang begitu saja. Wanita itu melihat ke arah jam di pergelangan tangannya. Besok dia dan Harry akan berangkat ke Vermont, dan hari ini Laura memutuskan untuk kembali bertemu dengan ibunya. Maka dari itu, di sinilah dia berada. Di salah satu kafe yang keberadaannya tidak jauh dari rumahnya. Laura menyunggingkan senyum hangat k

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   122. Kedatangan Antonio

    Laura melambaikan tangan ketika melihat sosok yang sedang berjalan menghampirinya dengan menggeret koper. Antonio berjalan dengan senyum lebar, dan ketika dia sudah ada di hadapan Laura, pria itu langsung memeluk adiknya dengan erat. “Aku merindukanmu, Antonio.” “Aku juga sama.” Laura bersyukur Antonio mau menuruti permintaannya, meski dia harus membujuk pria itu cukup lama. Bahkan Laura menghabiskan waktu dua minggu hanya untuk menelpon, dan membujuk Antonio, sampai akhirnya pria itu menyerah dan mengiyakan permintaan Laura untuk kembali ke New York. Harry mendengus ketika melihat Antonio memeluk istrinya dengan erat. Pria itu segera maju, dan memisahkan dua kakak beradik yang sedang melepas rindu itu. “Kau bisa membuat istriku sesak napas.” “Harry.” Laura menepuk bahu Harry yang memisahkannya. “Kenapa? Dia memelukmu dengan erat tadi, Sayang.” Harry menatap tajam ke arah Antonio. Uh, baru saja dia senang karena bisa melihat Laura tersenyum bahagia karena ke

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   121. Kembalilah, Antonio

    Laura berjalan ke sana kemari dengan wajah gelisah. Dia ragu untuk menghubungi Antonio lebih dulu. Takut jika Antonio mengabaikan panggilannya, tetapi apa yang Harry katakan juga tidak salah. Tak ada salahnya dia mencoba lebih dulu, mungkin Antonio sudah menunggu dia untuk menghubungi lebih dulu. Mungkin Antonio takut untuk menghubunginya lebih dahulu. Laura menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas sofa. Dia menatap layar ponselnya dengan menggigit kuku-kukunya karena gelisah. Dengan keberanian yang tiba-tiba datang, Laura pada akhirnya menekan nama Antonio yang ada di layar ponsel. Wanita itu menutup mata ketika mendengar suara deringan pertama, dan tidak lama setelah itu dia mendengar suara lirih Antonio yang memanggil namanya. “Laura.” Hening. Tidak ada suara-suara lagi yang terdengar di telinga Laura. Dia membuka mata, dan melihat jika Antonio sudah menjawab panggilan darinya. Tak butuh waktu lama. Tak butuh panggilan yang berulang, pria itu langsung menja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status