“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”
Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….
“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.
Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
Dhuar!Sebuah ledakan terjadi. Dari kejauhan, terlihat asap yang membumbung tinggi dengan warna pekat, dan tengah menyelubungi bangunan kuno yang mirip kastil. Tak ada yang berteriak, seolah kastil itu sudah tak berpenghuni sebelumnya. Padahal, jauh di dalam sana, ada banyak makhluk yang tengah mempertahankan hidupnya dari kobaran api.“Lunar, kita harus segera pergi! Bantuan mungkin akan datang, tetapi tak tahu apakah kita masih hidup atau tidak!” Seorang pria berperawakan tinggi berwajah cemas. Ia menunduk dan berusaha memapah wanita berambut pirang, yang kini tersungkur dengan dua buntalan di pelukannya.“Sini, kubawakan salah satunya,” lanjut pria itu. Ia menjulurkan tangan dengan maksud mengambil beban, atau setidaknya menguranginya. Pria itu tahu, jika wanita yang dihadapannya lebih dari kuat untuk membawanya. Namun, tidak dalam kondisi seperti ini. Kemampuan wanita itu sedang lemah.
“Hey, bangun!”Aku mengerjapkan mata, berusaha agar tidak merasa terlalu silau. Sepertinya, aku bangun lebih siang dari biasanya.“A ... yah, ini hari ... libur,” kilahku. Sebelum tidur, aku sudah mengingat bahwa hari ini libur. Jadi, aku melakukan kebiasaan lama, yakni bangun lebih siang dari biasanya.“Kau lupa, ya? Aku sudah bilang jika pack mengadakan lomba berburu untuk werewolf muda sepertimu, kan?”Astaga! Aku melupakan hal ini. Fakta bahwa paman—atau yang sekarang kusebut ayah, mengatakan bahwa pack mengadakan acara rutin tahunan. Sebenarnya, aku malas untuk menghadirinya. Karena saat acara tahunan ini, aku pasti hanya akan menjadi bahan olokan semata.“Aku ... boleh tidak ... pergi? A ... yah?” lirihku. Aku berusaha menyuarakan keberatan untuk datang ke acara itu. Di sana, aku pasti akan tersingkir untuk kesekian kali
“Mengapa kau tidak mencoba?”Aku menoleh ke arah di mana suara itu muncul. Tak jauh di sana, kudapati paman yang sosoknya kucari sejak tadi.“Aku ... tak mau, A ... yah,” jawabku. Aku tak mau berbohong padanya, meski kesempatan itu ada sekalipun. Juga, aku tak mau bersikap seolah-olah aku menyukai acara itu.“Tak apa, setidaknya cobalah untuk saat ini. Lagi pula, Alex juga bersedia untuk mencoba, kan?”Sejenak, aku merenungkan perkataan paman. Bukan tentang masalah siapa yang menemaniku mencoba. Hanya saja ... bagaimana mennjelaskannya, ya? Sedang aku sendiri bingung dengan apa yang kurasakan. Jika tidak mencoba saat ini, ada waktu tiga tahun lagi untuk mencoba. Setelah itu, aku akan melewati tahun maksimal mendaftar. Di pack ini, di atas usia dua puluh tahun sudah tidak bisa. Begitu melewati usia itu dan belum mendafar, maka pilihan terakhir adalah menjadi pendudu
Di perubahanku yang pertama dan kedua, aku belum pernah merasa sedamai ini. Tak ada suara bergemuruh, geraman, atau hal yang membuatku muak. Di sini terasa sunyi, dengan mata yang masih terpejam dan sekeliling yang gelap.Rasanya damai, dan aku seolah enggan meninggalkan tempat ini.Aneh, di perubahan yang ketiga ini, tak kurasakan ikatan dengan serigalaku. Di mana dia? Bukankah seharusnya aku bisa memberi perintah padanya? Wolf akan menjadi buas tanpa perintah dari were-nya, dan begitulah! Werewolf selalu terhubung menjadi satu kesatuan yang terikat, bukan individu dan berjalan masing-masing.Keterikatan kami inilah yang membuat werewolf berbeda dengan serigala biasa.“Hai!”Sebuah suara menyapa indera pendengarku. Ah, sepertinya waktu damaiku tak bisa berlanjut lebih lama, ya. Segera kubuka mata, dan tempat yang belum pernah kutahui ada di pandangan.
"Dav! Dav! Sadarlah!"Sayup kudengar suara Paman memanggilku. Bagiamana ini? Mengapa semua terasa gelap dan aku tak bisa menggerakkan badanku? Ada rasa menyakitkan di ulu hati, dan setiap kali kucoba menggerakkan tangan, terasa begitu sulit."Paman?" tanyaku lirih. Kubuka kelopak mataku dengan perlahan, dengan maksud agar cahaya tidak terlalu banyak masuk. Pertama kali yang tertangkap mataku adalah langit yang biru, lalu kepala Paman dan tak ada apa-apa lagi. Terasa seperti aku sedang berbaring dan paman yang memangku kepalaku. Secara tak sadar, aku telah memanggil Paman, bukan Ayah seperti biasanya."Kau tak apa? Apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya. Bisa kulihat raut kekhawatiran dengan keringat yang sudah mengalir dari pelipisnya. Ah, ada juga beberapa luka kecil. Dan begitu kuedarkan pandanganku ke badannya, aku terkejut. Astaga! Badan Paman bersimbah darah."Pa ... man, kena ... pa?" Aku ter
Aku tak lagi terkejut dengan fakta ini. Sebelumnya, aku sudah tahu karena pria itu sendiri yang mengatakannya. Awalnya aku tak mau peduli, tetapi saat mendengar langsung dari Paman, aku percaya dan yakin bahwa ucapannya benar. Lalu, untuk Davian yang sudah meninggal itu, mengapa dia bisa muncul di dalam mimpiku?“Bagai … mana, dia … mun … cul? Kami … bertemu.” Hanya itu yang bisa kikatakan ada Paman. Semoga saja beliau mengerti apa yang kuucapkan, karena aku tak bisa menjelaskan panjang lebar. Keterbatasnku ini, terkadang aku sangat membencinya.“Dav, kau pasti sudah tahu jika kau Delta, kan?” Paman menanyakan hal yang sudah kutahu ini? Apa tidak salah aku mendengar? Sebagai jawabannya, aku hanya bisa mengangguk saja.“Delta memiliki kesadaran yang berbeda dari manusia dan serigalanya. Saat serigala Delta mengambil alih, maka kesadaran manusianya berada di alam la
Aku semakin bingung saja dengan semua ini. Memang, mereka yang melakukan pembunuhan dari salah satu pasangan werewolf, akan menggantikan posisinya menjadi pasangan. Namun, semudah itu hati ibuku berpindah? Semudah itu ibuku menerima kembali orang yang baru di hidupnya? Gampangan sekali.“Apa … ibu … ben … ci aku?” Aku memberanikan diri untuk menanyakan hal ini pada Paman. Tentu dengan berbagai pertimbangan. Sudah tahu kan, aku ini werewolf cacat. Dengan nada bicara yang gagap, dan mata sebelah wolf-ku yang buta. Aku curiga, siapa tahu Paman membawaku karena ibu ak menginginkan aku di sisinya. Yah, karena malu, mungkin. Bisa saja, kan?“Dari mana pemikiran itu berasal, Dav?”“Aku … ca … cat.”Aku memalingkan muka. Benci dengan kata yang keluar dari mulutku, tapi di satu sisi aku juga penasaran. Apa memang benar dengan fakta ini? Ak