LOGIN"Beb, kamu dengar nggak apa yang nenek tua itu katakan. Ternyata si culun itu, selain kutu buku juga memiliki aura yang suram. Pantas aja selama ini sikapnya aneh begitu," kata Tasya kepada Farhan dengan salah satu lengan di bahu Farhan.
Tasya adalah pacar Farhan. Farhan sendiri adalah orang yang berkuasa di sekolah sekaligus anak kepala sekolah. Dia adalah orang paling suka membully dan memerintah kepada siswa dan siswi, terutama Fanny dan Ricko. Di balik sifatnya itu, dia tidak pernah bertindak keterlaluan. Dia tidak mau berurusan sama polisi walaupun papanya bisa membebaskannya. "Aku dengar sayang," sahut Farhan yang duduk di atas sepeda motornya. "Vicky, jadikan malam jum'at lusa kita melakukan uji nyali?" tanya Farhan kini ikut merangkul Tasya. "Tapi, kalau kita gagal bagaimana?" tanya Vicky memikirkan resiko gagal. "Katanya kamu bisa panggil arwah," ejek Coki. "Bilang saja kalau kamu tukang bohong. Kamu itu hanya menipu kami kan. Kamu mau sok-sokan bilang kalau kamu itu juga keturunan paranormal," pancing Doni. "Aku tidak bohong! Kalian lihat saja nanti. Malam jum'at lusa aku akan membuktikan jika aku bisa memanggil para arwah," jawab Vicky tidak terima dituduh berbohong. "Nah gitu dong," ucap Coki dan Doni. Coki dan Doni bertos ria karena berhasil membujuk Vicky. Mereka begitu mudah mengelabui Vicky. Hanya ditambah bumbu sedikit, maka Vicky sudah terpancing. Jangan panggil mereka Coki dan Doni kalau masalah sekecil itu tidak bisa mereka lakukan. "Tapi untuk melakukan ritual pemanggil kita butuh tumbal. Tumbalnya sebagai media penghubung antara arwah dan kita," ujar vicky menatap teman-temannya. "Bagaimana tumbal yang harus dicari? Masalah tumbalnya biar aku yang urus. Aku mau semuanya berjalan sesuai rencana aku. Nanti aku juga akan mengundang seluruh siswa kelas kita. Jika ada yang tidak datang, mereka akan aku keluarkan dari sekolah ini," kata Farhan serius. "Jika masih ada yang tidak mau ikut, beb?" tanya Tasya manja. "Kamu tenang saja sayang. Aku pastikan semua orang akan ikut dan wajib ikut. Aku akan minta izin pada papaku untuk membiarkan kita menginap semalam di sekolah. papaku pasti akan menuruti semua kemauanku," jawab Farhan. "Kamu memang hebat, beb," puji Tasya bangga. "Gimana? Apa kamu sudah tahu siapa orang yang cocok jadi tumbal?" tanya Farhan lagi ke Vicky. "Tumbal yang cocok menurut aku adalah Fanny. Kalian dengar sendiri tadi, Fanny memiliki aura yang negatif. Orang yang memiliki aura negatif akan mudah dirasuki. Aku juga bisa merasakan sendiri aura negatif Fanny. Jadi aku rasa dia yang paling cocok jadi tumbal," terang Vicky. "Kalian serahkan saja urusan Fanny sama aku. Biar aku dan teman-temanku yang urus," kata Tasya dengan senyum miring. "Sekarang masalah tumbalnya sudah beres. Nanti bagian siswa lain aku yang urus. Sisanya kalian bertiga yang menyiapkan perlengkapannya," suruh Farhan. "Siap Bos," hormat Coki dan Doni dengan semangat. "Tapi bagaimana jika ada kesalahan? Jika fatal nyawa Fanny bisa jadi taruhannya," tanya Vicky yang masih gelisah. Vicky sebenarnya tidak mau melakukan uji nyali ini. Teman-temannya yang penasaran memaksa dia. Jika dia tidak mau melakukan uji nyali maka Farhan akan mengeluarkan dia dari kelompok mereka. Farhan juga mengancam akan mengeluarkan Vicky dari sekolah. Vicky sedikit menyesal saat dia mengatakan jika dia juga keturunan paranormal. "Jika gagal itu masalah kamu. Jika kamu tidak mau mengambil resiko, maka aku harap kamu tidak membuat semuanya menjadi kacau," kata Farhan datar. Setelah berkata seperti itu Farhan segera pergi dari sana. Tasya dan lainnya mengikuti langkah Farhan yang memasuki ke gedung sekolah. Vicky masih menimbangkan apa yang harus dia lakukan itu sudah benar atau salah. "Selama aku tidak membuat kesalahan semuanya pasti baik-baik saja. Lagian metodenya juga tidak rumit. Apa yang perlu aku khawatirkan, ritual seperti ini sudah pernah aku lakukan. Yah, walau bukan menggunakan tumbal manusia. Aku juga belum pernah gagal melakukan ritual seperti ini. Pasti semuanya akan berjalan lancar," guman Vicky. Vicky segera menyusul teman-temannya yang sudah tidak terlihat lagi. Mereka sudah berada di lorong kelas. Vicky sedikit berlari kecil untuk menyusul mereka. Tanpa mereka sadari pembicaraan mereka didengar oleh suatu sosok. Wajahnya dingin tanpa ekspresi sama sekali. Sosok itu kemudian pergi dari sana dengan cepat. Di bibirnya ada sebuah senyuman yang penuh makna. Bersambung ...."Ayo masuk," ajak Coki.Semuanya mulai memasuki gerbang yang sudah dibuka. Mereka merasa asing sama sekolah sendiri. Menurut mereka suasana sekolah sangat berbeda ketika pagi hari atau malam lainnya."Sebenarnya kita mau ngapain sih?" tanya Abian setelah berada di pekarangan sekolah."Kamu dan kalian semua masuk saja. Nanti kalian juga akan tau. Tidak usah banyak tanya," jawab Doni cuek.Doni dan Coki mengeluarkan satu botol cairan dari saku mereka. Mereka berjalan berlawanan arah, ke pinggir gerbang masing-masing. Mereka menuangkan sedikit cairan itu lalu menutup botol itu kembali. Setelah itu mereka meletakkan botol itu di balik semak-semak yang ada di samping gerbang. Botol itu adalah pemberian Vicky yang sudah dilengkapi mantra pembatas. Itu berfungsi agar seluruh gedung sekolah memiliki perlindungan. Supaya para arwah tidak melewati pekarangan sekolah."Ayo jalan," perintah Doni dan Coki.***Dalam perjalanan ke kelas tiba-tiba Sonya kebelet pipis. Sonya sudah tidak tahan lagi u
Tasya, Mila dan Raya mulai menyalakan semua lilin tersebut. Mereka berjalan hati-hati agar tidak merusak pola mantra yang telah mereka gambar. Mereka menatap puas setelah lilin menyala semua."Kamu dengarkan, jika kamu mau Fanny selamat maka kamu cukup diam dan nikmati saja oke," kata Doni menepuk pipi Ricko.Ricko terpaksa mengangguk mengikuti perintah Doni. Ricko tidak mau Fanny celaka. Sedangkan Doni dan Coki melepaskan tangan Ricko setelah Ricko tidak melawan mereka lagi. Mereka kembali berjalan mendekat ke arah Vicky. "Sekarang aku akan memulai melakukan ritual pemanggil. Kalian sudah bisa menjauh," perintah Vicky.Farhan dan lainnya segera mundur sejauh tiga meter. Setelahnya mereka memperhatikan apa yang dilakukan oleh Vicky. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan melihat proses pemanggilan."Hem … hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …."Guman Vicky atau lebih tepatnya sedang membaca mantra dengan menutup mata. Vicky sudah fokus membaca mantra tanpa gang
"Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali.Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka."Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas.Setelah itu Tasya, Mila dan Raya mengikuti langkah Farhan. Sebelum meninggalkan Fanny, Mila menyempat diri mengambil kacamata Fanny dan menaruh di atas kepadanya sebagai hiasan. Setelah itu mereka ikut mendekat ke arah Vicky. Mereka sudah tidak sabar menunggu teman yang lain datang.Fanny tahu apa yang katakan Tasya benar. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Satu-satunya harapan dia adalah Ricko, tapi Ricko juga sedang ditahan sama Coki dan Doni. Fanny kembali menangis meratapi nasibnya yang malang."Kalian kalau jalan hati-hati dong. Jangan sampai menghapus mantranya," tegur Vicky melihat mer
Fanny dan Ricko memasuki ruang aula. Mereka melihat keadaan ruang aula yang sudah berubah. Di dalam ruang aula, mereka hanya melihat mereka bertujuh. Mereka saling pandang dengan keanehan di depan mata. Mereka jadi takut untuk masuk lebih ke dalam. Mereka memilih berdiri di depan pintu masuk."Syukur deh kamu sudah di sini," ujar Farhan melembut.Farhan memberikan kode pada Tasya untuk membawa Fanny. Tasya yang mengerti kode Farhan segera mendekati Fanny dan Ricko. Sedangkan Mila dan Raya mengikuti Tasya dari belakang.Fanny yang sudah ada firasat buruk bersembunyi di belakang Ricko. Namun langkah yang diambil Fanny lebih lambat dari Tasya. Tasya segera memegang tangan dan menyeret Fanny dari Ricko. Ricko sebagai teman Fanny ikut memegang tangan Fanny satu lagi. Ricko mencium bau yang tidak beres."Apa apan ini?" tanya Fanny tidak terima."Kamu ikut aja. Tidak usah banyak tanya," sahut Tasya menyentak tangan Fanny. “Aaa ....” Fanny hampir saja terjatuh jika tidak dipegang sama Ricko
"Bughhh!"Tasya mendorong Fanny ke dinding toilet dengan kasar. Mereka saat ini sedang ada di toilet wanita. Tasya berserta dua temannya memojokkan Fanny, Mila dan Raya. Mereka sengaja menyeret Fanny ke dalam toilet agar tidak dilihat oleh guru. "Sreeet ….""Akhhh ... Tasya, tolong lepaskan. Kepala aku sakit," pinta Fanny mencoba melepaskan rambutnya dari tangan Tasya.Tasya menjambak rambut Fanny dengan keras. Dia tidak peduli jika Fanny mengaduh kesakitan. Bahkan tangan Tasya satu lagi ikut menekan pipi Fanny dengan keras."Dengar ya kutu buku. Awas saja kalau kamu tidak datang malam jum'at nanti. Aku pastikan, kamu bakalan lebih sengsara dari sekarang," ancam Tasya melotot tajam.Fanny tidak berani menjawab. Fanny ingin sekali memilih tidak datang. Tapi itu bukan jawaban yang bisa membuat Tasya puas. Jadi Fanny hanya bisa menangis ketakutan dan kesakitan tanpa suara."Kamu dengar tidak!" bentak Tasya lebih keras di depan muka Fanny."Iya … iya… aku de… de ... dengar," jawab Fann
Farhan memasuki ruang kelas diikuti dengan teman-temannya. Dia masuk dengan sengaja membuat keributan. Kakinya menendang kursi yang berada di dekat pintu. Farhan ingin semua perhatian tertuju padanya tanpa harus memanggil mereka satu persatu.Banyak orang yang takut sama sikap semena-mena Farhan. Hal itu dikarenakan Farhan adalah anak kepala sekolah. Selain itu Farhan juga tidak akan segan melukai orang jika ada yang buat masalah dengannya. Para siswa dan siswi memilih menjauhi Farhan dan teman-temannya sebisa mungkin. Mereka tidak mau menjadi mereka sebagai target bully."Kalian dengarkan aku baik-baik," kata Farhan dengan suara pelan memulai pengumumannya.Semua teman-teman Farhan berdiri di belakangnya yang berada di dekat meja guru. Tasya malah duduk di atas meja guru tanpa sopan santun. Dia menatap semua teman sekelas dengan seringai."Malam jum'at lusa, aku ingin kalian semua datang ke sekolah. Kalian harus datang jam delapan malam, tidak boleh telat sedetik pun. Awas saja jika







