Share

Bab 2

last update Last Updated: 2025-10-17 19:11:56

"Ada apa, Nek?" tanya Fanny menatap takut nek Rumbi di balik kacamata tebalnya dan kepala yang menunduk.

Fanny merinding melihat mata nek Rumbi menatap matanya. Seluruh tubuhnya jadi bergetar. Dia memeluk buku yang ada di lengan dengan erat. Kedua ujung sepatu juga saling bergesekan, itu kebiasaan dia jika merasa takut. Matanya seketika bergerak ke arah lain menghindar mata nek Rumbi.

Nek Rumbi mendekati Fanny. Matanya tidak lepas dari raut wajah Fanny. Setelah dekat, matanya beralih melihat ke sekeliling tubuh gadis di hadapannya. Tubuhnya semakin condong ke arah Fanny. Menelusuri setiap anggota tubuh Fanny.

Fanny menutup mata sampai berkerut saat nek Rumbi sudah terlalu dekat. Dia bisa merasakan hembusan nafas nek Rumbi di sekitar wajahnya. Dia tidak tahan terlalu dekat dengan nek Rumbi, akhirnya dia segera memundurkan langkah dengan perasaan gelisah.

"Aura di sekitar kamu sangat suram," ucap nek Rumbi setelah sedikit menjauhkan muka dari Fanny.

Fanny antara lega dan takut. Dia lega dengan nek Rumbi yang sudah sedikit menjauh. Tapi, kelegaan dia hanya sebentar setelah mendengar perkataan nek Rumbi.

‘Apa … apa maksud nek Rumbi?’ batin Fanny tidak tenang.

"Kring … kring … kring …."

Fanny kaget dan tersentak dengan suara bel. Matanya langsung terbuka kembali. Jantungnya hampir saja copot. Dia tidak mengira jika nek Rumbi akan menyembunyikan bel di sekeliling tubuhnya. Bel yang digunakan oleh nek Rumbi bukanlah bel biasa. Fanny tidak tahu maksud dan tujuan nek Rumbi.

Nek Rumbi sengaja membunyikan bel di sekeliling tubuh Fanny. Dia ingin mengusir aura negatif yang ada di tubuh Fanny. Nek Rumbi baru bisa merasakan aura positif Fanny kembali setelah membunyikan bel. Tubuhnya langsung mundur dua langkah dari hadapan Fanny.

Setelah itu Fanny merasakan jika badan dia terasa ringan. Seolah-olah banyak beban terangkat dari badannya. Selama ini dia sering sekali cepat lelah dan capek. Kadang badannya lemas sendiri di saat dia tidak melakukan apapun.

"Sebaiknya kamu segera pindah dari tempat tinggal kamu saat ini. Saya bisa merasakan, kalau aura itu berasal dari tempat tinggal kamu sekarang. Sekeliling tubuh kamu dipenuhi sama aura negatif," ujar nek Rumbi memperingati.

Fanny jadi ketakutan mendengar perkataan nek Rumbi. Fanny bisa merasakan sendiri jika selama ini ada yang aneh sama tubuhnya. Fanny seakan-akan dikelilingi oleh banyak makhluk. Dia segera menggelengkan kepala mengusir pemikiran yang bisa membuatnya takut.

Para siswa dan siswi juga melihat ke arah Fanny. Mereka semakin mencibir Fanny. Mereka sekarang jadi takut dekat sama Fanny. Mereka tidak mau berada di dekat Fanny.

Nek Rumbi meraih kalung yang dipakai sama Fanny. Fanny tidak sempat menghindar. Dia menatap nek Rumbi yang sangat fokus menatap kalung yang dia pakai. Fanny ingin sekali menjauh dari nek Rumbi, tapi seluruh badannya membeku. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

"Sampai saat ini, kamu masih bisa bertahan hidup karena kamu memakai kalung ini. Kalung ini memiliki aura positif yang menjadi penangkal aura negatif di sekitar kamu. Kamu lebih baik mendengarkan saran saya jika kamu tidak mau celaka. Segera tinggalkan tempat itu sekarang juga," perintah nek Rumbi memperingatkan sekali lagi.

"Kring … kring … kring …."

Nek Rumbi melepaskan kalung Fanny. Kemudian membunyikan bel lagi dan kembali melakukan ritual yang sempat tertunda karena memperingati Fanny. Dia berjalan di ikut sama bawahannya. Dia belum selesai melakukan ritual penenangan arwah.

Fanny memegang kalung pemberian almarhum sang kakek. Sejak kecil tubuh Fanny memang lemah, dia sering pingsan tiba-tiba. Oleh karena itu, kakek Fanny memberikan sebuah kalung. Kakek Fanny hanya berkata jika kalung itu hanya jimat agar dia tidak mudah sakit lagi. Fanny yang masih kecil tidak menanyakan lagi apa fungsi lain kalung tersebut.

Fanny melihat kembali ke arah nek Rumbi yang menghilang. dia terbayang-bayang dengan perkataan nek Rumbi. Tinggal di tempat kontrakan sekarang bukanlah keinginannya. Hanya tempat itu yang harganya murah dan dekat dengan sekolah. Jika pindah ke tempat tinggal lain, dia tidak mempunyai uang lagi. Akhirnya Fanny memilih mengabaikan perkataan nek Rumbi dan lanjut berjalan ke arah kelas.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Arwah Bully   Bab 9

    "Ayo masuk," ajak Coki.Semuanya mulai memasuki gerbang yang sudah dibuka. Mereka merasa asing sama sekolah sendiri. Menurut mereka suasana sekolah sangat berbeda ketika pagi hari atau malam lainnya."Sebenarnya kita mau ngapain sih?" tanya Abian setelah berada di pekarangan sekolah."Kamu dan kalian semua masuk saja. Nanti kalian juga akan tau. Tidak usah banyak tanya," jawab Doni cuek.Doni dan Coki mengeluarkan satu botol cairan dari saku mereka. Mereka berjalan berlawanan arah, ke pinggir gerbang masing-masing. Mereka menuangkan sedikit cairan itu lalu menutup botol itu kembali. Setelah itu mereka meletakkan botol itu di balik semak-semak yang ada di samping gerbang. Botol itu adalah pemberian Vicky yang sudah dilengkapi mantra pembatas. Itu berfungsi agar seluruh gedung sekolah memiliki perlindungan. Supaya para arwah tidak melewati pekarangan sekolah."Ayo jalan," perintah Doni dan Coki.***Dalam perjalanan ke kelas tiba-tiba Sonya kebelet pipis. Sonya sudah tidak tahan lagi u

  • Dendam Arwah Bully   Bab 8

    Tasya, Mila dan Raya mulai menyalakan semua lilin tersebut. Mereka berjalan hati-hati agar tidak merusak pola mantra yang telah mereka gambar. Mereka menatap puas setelah lilin menyala semua."Kamu dengarkan, jika kamu mau Fanny selamat maka kamu cukup diam dan nikmati saja oke," kata Doni menepuk pipi Ricko.Ricko terpaksa mengangguk mengikuti perintah Doni. Ricko tidak mau Fanny celaka. Sedangkan Doni dan Coki melepaskan tangan Ricko setelah Ricko tidak melawan mereka lagi. Mereka kembali berjalan mendekat ke arah Vicky. "Sekarang aku akan memulai melakukan ritual pemanggil. Kalian sudah bisa menjauh," perintah Vicky.Farhan dan lainnya segera mundur sejauh tiga meter. Setelahnya mereka memperhatikan apa yang dilakukan oleh Vicky. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan melihat proses pemanggilan."Hem … hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …."Guman Vicky atau lebih tepatnya sedang membaca mantra dengan menutup mata. Vicky sudah fokus membaca mantra tanpa gang

  • Dendam Arwah Bully   Bab 7

    "Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali.Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka."Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas.Setelah itu Tasya, Mila dan Raya mengikuti langkah Farhan. Sebelum meninggalkan Fanny, Mila menyempat diri mengambil kacamata Fanny dan menaruh di atas kepadanya sebagai hiasan. Setelah itu mereka ikut mendekat ke arah Vicky. Mereka sudah tidak sabar menunggu teman yang lain datang.Fanny tahu apa yang katakan Tasya benar. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Satu-satunya harapan dia adalah Ricko, tapi Ricko juga sedang ditahan sama Coki dan Doni. Fanny kembali menangis meratapi nasibnya yang malang."Kalian kalau jalan hati-hati dong. Jangan sampai menghapus mantranya," tegur Vicky melihat mer

  • Dendam Arwah Bully   Bab 6

    Fanny dan Ricko memasuki ruang aula. Mereka melihat keadaan ruang aula yang sudah berubah. Di dalam ruang aula, mereka hanya melihat mereka bertujuh. Mereka saling pandang dengan keanehan di depan mata. Mereka jadi takut untuk masuk lebih ke dalam. Mereka memilih berdiri di depan pintu masuk."Syukur deh kamu sudah di sini," ujar Farhan melembut.Farhan memberikan kode pada Tasya untuk membawa Fanny. Tasya yang mengerti kode Farhan segera mendekati Fanny dan Ricko. Sedangkan Mila dan Raya mengikuti Tasya dari belakang.Fanny yang sudah ada firasat buruk bersembunyi di belakang Ricko. Namun langkah yang diambil Fanny lebih lambat dari Tasya. Tasya segera memegang tangan dan menyeret Fanny dari Ricko. Ricko sebagai teman Fanny ikut memegang tangan Fanny satu lagi. Ricko mencium bau yang tidak beres."Apa apan ini?" tanya Fanny tidak terima."Kamu ikut aja. Tidak usah banyak tanya," sahut Tasya menyentak tangan Fanny. “Aaa ....” Fanny hampir saja terjatuh jika tidak dipegang sama Ricko

  • Dendam Arwah Bully   Bab 5

    "Bughhh!"Tasya mendorong Fanny ke dinding toilet dengan kasar. Mereka saat ini sedang ada di toilet wanita. Tasya berserta dua temannya memojokkan Fanny, Mila dan Raya. Mereka sengaja menyeret Fanny ke dalam toilet agar tidak dilihat oleh guru. "Sreeet ….""Akhhh ... Tasya, tolong lepaskan. Kepala aku sakit," pinta Fanny mencoba melepaskan rambutnya dari tangan Tasya.Tasya menjambak rambut Fanny dengan keras. Dia tidak peduli jika Fanny mengaduh kesakitan. Bahkan tangan Tasya satu lagi ikut menekan pipi Fanny dengan keras."Dengar ya kutu buku. Awas saja kalau kamu tidak datang malam jum'at nanti. Aku pastikan, kamu bakalan lebih sengsara dari sekarang," ancam Tasya melotot tajam.Fanny tidak berani menjawab. Fanny ingin sekali memilih tidak datang. Tapi itu bukan jawaban yang bisa membuat Tasya puas. Jadi Fanny hanya bisa menangis ketakutan dan kesakitan tanpa suara."Kamu dengar tidak!" bentak Tasya lebih keras di depan muka Fanny."Iya … iya… aku de… de ... dengar," jawab Fann

  • Dendam Arwah Bully   Bab 4

    Farhan memasuki ruang kelas diikuti dengan teman-temannya. Dia masuk dengan sengaja membuat keributan. Kakinya menendang kursi yang berada di dekat pintu. Farhan ingin semua perhatian tertuju padanya tanpa harus memanggil mereka satu persatu.Banyak orang yang takut sama sikap semena-mena Farhan. Hal itu dikarenakan Farhan adalah anak kepala sekolah. Selain itu Farhan juga tidak akan segan melukai orang jika ada yang buat masalah dengannya. Para siswa dan siswi memilih menjauhi Farhan dan teman-temannya sebisa mungkin. Mereka tidak mau menjadi mereka sebagai target bully."Kalian dengarkan aku baik-baik," kata Farhan dengan suara pelan memulai pengumumannya.Semua teman-teman Farhan berdiri di belakangnya yang berada di dekat meja guru. Tasya malah duduk di atas meja guru tanpa sopan santun. Dia menatap semua teman sekelas dengan seringai."Malam jum'at lusa, aku ingin kalian semua datang ke sekolah. Kalian harus datang jam delapan malam, tidak boleh telat sedetik pun. Awas saja jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status