"Joko, kamu urus rapat siang ini ya." Faisal mengemasi berkas-berkas yang ada di mejanya.
Meskipun dia sudah tidak sabar untuk meninggalkan kantor, tapi raut wajah tenang Faisal tidak menampakannya. Dia tetap bersikap tenang dan dengan sedikit mempercepat gerakannya untuk menyusun berkas-berkas laporan.
"Ayah mau kemana?" Joko menatap Ayahnya dengan heran. Tidak biasanya pria itu melepaskan tanggung jawab untuk memimpin rapat.
"Ada pertemuan dengan teman lama. Siapa tahu bisa goal untuk bisnis lainnya." ada sedikit perasaan bersalah dalam dada Faisal yang sebelumnya tak pernah berbohong.
"Ooo … baiklah Ayah, nanti Joko akan buat laporannya."
"Ayah pergi dulu ya, jangan lupa makan siang."
Tanpa menunggu jawaban dari anaknya, Faisal melesat pergi. Dia tidak ingin menunda waktu lagi yang tentunya sangat berarti setiap detiknya. Pria itu hanya memiliki kesempatan selama dua atau tiga jam untuk bisa bersama Ayu, sia
Ayu menatap Rianti tak percaya dengan kata-kata yang baru diucapkan wanita itu padanya. Dia menemukan sinar mata ketulusan bukan canda seperti yang diharapkannya. Dada Ayu bergemuruh, karena apa yang dikatakan Rianti bukanlah hal yang diinginkannya.Ayu termangu tak mengerti apa yang harus dia katakan pada istri pertama dari pria yang sudah merebut hatinya. Hatinya menjadi gundah saat menyadari jika Rianti tidak menganggap dirinya sebagai wanita, melainkan sebagai seorang anak.'Tidak mungkin, aku tidak mau menjadi menantunya. Bagaimana bisa, jika yang ada di hatiku adalah Mas Faisal'"Nduk, tidak perlu kamu jawab sekarang. Bibi tahu ini terlalu mendadak hanya saja … Bibi berharap Ayu akan menjadi bagian inti dari keluarga ini." Rianti me
"Sayang sekali ya Mas, Ayu tidak mau menerima Joko." Rianti menghela napas. "padahal aku jelas-jelas melihat kalau mereka cukup akrab, aku pikir Ayu menyukai Joko.""Mau bagaimana lagi, Dik, namanya perasaan 'kan tidak dapat dipaksa." Faisal menghela napas lega, karena setidaknya hari ini berlalu tanpa kecurigaan dari Rianti."Aku kasihan dengan Joko, Mas. Dia sangat menyukai Ayu. Joko pasti kecewa dengan keputusan Ayu.""Joko anak kita itu sudah dewasa, Dik. Dia pasti bisa menerima dengan lapang dada." Faisal dengan lembutnya membelai rambut Rianti. "lagipula dia seminggu lagi akan pergi ke Sulawesi, siapa tahu di sana Joko bisa menemukan pengganti Ayu.""Aku harap kau benar, Mas." sahut Rianti dengan lemah."Ayo, Dik. Kita masuk ke dalam kamar." Faisal membimbing Rianti untuk masuk ke dalam kamar.Melihat wajah Rianti yang masih saja muram, Faisal merasa tersentuh. Dia kemudian dengan lembut, membaringkan tubuh istrinya di atas tempa
"Ayu …""Mas Joko?" Ayu terkejut ketika melihat Joko di depan pintu ruang kursusnya.Gadis itu tidak menyangka jika dia bisa berpapasan dengan Joko di tempat tersebut. Ayu menatap Joko dengan gelisah. Dia hendak bertemu dengan Faisal setelah selesai kursus, tetapi kehadiran Joko membuatnya tak bisa berkutik."Ayu sudah selesai kursus?""Sudah, Mas.""Sekarang sudah mau pulang atau jalan-jalan dulu?" Pertanyaan Joko membuat Ayu menelan ludahnya dan tersenyum canggung."Jalan-jalan. Mas tidak bekerja?" Ayu meremas tali tas yang menggantung di bahunya."Ini kebetulan ada kegiatan luar kantor di dekat sini, s
Tak dapat dipungkiri kekecewaan dalam hati Rianti yang sangat mendalam, ketika melihat duka di wajah anaknya, Joko. Pria itu harus patah hati untuk kedua kalinya pada gadis yang sama. Hati Rianti sangat sedih.Joko sudah menyatakan perasaannya dan niatan untuk menikahi Ayu secara langsung kepada gadis tersebut, tetapi kembali penolakan yang dia terima. Ayu, mengatakan padanya jika dia memiliki pria lain dalam hatinya dan tidak akan menikahi siapapun kecuali pujaan hatinya.Meskipun senyuman tegar terukir di wajah Joko, tapi Rianti tahu anaknya sungguh terluka. Hanya pada Ayu, Joko mau membuka hatinya. Kepergian Joko kali ini ke Sulawesi, Rianti harapkan bisa menepis luka di hati anaknya."Jangan lupa, sering-seringlah memberi kabar pada ibu ya." Rianti menatap mata Joko berkaca-kaca."Iya, Bu. Joko pergi cuma sebulan saja, jangan bersedih." Joko menggenggam tangan ibunya."Biasa Ayahmu cuma satu minggu, kenapa kau lama sekali?" keluh Rianti tanpa s
Beberapa hari kemudian setelah keberangkatan Joko ke Sulawesi.Hoek! Hoekk!Rianti terkejut ketika mendengar suara Ayu yang sedang muntah. Wanita itu segera menghampiri Ayu yang berada di dalam kamar mandi pembantu. Dia melihat jika gadis itu tampak pucat dan berulang kali mengeluarkan isi perutnya. Keadaan Ayu membuat khawatir wanita setengah baya itu."Ayu, kamu sakit, Nduk?" Penuh perhatian Rianti memijat leher Ayu."Entahlah, Bi. Ayu merasa tidak enak badan dan pusing." Ayu menegakkan tubuhnya. "Sepertinya Ayu masuk angin."Gadis itu kembali memuntahkan isi perutnya yang sudah kosong. Rianti merasa cemas melihat keadaan Ayu, dia bahkan membantu menyiram ceceran muntah gadis itu. Setelah merasa baikan, Rianti membimbing Ayu untuk duduk di dapur."Bik Ina, tolong buatkan wedang jahe ya buat Ayu," pinta Rianti.Wanita baik hati itu duduk di hadapan Ayu dan menggosokan minyak kayu putih ke sekujur tubuh gadis itu. Dia bisa merasakan s
Tubuh Rianti seketika menjadi lemas. Wanita itu duduk dengan menyandarkan tubuhnya di sofa tunggal, sementara kedua tangannya bergelantungan lemah. Wajah cantik Rianti berubah menjadi pucat, dengan mata yang menatap kosong lurus ke depan. Seluruh tubuh wanita itu dingin, terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.Pikirannya hanyut terbawa arus sungai emosi yang membuatnya melayang pada kehampaan. Ruang hampa di mana jiwanya mengalami syok tingkat tinggi. Suara isak tangis tak juga membuatnya terjaga dari alam kosong. Wanita itu diam seribu bahasa tanpa menghiraukan dua orang manusia yang menatapnya dengan penuh permohonan."Maafkan aku, Dik." Suara lirih Faisal tak juga membuat Rianti bergeming. "Dik …."Faisal menyentuh tangan Rianti dengan lembut. Pria itu tak dapat menutupi kegundahan hati
Di dalam kamarnya, Rianti duduk di depan meja rias. Dia termangu menatap pantulan dirinya dari cermin tersebut. Tidak ada keriput satu garis pun menghiasi wajah dan bibirnya. Di usianya yang sudah empat puluh tahun, wajah Rianti masih tampak sepuluh tahun lebih muda.Dia memperhatikan tubuhnya yang masih sangat langsing. Tinggi seratus enam puluh lima centimeter dengan berat yang hanya lima puluh delapan kilo. Hal yang membuat Rianti tak mengerti adalah mengapa Faisal memilih Ayu daripada sekian banyak wanita soleha lain yang pernah dia tawarkan.Suara deringan di ponselnya, menyadarkan Rianti dari lamunannya. Dia menggapai dawai di atas meja.Joko.Wanita itu menghela napas, sebelum menghiasi wajahnya dengan senyuman."Assalamualaikum, Joko." Rianti tersenyum mendengar salam balik dari putranya di seberang sana."Semua baik-baik saja di sini, bagaimana kabarmu?" tanya balik Rianti saat Joko menanyakan kabarnya.
Rianti menyeringai di balik pintu saat dia melihat perbuatan Faisal dan Ayu. Bara amarah yang menyusup di dalam hati dan pikirannya, membuatnya nyaris menyerah pada bujukan kegelapan. Rianti mengangkat pisau di tangannya bersiap menghujamkan kemarahannya, tetapi tiba-tiba saja tubuhnya tersadar bagaikan terkena serangan listrik."Astagfirullah."Rianti menepuk dadanya tersadar dari Bisikan kegelapan yang hampir saja menyedot kewarasannya.Sebelum dia menjauhi pintu dengan pisau yang masih dipegangnya erat, Rianti sempat melihat mereka berganti posisi. Wajah penuh kenikmatan jelas sekali terlihat dari sorot wajah keduannya.Wanita itu turun dengan wajah tanpa ekspresi. Aura dingin meliputi seluruh tubuhnya. Dia berjalan kaku bagaikan robot yang tidak memiliki perasaan. Rianti kembali menuju ke dapur dan melanjutkan mencincang daging seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.Dia bersenandung lirih menunggu air di dalam panci mendidih. Rianti menu