Share

Dendam Istri Pertama
Dendam Istri Pertama
Author: Taurus Di

Godaan Iman

"Mas Faisal …." Panggilan lembut seorang gadis muda membuyarkan lamunan Faisal yang sedang menatap lautan di depannya.

"Iya, ada apa Ayu?" Faisal mengalihkan pandangannya ke arah gadis manis berkulit sawo matang tersebut.

"Bulannya indah ya, Mas." Ayu tersenyum manis ke arah bulan purnama. "Ini pertama kalinya Ayu bisa melihat pantulan bulan purnama di lautan, ternyata sangat indah." 

Faisal menggumam mengiyakan ucapan gadis itu. Semilir angin malam yang menerpa tubuhnya tiba-tiba saja terasa sangat panas. Badah Faisal terasa gerah saat tak sengaja dia melihat belahan dada Ayu. Sudah hampir dua bulan Faisal meninggalkan istrinya di tanah Jawa, untuk mengecek perkebunan kelapa sawit di Sulawesi.

Saat ini dia sedang bersama Ayu- anak dari almarhum sahabatnya- di kapal yang menuju ke Tanjung Perak  dari pelabuhan di  Sulawesi. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam beberapa jam saja menuju Jawa Timur dengan pesawat terbang, kini harus dia habiskan berhari-hari berdua saja dengan Ayu.

"Mas tidak dingin?" Ayu mengusap lengannya. 

"Eh, ti--tidak." Faisal heran kenapa dia tiba-tiba saja merasa gugup dengan keberadaan Ayu di sisinya. 

"Ayu dingin, Mas. Bolehkah Ayu sedikit merapat." Gadis itu tanpa menunggu jawaban dari Faisal, merapatkan tubuhnya di sisi Faisal. 

Seketika jantung Faisal berdetak kencang. Dia berusaha memerangi keinginan batinnya untuk memeluk gadis yang berusia lebih muda dari anak bungsunya. Sudah satu setengah bulan, Faisal menahan keinginan yang tak dapat dia salurkan.

"Ih, bulu di tangan Mas banyak. Ayu suka." Gadis itu meletakkan tangannya membelai lembut lengan Faisal.

Seketika seluruh tubuh pria itu menegang. Lima puluh hari sudah dia tidak mendapatkan sentuhan seorang wanita. Faisal yang tidak pernah melewatkan satu hari tanpa belaian Rianti, hampir saja lolos mempertahankan imannya.

"Iya, sudah dari sananya." Faisal menyeringai kaku. 

"Mas, terima kasih ya, sudah mau membawa Ayu ke tanah Jawa. Jika, saja Mas menolak permintaan terakhir Ayah, entah akan jadi apa Ayu sendirian di perkebunan." Gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Faisal.

"Ayahmu adalah sahabatku. Sudah sepatutnya aku menganggapmu anakku." Faisal menelan ludahnya kasar. 

Anak? Jika saja dia benar-benar menganggap Ayu sebagai anaknya, tidak mungkin kan saat ini  celana dalamnya menjadi sesak? Sesuatu yang perlahan bangkit itu sesungguhnya membuat Faisal malu. Tidak semestinya hal itu terjadi pada dirinya, yang begitu mengagungkan pernikahan.

"Ayu tidak mau menjadi anak Mas faisal!" Ayu menegakkan kepalanya dan menatap Faisal dengan perasaan gusar. 

"Baiklah, anggap aku pamanmu." Faisal tersenyum miris.

Mata Ayu terlihat sedih mendengar ucapan Faisal. Dia tidak mengiyakan ataupun menolak. Gadis itu memalingkan wajahnya kembali menatap ke arah lautan. 

"Semenjak kecil, Ayu mengagumi Mas Faisal. Bahkan pria idaman yang selalu menghiasi mimpi Ayu adalah sosokmu, Mas. Ayu menjaga diri hingga berusia sembilan belas tahun ini hanya demi Mas Faisal," ujarnya lirih nyaris tak terdengar.

Faisal terperangah mendengar pengakuan Ayu. Kejujuran yang dikatakan gadis itu sungguh menyerupai pengakuan cinta yang samar. Faisal semakin tidak mengerti apa yang harus dia lakukan pada gadis itu.

"Aku sudah menikah Ayu dan usiaku jauh lebih tua darimu." Ucapan itu akhirnya lolos dengan berat dari bibir Faisal.

"Aku tidak peduli, Mas. Hal yang paling Ayu inginkan hanyalah selalu bersama denganmu. Biarkan Ayu selalu di sisimu, tak peduli status apapun yang akan aku sandang, asal bukan anakmu." Ayu menatap Faisal dengan mata sayu. 

Faisal menelan ludah. Sebagai lelaki normal, melihat gadis cantik dengan wajah sedih dan tatapan mata yang putus asa, tentunya akan menggedor keinginannya untuk menjadi lelaki sejati yang bisa dijadikan sandaran. Faisal ingin sekali memeluk Ayu untuk menenangkan kegalauan hati gadis itu.

"Panggil aku Paman saat tiba di tanah Jawa nantinya." Hanya hal itu yang bisa dijanjikan Faisal saat ini pada gadis itu. 

"Mas …." Ayu merengek. Sedetik kemudian gadis itu menghela napas, menyadari tidak mudah menaklukan hati Faisal.

"Izinkan Ayu untuk memelukmu sekali ini, Mas." Ayu mendekatkan dirinya pada Faisal.

Permintaan Ayu ingin sekali dia tolak, tetapi tiba-tiba saja gadis itu sudah meraih tubuh Faisal. Pria itu tak kuasa untuk menghentikan tindakan Ayu. Kali ini jelas sekali dia membiarkan gadis itu mendengarkan detak jantungnya yang berdebar kencang, saat ke dua gunung kembar Ayu menempel erat di dadanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status