Home / Fantasi / Dendam Jendral Dewa Tertinggi / Bab 9: Terancam Terusir

Share

Bab 9: Terancam Terusir

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2025-06-21 14:03:00
Seperti yang dilakukannya pada murid lain, Bahuwirya segera meletakkan tangannya ke atas kepala Bima Bayukana. Tidak ada satu pun dari keduanya yang mencoba menajamkan indra akan lingkungan. Mereka sama-sama fokus untuk mulai pergi ke alam sukma.

Pada tingkat tertentu, tepatnya di tingkat Sukma Sejati, seorang pendekar dapat mengakses alam sukma setelah membentuk tubuh sukma.

Sekalipun Bima Bayukana masih memiliki sisa kepadatan tubuh sukma dari kehidupannya yang lalu, saat ini ia tidak dapat mengaksesnya langsung. Oleh karena itu Bahuwirya diperlukan untuk menuntunnya ke sana.

Setelah sampai di alam sukma, Bima Bayukana lantas memblokir tubuh sukma Bahuwirya dan berjalan sendiri masuk lebih dalam. Seandainya sisa sukma di kehidupannya dahulu tidak tersisa sama sekali, mustahil baginya bisa melakukan hal tersebut.

Bima Bayukana menjelajahi kegelapan tanpa ujung. Memang, sebelum mencapai tingkat Sukma Sejati, alam sukma belum merepresentasikan keadaan imajinasi pemiliknya. B
Adaha Kena

sukma di sini lebih ke arah kesadaran/jiwa. jadi, Tubuh Sukma ialah kesadaran yang dipadatkan membentuk tubuh.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 38: Kepedulian Arkadewi

    "Di kota Bayan, aku ragu masih ada seorang ahli obat," imbuh salah satu pendekar lalu mengedar pandang. "Kalau tidak terbunuh, seharusnya semua ahli obat pasti ada di sini sekarang."Seorang pendekar tingkat Kebangkitan Khodam menangguk. "Benar, aku memiliki kemampuan cukup mempuni sebagai ahli obat. Yang bisa kita lakukan sekarang memang hanya membuat lukanya tidak bertambah buruk dengan pil obat, aku mempunyainya beberapa.""Aku juga punya.""Beberapa obat—aku juga memilikinya!"Para ahli obat mengeluarkan sebagian dari apa yang ada di kantong mereka. Umumnya perdekar pasti memiliki persediaan obat, oleh karenanya, pendekar yang tidak memiliki kemampuan mengolah obat juga memberikan sebagian persediaan yang mereka punya.Arkadewi mengambil semua obat sambil mengusap air mata. Meskipun mustahil mengobati Bima Bayukana, dia berharap obat yang dimasukkan ke dalam mulut pemuda tersebut mampu membuatnya sembuh. "Kenapa masih diam saja?!" teriak Abinaya kewalahan melawan dua ekor Ular La

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 37: Seni Tubuh Keseribu

    "Aku akan membunuh mereka sekaligus!" teriak Bima Bayukana pada para pendekar sambil berlari menuju tempat yang lebih tinggi. "Tolong arahkan mereka supaya berkumpul di jarak serangku."Tidak ada yang tidak mengerti apa yang dilakukan para pendekar saat ini hanyalah menyibukkan tiga Ular Langit Malam. Bertahan hingga Bratadikara atau sosok pendekar hebat lainnya selesai juga sebuah kemustahilan. Bukan hal yang aneh para pendekar ragu saat pemuda itu berteriak sambil berlari ke arah kaki gunung. Hanya saja, entah kenapa perintah Bima Bayukana begitu meyakinkan. Tanpa harapan yang jelas, meski sangat berisiko, mereka tetap menurut karena memang tidak mempunyai pilihan lain.Bima Bayukana memejamkan matanya. Memiliki pengetahuan sebagai Jendral Dewa Tertinggi tidak serta merta membuatnya dapat mempraktikkan kemampuannya di kehidupan yang lalu. Dia tidak boleh kehilangan fokus.Sembari menunggu ratusan pendekar mengarahkan tiga Ular Langit Malam pada satu tempat pada jangkauannya, Bima B

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 36: Ular Langit Malam

    "Yang pertama Lebah, tadi Beruang Madu Api serta Macan Dahan, dan sekarang Ular Langit Malam," decak Bima Bayukana ketika sembilan ular berukuran besar akhirnya muncul dari balik pepohonan. "Tidak mungkin semua ini sebuah kebetulan. Sesuatu Pasti telah mengarahkan mereka." Hampir semua kaki pendekar di bawah tingkat Intervensi Khodam dibuat bergetar oleh tekanan sukma. Perasaan yang sama seperti saat berhadapan dengan Pendekar Intervensi khodam mereka rasakan dari ular-ular bercorak biru tua itu. Malahan mereka terasa lebih kuat dari seorang pendekar tingkat Intervensi Khodam. Meski tak terpengaruh tekanan sukma, Bima Bayukana sadar dirinya tidak akan mampu berbuat banyak. Tapi melihat jumlah binatang buas yang datang hanya sembilan ekor, kesempatan bertahan hidup masih ada. Bagaimana pun beberapa pendekar hebat Kerajaan Kastara ada di sana. Bratadikara menjadi pendekar pertama yang menerjang ke depan, tempat ia berdiri seketika meledak. Sosoknya melesat seperti peluru meriam lal

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 35: Binatang Berbahaya

    Beruang Madu Api dan Macan Dahan termasuk ke dalam binatang langka berbahaya. Secara alami Beruang Madu Api dewasa memiliki ketahanan tubuh tingkat Kanuragan Zirah. Di lain hal, Macan Dahan, satu tingkat di bawahnya.Dua binatang ini bukanlah binatang yang bergerak secara kelompok, terutama Beruang Madu Api. Gerakan yang terorganisir membuat Bima Bayukana berspekulasi ada yang mengendalikan mereka. Sekurang-kurangnya sesuatu telah mengembala dua binatang ini hingga sampai di celah dua gunung.Ratusan Beruang Madu Api tiba lebih dulu di antara pepohonan. Sebelum menyerang, beruang yang tingginya dua kali lebih besar dari orang dewasa itu mengaum ganas, kemudian langsung berlari ke arah para pendekar."Mereka datang," imbau Bima Bayukana dan segera bergerak ketika salah satu beruang besar itu tiba di hadapannya.Arkadewi bergerak membantu. Meski terlihat ringan, gerakan gadis itu memberikan dampak kuat saat pedangnya menyentuh tubuh Beruang Madu Api. Yang patut disayangkan tidak ada ten

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 34: Celah di Antara Dua Gunung

    "Tampaknya Kerajaan Kastara berniat serius mendapatkan pusaka dari Kerajaan Lawas," pikir Arkadewi mengetahui siapa sosok yang diutus Kerajaan.Orang itu adalah Bratadikara, salah seorang jendral terkuat kerajaan Kastara yang telah mencapai tingkat Khodam Sejati. Dia memiliki khodam Banteng Raksasa yang kekuatan tempurnya berorentasi pada ketahanan dan serangan penghancur.Mata Arkadewi kemudian merambat ke arah dua sosok penting lainnya. "Saguna Bayukana, Saktika Sejani," gumamnya.Meskipun buka sosok penting, Saguna Bayukana cukup memiliki posisi di keluarga Bayukana. Sebagai pengguna khodam Harimau Putih sama seperti Keluarga Bima Bayukana yang lain dia telah mencapai tingkat Intervensi Khodam, sama seperti Abinaya. Mengirimnya untuk menangani kemunculan kerajaan lawas membuat Arkadewi curiga keadaan Keluarga Bayukana cukup kacau. Jika tidak, pasti pendekar di tingkat Khodam Sejati yang akan datang. Seharusnya ini dipicu oleh ketidakjelasan siapa kepala keluarga selanjutnya.Sosok

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 33: Hampir Saja

    Langkah Arkadewi terhenti dan tubuhnya membeku di tempat. Ekspresi yang tampil di wajah Bima Bayukana tampaknya telah membuat Abinaya merasa tidak nyaman. Mengingat bagaimana sikap arogan Abinaya seperti yang gadis itu kenal, mustahil masalah ini akan selesai tanpa pertikaian. Arkadewi tanpa sadar mengeratkan cengkeramannya di tangan Bima Bayukana dan dengan gelisah berkata di dalam hati, "Bima tidak mungkin menang melawannya. Jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini adalah mengungkapkan identitasku." Abinaya Bayukana memiliki latar belakang keluarga terkemuka di Wilayah Langit. Jika terjadi pertarungan, orang-orang cenderung takut terlibat karena sama saja menjadikan Keluarga Bayukana sebagai musuh. Bagian terburuknya mereka berkemungkinan mendukungnya demi mendapatkan wajah. "Aku lihat Kalian membeli peralatan bertempur. Apa kalian berniat pergi ke gunung Cincin?" tanya Abinaya. Pertanyaan itu di luar yang Arkadewi sangkakan. Namun, ini kondisi yang jauh lebih baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status