Akhirnya orang itu berhasil menangkap tubuh Vanesa yang sedikit lagi akan jatuh ke bawah.
"Biarkan aku mati, sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini," teriak Vanesa memberontak."Mbak, rumahnya di mana? Biar bapak antar Mbak ke pulang ke rumah," tanya orang itu dengan sangat panik.Belum sempat menjawab, Vanesa langsung pingsan dan membuat orang itu ketakutan. "Waduh, gawat nih. Kok jadi pingsan," seru orang itu bingung.Setelah itu ia mencari bantuan untuk membawa Vanesa ke rumah sakit.Beberapa jam kemudian."Bu ... Bu Rika ada kabar buruk!" teriak seseorang di depan pintu.Dari dalam rumah keluarlah ibunya Vanesa dengan masih mengenakan mukena. "Ada apa Pak Andi? kabar buruk apa?" tanya Bu Rika panik."Itu, Vanesa dirawat di rumah sakit sekarang. Tadi, pihak rumah sakit menelepon Pak Rudi. Lalu saya diperintahkan untuk memberi tahu Ibu," jawab orang itu."Astaghfirullahaladzim, makasih Pak atas infonya," jawab bu Rika gugup."Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi dulu."Mendengar berita itu, bu Rika pun langsung bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Bu Rika keluar dari dalam kamar dan segera mengunci pintu. Dia berjalan cepat menuju ke pangkalan ojek. "Mang, antar saya ke rumah sakit ya. Cepat ya, Mang," seru bu Rika."Ayo Bu, ini helmnya." Mang ojek itu langsung memberikan helmnya dan segera menuju ke rumah sakit.Hanya dengan waktu 20 menit bu Rika sampai juga di rumah sakit. Setelah turun dari ojek dan membayar ongkos bu Rika langsung menuju ke resepsionis untuk menanyakan keberadaan putrinya. "Suster, apa di sini ada pasien yang bernama Vanesa?""Sebentar Bu saya carikan dulu. Pasien yang bernama Vanesa masih berada di ruang IGD, Bu," jawab suster itu."Terima kasih, Sus." Bu Rika segera berlari menuju ke IGD. Sesampainya di sana dia langsung masuk dan melihat putri semata wayangnya tergolek lemas di atas ranjang rumah sakit."Vanesa, apa yang terjadi Nak? Kenapa tubuhmu penuh lebam, Nak," ucap Bu Rika panik. Setelah itu dia mencari dokter yang berjaga. "Dokter, suster ... apa yang terjadi pada putriku?"" Maaf, sebaiknya Ibu tenang. Tadi ada seseorang yang mengantar putri Ibu ke sini ,katanya putri ibu ingin melakukan percobaan bunuh diri. Keadaannya sekarang baik-baik saja, dia pingsan karena kelelahan dan sepertinya ada kekerasan fisik yang terjadi pada putri ibu," jelas suster itu.Setelah mendapatkan jawaban dari suster, bu Rika kembali ke ruangan putrinya. Dia sangat khawatir dengan kondisi Vanesa. Beberapa menit kemudian Vanesa sadar. Dia membuka mata dan memanggil ibunya."Ibu ....""Vanesa, kamu sudah sadar Nak! Ibu takut sekali, takut terjadi sesuatu padamu."Vanessa kembali menitikkan air matanya. Dia teringat kembali dengan apa yang sedang dialaminya. " Ibu ... maafkan Vanesa. Aku telah gagal menjaga kehormatan ini. Dia jahat Bu, dia sudah menyuruh orang untuk memperkosaku secara beramai-ramai. Tubuh ini kotor sekali. Aku ingin sekali mengakhiri hidup ini, aku nggak kuat Bu. Cobaan ini terlalu berat kujalani," ucap Vanesa membuat ibunya terdiam.Mendengar penjelasan Vanessa membuat bu Rika meneteskan air matanya. "Besok Ibu akan ke rumahnya meminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya padamu, Nak. Ibu nggak bisa terima putri kesayangan Ibu dilakukan secara keji seperti ini. Kamu tetap sabar ya, Nak. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan ibu sendiri di sini. Apapun yang terjadi Ibu akan tetap membelamu, meski itu dengan nyawa Ibu sebagai taruhannya.""Aku sudah kotor Bu. Tubuh ini terlalu menjijikkan, aku nggak bisa menjalani hidupku ... aku nggak bisa. Aku harus bagaimana Bu? aku malu ... aku sangat malu." Vanesa terus terisak dan menangis pilu. Bu Rika hanya diam, dia tidak bisa berkata-kata karena kenyataannya begitu memilukan."Kamu tenang, Nak. Ibu janji akan mencari keadilan untukmu. Sekarang kamu tidur ya, istirahatlah ibu akan menunggumu di sini." Bu Rika memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. Hatinya ikut sakit melihat kondisi Vanesa yang memprihatinkan.Air mata Bu Rika semakin mengalir deras ketika melihat leher dan dada putrinya penuh dengan lebam serta tanda merah bekas ciuman. Dia tidak bisa membayangkan kekejian mereka dalam memaksa putri kesayangan itu."Tidurlah Nak. Lupakan semua yang terjadi hari ini. Andai saja Ibu bisa memutar waktu, pasti kamu nggak akan menderita seperti ini. Maafkan Ibu, Nak! Maafkan Ibu yang nggak bisa menjagamu." Bu Rika terus menangis menyesali nasib yang terjadi pada Vanesa."Ibu, akan mencari keadilan untukmu Nak. Ibu tidak akan membiarkan mu menderita sendiri," ucap Bu Rika dalam hati yang penuh dendam.Di Tempat Lain.Di sebuah ruangan yang dihiasi aksesoris bunga ala kamar pengantin. Keynan sedang mondar-mandir dengan hati yang gelisah. Dia memikirkan nasib sang kekasih yang batal dinikahinya.Keynan terus mencoba untuk menghubungi handphone Vanesa, tetapi hasilnya nihil. Panggilannya tak dapat terhubung karena nomornya tidak aktif. "Nes, maafkan aku!" gumam Keynan pelan. Dia terus menekan kepalanya yang sangat pusing.Tidak lama kemudian, masuklah seorang gadis yang masih berpakaian kebaya. Dia berjalan mendekati Keynan yang terlihat sangat frustasi."Mas, kenapa kamu belum mandi. Malam ini seharusnya menjadi malam yang indah untuk kita," ucap gadis itu dengan memeluk Keynan dari belakang.Keynan diam tak menjawab, dengan cepat dia melepaskan tangan gadis yang sudah resmi menjadi istrinya itu. "Aku mandi atau nggak, apa urusanmu? Seharusnya hari ini yang aku nikahi adalah gadis yang aku cinta dan malam ini menjadi malam yang paling indah ku bersamanya. Lebih baik sekarang kita berjauhan karena sampai kapanpun aku nggak akan pernah mencintaimu. Karena hanya dia yang ada di hatiku," sentak Keynan pada istrinya yang bernama Dinda.Dinda tersenyum tipis, dia sedikit kecewa dengan perlakuan lelaki yang baru saja menjadi suaminya itu. "Mas, asal kamu tahu saja. Papaku dan Mamamu sudah menyetujui pernikahan ini, jadi percuma saja kamu mengelak karena nggak akan ada perubahan apapun. Lebih baik kamu terima pernikahan kita, maka aku akan menjadi istri idaman buat kamu. Lagian apa sih istimewanya gadis itu?" balas Dinda dengan kembali memeluk suaminya.Lagi-lagi Keynan melepas pelukan itu. Dia sangat marah dengan sikap berani sang istri. "Kamu nggak akan pernah sebanding dengan dia. Ingat meski kamu memiliki raga ini. Tapi sampai kapanpun kamu nggak akan pernah bisa menyingkirkan dia dari hatiku. Jadi jangan berharap sesuatu yang tinggi dariku," teriak Keynan dengan kasar. Setelah itu dia ke luar dari kamarnya untuk menuju ke bawah. Pikiran Keynan sangat kacau sekali.Dinda menatap sinis kepergian suaminya. Kedua tangannya mengepal dan bergumam dalam hati, "Kamu pikir, aku akan melepaskanmu begitu saja. Tentu saja nggak, hanya aku yang akan menjadi istrimu. Aku nggak akan membiarkan wanita manapun untuk mendekatimu, Suamiku."Di luar, Keynan sedang duduk merenung. Dia menatap foto kenangan bersama Vanesa dalam handphonenya. "Nes, aku nggak menyangka kalau hubungan kita akan berakhir seperti ini. Maafkan aku yang nggak bisa berbuat apa-apa. Nes, semoga saja kamu mengerti dan memahami situasiku saat ini," ucap Keynan penuh dengan kepiluan.Di dalam mobil Virga terus bertanya tentang Ibunya. Aldo pun bingung harus menjawab apa. Akhirnya dia menelepon Mama Ratih agar secepatnya pulang ke rumah. "Ma, cepat pulang ya. Aku bingung harus menjelaskan apa?"Aldo mematikan panggilan itu setelah meminta ibunya untuk pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, mereka sampai juga. Aldo ke luar dan membuka pintu untuk Virga."Hei, kok sedih gitu. Jangan sedih dong nanti pulang dari kantor Om bawakan mainan untukmu. Bagaimana?"Virga mengusap hidungnya yang berair. Dia sedang menahan air matanya. Aldo pun menggandeng tangan keponakannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, Virga disambut oleh bibi."Den Virga sudah pulang. Sini sama Bibi saja, kita ganti baju setelah itu makan siang ya. Bibi sudah masak makanan kesukaan, Den Virga," ucap Bibi sedikit merayu.Aldo semakin pusing saat melihat Virga sedih. Dia tidak bisa berkutik sedikitpun. Tak lama kemudian, datang lah Mama Ratih yang juga terlihat sangat buru-buru."Ma
Vanesa terus merengek pada Keynan yang sudah terpancing emosi. Mereka terus berjalan menuruni eskalator. Keynan ingin membawa Vanesa ke suatu tempat. Sesampainya di luar, Keynan meminta Vanesa untukasuk ke dalam mobil."Cepat masuk!""Nggak. Aku nggak akan masuk!"Keynan semakin hilang kesabaran. "Cepat masuk, atau aku bersikap kasar. Aku bisa berbuat nekat padamu!""Lepaskan tanganku, aku ingin pergi dari sini. Tolong ... tolong ....""Diam ...!" seru Keynan sambil membekap mulut Vanesa. Setelah itu dia mendorongnya hingga masuk ke dalam mobil.Keynan segera menutup pintu mobil dan dia ikut masuk ke dalam. Vanesa terus berteriak sambil menggedor kaca. Keynan tak menghiraukan hal itu dan tetap menjalankan mobilnya.Vanesa dilanda ketakutan, dia panik sekali. Tiba-tiba handphonenya berdering. Vanesa langsung mengangkat panggilan itu dengan cepat. "Mama, tolong. Ma ....""Matikan handphonemu!" Keynan menghentikan mobil, dia mengambil handphone Vanesa dan membuangnya ke luar jendela."Ke
"Saat aku mengajak Virga ke toko mainan, orang itu tiba-tiba muncul. Dia mengatakan kalau ingin memiliki Virga. Orang itu berkata kalau dia berhak atas Virga. Ingin sekali merobek mulutnya," jelas Aldo pada sang Kakak.Farhan terdiam mendengar cerita Aldo. Dia sangat penasaran dengan Keynan. "Melihat reaksi Vanesa yang sangat ketakutan membuat hatiku sakit. Memang apa saja yang dilakukan oleh orang itu? Apa kamu mau menceritakan semuanya padaku?""Ceritanya sangat panjang, Kak. Maaf, aku tidak bisa menceritakannya karena ada kisahku dalam cerita itu. Aku nggak ingin hubungan kita menjadi renggang hanya karena cerita masa lalu. Lebih baik sekarang kakak menjaganya dari orang brengsek itu," jawab Aldo pada kakaknya.Farhan menghela napas dalam. Hatinya begitu sesak menerima kenyataan yang ada. "Andai saja aku bisa lebih awal bertemu dengan Vanesa. Pasti dia nggak akan mengalami hal ini," gumamnya dalam hati."Sudah malam sebaiknya kita tidur, Kak. Aku masuk ke dalam dulu," kata Aldo, di
Keynan terus memanggil Aldo yang pergi dari tempat tersebut. Bahkan Aldo tidak mempedulikannya sedikit pun."Sayang, apa kamu tahu rumahnya di mana? Kita harus menemuinya, kamu harus mendapatkan Virga," seru Dinda, dia ikut cemas setelah melihat Virga."Ayo kita ikuti mereka!" Keynan berlari bersama istrinya untuk mengejar Aldo yang membawa Virga.Sesampainya di depan, mereka sudah kehilangan jejak Aldo. Keynan bingung harus ke mana lagi. "Sial, kenapa perginya sangat cepat sekali?""Ayo kita keluar, aku yakin. Mereka tidak jauh dari sini," sahut Dinda yakin.Keynan setuju dengan ucapan istrinya. Akhirnya kedua orang itu pergi dari toko tersebut untuk mencari keberadaan Aldo. Dari kejauhan, Aldo melihat mereka sudah pergi. Ternyata dia hanya sembunyi di balik tembok."Aku nggak akan biarkan kalian menyakitinya lagi. Kali ini aku harus waspada," gumam Aldo dalam hati.Virga terheran-heran karena dia tidak mengerti apa pun. "Om, apa kita bisa pulang sekarang? Sudah cukup mainannya," uca
Makan siang selesai, Vanesa kembali ke kamarnya bersama Farhan. Virga mengajak Aldo untuk bermain di taman. Saat berada dalam kamar, Vanesa membuka cadarnya. Dia duduk di pinggiran ranjang sambil memijit pundaknya yang terasa pegal.Farhan langsung mendekati istrinya, dia membantu Vanesa memijit pundaknya. "Sini biar, Mas bantu pijit!""Apa kamu merasa tidak nyaman dengan sikap, Aldo?" tanya Farhan pada istrinya."Aku biasa saja, Mas. Aku sudah tahu watak Aldo, jadi tidak ada masalah.""Kalau bukan karena Mama, mungkin aku akan mengajakmu pindah dari sini! Aku cemburu melihat tatapan Aldo padamu."Farhan mengungkapkan kegelisahannya.Vanesa melihat suaminya. "Mas, Aldo memang begitu. Dia nggak akan melewati batas kok, aku yakin itu. Jadi kamu nggak usah khawatir berlebihan. Aku takut kalau kamu berselisih dengannya."Farhan memegang dan mencium tangan istrinya. "Baiklah, aku menuruti apa yang kamu katakan. Besok kita daftarkan Virga ke sekolah ya. Aku ingin dia beradaptasi lebih cepat
Vanesa melakukan bersih-bersih di kamar mandi. Sedangkan, Farhan masih merenung memikirkan bagaimana sikap Aldo jika bertemu dengan istrinya. "Apa yang harus aku lakukan? Apakah nanti Aldo bisa mengendalikan diri? Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini."Setelah itu Farhan keluar untuk menemui Ibunya. Dia ingin membahas persoalan yang sedang membuatnya bingung. Sesampainya di bawah Farhan langsung menghampiri mama Ratih."Ma, ada yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting sekali," ucap Farhan terlihat sangat khawatir."Ada apa Farhan? Mana istrimu, kok belum turun? Sebentar lagi Aldo akan pulang, dia tadi menelepon Mama menanyakan kedatangan kalian," kata Mama Ratih, membuat Farhan semakin bimbang.Mama Ratih duduk di meja makan. Dia duduk di samping Farhan yang sedang serius. "Ada apa? Panik sekali!""Gini, Ma. Aku hanya ingin solusi dari Mama. Soal Aldo dengan Vanesa. Aku tahu hubungan mereka sangat dekat sekali. Sekarang mereka berada dalam satu rumah. Pada kenyataannya, Aldo