Share

Dendam Membara Kekasih CEO
Dendam Membara Kekasih CEO
Author: Gelukkid

Pembunuhan Kedua

BANG!

Sebuah peluru menancap jantung Erina dengan tiba-tiba. April melihat itu dengan ngeri. Dia memutar tubuhnya dan pistol sudah berada di depan matanya. Tubuh April bergetar, jantungnya berdetak seperti akan meledak. 

“Apa yang sedang kau lakukan kepada Ibuku?!” sentak April dengan air mata yang sudah mengalir sejak tadi. 

“Tentu saja aku sedang bermain,” jawabnya dengan senyum yang lebih mengerikan daripada apapun. 

April mendorong tubuhnya ke belakang, tangannya mulai meraba tubuh ibunya. April membelalakan matanya, karena menyadari bahwa tubuh ibunya dingin. Padahal, dia dapat merasakannya bahwa tangan Erina sangat hangat saat menamparnya tadi. 

“I-Ibu.” April memanggil Erina dengan suara yang bergetar. 

Erina tidak menjawab, tapi Tomi menggantikan Erina dengan tawanya yang keras dan meledek itu. Dengan tangan yang masih mengarahkan pistol ke matanya, Tomi juga berhasil menginjak dua tangan wanita yang sedang berpegangan itu. Dia menginjak lalu memutarnya. 

“Arghh!” April merasakan sakit yang hebat dari punggung tangannya, rasanya jari-jari itu seperti akan terbelah menjadi beberapa bagian. 

“Apakah kamu penasaran dengan keadaan Ibumu? Biar aku yang memeriksanya,” kata Pria jahat itu. Dia meletakan kedua jarinya di leher Ibunya, lalu dia berkata lagi, “April, jika aku tidak bisa merasakan detak dari nadinya, apakah dia mati? Bagaimana ini April? Aku sudah melakukan kesalahan. Hah hahaha.” Tomi mulai membuat lelucon dengan kematian ibunya, 

April mulai menangis lebih kencang dari sebelumnya. Tomi bahkan dapat melihat urat leher April yang timbul karena kemarahan kepadanya. Penderitaan ini adalah sesuatu yang memuaskan hati Tomi.

April lalu memutar tubuhnya, dia memeluk jiwa yang mati. “Ibu, tolong bangunlah, Ibu!” April merasakan bahwa dadanya sedikit sesak. Dia menderita sekarang. Sesuai yang Tomi harapkan. April menggerakan tubuh Ibunya, tapi mustahil dia bisa bangun kembali.

“Anak ini sudah gila,” batin Tomi.  

April langsung berlari ke dapur lalu Tomi mengejarnya. April mengambil pisau dan mengarahkannya di depan Tomi. April juga membuat ancaman untuknya. 

“Aku akan membunuhmu, Tomi!” sentak April. 

Saat April ingin menusuk Tomi dengan pisau dapur, Tomi berhasil memblokirnya dengan pistol tadi. Senyum yang menyungging dengan bebas itu lebih menakutkan jika dilihat dari dekat. Tatapan mata Iblis itu juga membuat April ingin pergi jauh dari pada harus menusuk Tomi. 

“Aku terpojok sekarang. Bagaimana ini?!” batin April. 

Secara tidak sadar, pisau April jatuh ke lantai karena tangannya yang gemetar. Sedangkan pistol Tomi mendesak dekat lehernya sampai membuat April nyeri tenggorokan dan sulit bernafas. 

“Kemana dirimu yang pemberani kemarin?” Tomi menatap tubuh April yang bergetar. “Dasar pahlawan kesiangan. Berani-beraninya mengganggu hidupku yang sempurna. Kamu pikir aku hanya akan membunuhmu langsung? Lebih menyenangkan membuatmu menderita dulu, bukan?” Tomi memukul kepala April di setiap kata yang dia ucapkan. 

April menatap mata Tomi dengan penuh amarah. Dia bahkan menggigit bibirnya sampai berdarah. “Aku kasihan padamu. Kamu merusak kebahagiaan orang lain hanya karena kamu tidak bahagia. Tomi, aku dengar kamu anak yatim, lalu kamu juga anak angkat yang ditinggalkan. Kamu juga ditinggalkan istrimu—”

BUGH! BUGH! BUGH!

Tomi membalas perkataan April dengan pukulan yang keras di kepalanya. Dia tidak peduli April adalah wanita. Sementara April berhasil memancing sesuatu yang membuat Tomi marah dan melukai April.

April tergeletak di lantai. Ruangan ini banjir dengan air matanya. “Bunuh saja aku, Tomi. Kamu akan tahu apa itu neraka,” kata April.  

Tapi ternyata keinginan April hanya angan-angan. April tidak diijinkan bahagia oleh Tomi bahkan di alam yang berbeda. Tomi tidak membunuhnya. Dia mengambil seutas tali dari dalam ranselnya, untuk mengikat tubuh April.

“Diamlah. Kau pikir aku bodoh? Lihat pertunjukanku.”

Sekarang, Tomi membuat operanya sendiri dan hanya April yang menontonnya. Tomi  menarik rambut ibunya yang sudah menjadi mayat ke luar untuk dikubur di halaman rumah mereka. 

“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?!” teriak April di dalam lakban hitam yang menutup mulutnya. 

Tomi memasukan mayat Ibunya dengan sadis. Sesekali, Tomi melihat ekspresi April yang frustasi, menjerit di dalam lakban yang menutup mulutnya. Setelah selesai menguburkan Erina, Tomi melempar sebuah pisau berukuran jari kelingking kepada April. 

“Selamat berjuang, ya,” ledek Tomi dan dia pergi begitu saja. 

Tidak ada yang bisa April lakukan sekarang. Semuanya sudah mati, dan dia hanya sendiri. April mulai berpikir, bahwa dia akan mengakhiri hidupnya. 

BLAR!

Gemuruh hujan dan petir terdengar ngeri. Di tengah jalan yang basah dan licin, seorang wanita terus berjalan tanpa henti. Pelipisnya penuh darah, bibirnya membiru, kaki tanpa alasnya terluka, tatapannya kosong. 

“Bahkan hujan mengikuti tubuh inu, bersama kesedihan di dalamnya. Aku adalah April Ayudisha, wanita paling putus asa saat ini. Ck, kasihan sekali aku.”

Wanita itu terlihat kebingungan, berjalan tanpa ujung. Tapi begitu dia melihat jembatan yang menyekat sungai, dia berjalan ke arah tersebut. April sadar bahwa kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya, dia berjalan dengan pincang, dengan air mata yang sulit dikeluarkan. 

“Apakah aku akan bahagia jika melompat dari sini? Apakah semua kegelisahan dan amarahku akan menghilang?” kata April dengan frustasi. 

Bayang-bayang menyedihkan terus menyelimuti kepalanya. Beberapa kali dia membentur kepalanya pada pintu, ingatan itu terus ada. Berapa kali pun dia memukul dadanya, itu tidak bekerja. Dia tetap marah, kecewa, dendam. Tapi dia tidak bisa apa-apa, karena dia sudah kalah sekarang.  

“Jahat sekali hidup ini. Bahkan aku harus pergi sendiri untuk dendamku, tapi mau seberani apapun diriku, aku hanya akan kalah. Aku berakhir menyedihkan, dan mereka bisa terus melanjutkan hidup. Aku sudah tidak peduli! Aku akan mati saja!” teriak April, dia mulai keluar dari jembatan itu, sekarang dia sudah dekat dengan kematian. 

Matanya menatap air biru yang gelap. April tahu, itu pasti sangat dingin. April juga tahu, begitu dia melompat kesana, paru-parunya akan panas dan meledak. April mengernyitkan mata, dia membuang muka pada sungai itu. Bibirnya berhasil berdarah karena dia gigit untuk menahan ketakutannya. 

“Kenapa? Kamu takut?” 

Tiba-tiba, seorang pria berada di belakangnya, sejak tadi menyaksikan April yang ketakutan. Pria itu memiliki tubuh yang proporsional. Wajahnya sangat tampan, rahangnya seperti pahatan, hidungnya tinggi dan lurus. Matanya setajam elang dan terlihat mengintimidasi pada wanita yang sedang putus asa itu. 

April terkejut saat melihatnya. Bisa-bisanya ada orang lain yang melihat April yang menyedihkan. April menatap laki-laki itu dengan kesal. 

“Apa sedang kau lakukan disini? Kamu pikir aku malu karena akan melakukan ini? Kamu pikir aku tidak berani?!” sentak April dengan keras. 

Perkataan pria itu membuat April mengeraskan suaranya. Tapi pria misterius itu malah melihat April dengan tatapan menyedihkan. 

Gelukkid

Halo, Readers. Ini adalah novel pertamaku di GoodNovel. Aku harap, kalian bisa menikmatinya bab demi bab. Setiap hari, aku selalu memberikan yang terbaik untuk para pembaca. Jadi, jangan lupa terus dukung novel ini, ya. Tolong berikan komentar yang membangun<3 Update 2-3 bab perhari.

| 2
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Angelina Rhadit
kisahnya menarik. cara tomi membunuh dia bener2 sadis. pantesan judulnya balas dendam gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status