Share

88. Bertemu Nisa

Hendrawan menghentikan langkahnya dan kembali mundur ke belakang, membuat wajah wahyu semringah.

“Kamu gak bisa membunuhku, Hendrawan. Kartua As-mu berada di tanganku.” seru Wahyu, tetapi dia tak berani tertawa karena takut Hendrawan menyiksanya lagi.

“Mari berdamai, Hendrawan. Mari bekerja sama seperti biasanya. Kita partner, sahabat, saudara. Kita harus saling menjaga. Ingatlah persahabatan kita sudah puluhan tahun,” susul Wahyu kemudian. Dia berusaha menyadarkan Hendrawan, meski tujuan utamanya adalah menyelamatkan diri dari kematian.

Hendrawan mendadak tertawa renyah, dan berganti dengan tatapan sorot mata merendahkan, “Siapa bilang aku gak akan membunuhmu? Gertakanmu gak berarti. Aku barusan mundur karena aku jijik melihat tubuhmu tercampur dengan berak.”

Wahyu kembali panik, apalagi Hendrawan memberi isyarat pada kedua anak buahnya untuk melakukan sesuatu yang mengerikan.

“Jangan bunuh aku! Rekaman itu hanya aku dan seseorang yang tau ada dimana. Jika dia tau aku mati, rekamanny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status