Share

Bab. 6

"Vid!" panggil Ayna saat melihat David terdiam menatap kosong. Entah apa yang ada dalam pikiran David saat ini, Ayna pun tidak tahu.

Beberapa kali Ayna memanggil David. Namun, David sama sekali tidak merespon panggilannya.

"Hallo, Vid!" panggilnya lagi dengan menjentikan jari tangannya di depan wajah David.

"I ... iya, Ay," jawab David tersadar dari lamunannya.

Ayna tersenyum menatap wajah tampan yang terlihat salah tingkah saat Ayna memperhatikannya. David mengangkat wajahnya menatap Ayna. David semakin salah tingkah saat tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat.

Senyum manis yang terbit dengan sempurna dibibir indah Ayna. Membuat jantung David berdetak tidak menentu. Ada desiran aneh yang menjalar keseluruh tubuhnya, yang David sendiri tidak mengerti rasa apa itu.

"Kamu dipanggil ibu dari tadi, Vid," kata Ayna dengan lembut.

"O iya?" tanya David karena dari tadi dia tidak mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Iya, ibu memanggil kamu dari tadi untuk makan siang," jawab Ayna.

"Maaf, aku tidak dengar," ucap David.

"Sudah pasti tidak dengar, karena dari tadi kamu melamun," balas Ayna, "Kalau kamu tidak keberatan, aku siap mendengarkan, jika kamu ingin bercerita padaku," lanjut Ayna menatap dalam wajah tampan yang ada di hadapannya.

"Terima kasih, Ay," ucap David dengan senyum teduh yang mampu membuat hati Ayna bergetar.

"Sama-sama," balas Ayna dengan wajah memerah. Ayna menatap kesegala arah karena David masih saja menatapnya, membuat Ayna menjadi salah tingkah.

"Nak, ayo makan dulu! kalian pasti lapar, kan?" panggil Marni membuat David dan Ayna menoleh bersamaan.

Dug

"Auh," keluh Ayna saat kepala David tidak sengaja membentur keningnya

"Hati-hati," kata Marni melihat Ayna yang mengusap keningnya.

"Mereka kenapa, Bu?" tanya Riko yang tidak sengaja melewati ruangan itu.

Marni menoleh ke arah Riko yang berdiri di belakangnya. "David tidak sengaja menabrak nak Ayna," jawab Marni.

Riko menahan senyum saat mendengar jawaban dari sang ibu. Entah mengapa Riko merasa bahagia melihat David dan Ayna semakin dekat.

Sementara itu, David mencuri pandang ke arah Ayna. David melihat kening Ayna memerah, mungkin kepalanya terlalu keras membentur kening sang gadis.

"Ay, maaf," ucap David mendekat dan mengusap kening Ayna.

Ayna menatap David yang mengusap keningnya dengan begitu lembut, hingga membuat hati Ayna bergetar. Tanpa Ayna sadari bibirnya mengembangkan senyum penuh kekaguman pada sosok tampan yang berdiri di hadapannya.

Disisi lain, Riko yang melihat adegan itu, segera mengajak Marni menjauh dari ruangan itu. Membiarkan waktu pada David dan Ayna untuk berdua. Riko merasa mereka saling mengagumi dan butuh ruang untuk mengungkapkan isi hati dari keduanya.

"Masih sakit?" tanya David penuh perhatian.

"Sudah tidak sesakit tadi," jawab Ayna dengan senyum yang sulit diartikan.

"Syukurlah, nanti kalau masih sakit, aku akan mengompresnya," ucap David membuat Ayna merasa begitu berharga dimata lelaki itu.

"Terima kasih, nanti juga sembuh sendiri kok," balas Ayna tidak ingin merepotkan David.

David mengangguk dengan senyum saat mendengar apa yang Ayna katakan. David tahu kalau Ayna tidak ingin menyusahkan dirinya.

"Makan yuk, kasihan ibu sudah nungguin dari tadi!" ajak David.

"Iya," balas Ayna menundukan wajahnya menutupi kegugupannya. Entah mengapa semakin lama dia berada didekat David, Ayna merasa semakin gugup, apalagi saat menatap wajah tampan itu, membuat jantung Ayna seolah ingin keluar dari tempatnya.

"Kamu baik-baik saja kan, Ay?" tanya David yang merasa aneh dengan perubahan sikap Ayna.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Ayna dengan senyum.

Ayna mengikuti langkah kaki David menuju ruang makan, dimana Riko dan Marni sudah menunggu mereka.

"Kalian kenapa?" tanya Riko saat melihat keduanya yang seperti tidak saling mengenal.

"Memangnya kita kenapa?" David balik bertanya pada Riko.

"Dih, malah balik nanya!" kata Riko menoleh ke arah David yang saat ini duduk disampingnya.

Marni menatap kedua anaknya bergantian. Memang seperti itulah David dan Riko saat bersama. Namun, mereka saling menyayangi satu sama lain. Riko tidak akan pernah bisa melihat David disakiti, begitu juga sebaliknya.

"Ya iyalah, karena aku gak merasa ada apa-apa dengan Ayna," balas David.

"Sudah kita makan dulu! Nanti kalian bisa ngobrol lagi usai makan," potong Mirna.

"Iya, Bu," patuh mereka.

Marni mengambilkan nasi lengkap dengan lauk dan sayur untuk kedua anaknya juga Ayna. Selesai mengambil untuk mereka, Marni mengambil untuk dirinya sendiri. Setelah semua piring terisi makanan, David memimpin doa, sebelum mereka menikmati makanan itu bersama-sama.

"Rasanya beda!" kata David membuat Ayna menghentikan tangannya menyuap nasi.

"Gak enak ya?" tanya Ayna takut David tidak menyukai satur yang dia makan.

"Enak, hanya saja rasanya beda dari masakan ibu! Apa ini kamu yang masak, Ay?" tanya David mengangkat wajahnya menatap Ayna yang duduk di hadapannya.

"Iya, kamu gak suka, ya?" tanya Ayna menebak.

"Suka, sangat suka, ini sayur terlezat yang aku makan," jawab David membuat Ayna mengumumkan senyum.

"Iya, ibu sampai kalah lho, Ayna jago banget masaknya," sahut Marni ikut andil.

"Ibu bisa saja," kata Ayna tidak enak hati saat semua memujinya.

"Lho, emang bener kok," balas Marni.

"Terima kasih, Ay senang jika Ibu, David dan Riko menyukai makanan yang Ay masak," kata Ayna.

Mereka pun tersenyum dan melanjutkan makan siangnya. Usai makan siang, Ayna membantu Marni mencuci piring juga merapikan ruang makan sebelum pamit pulang.

"Sepertinya kamu mulai ada rasa pada Ay, Vid," kata Riko saat melihat sikap keduanya.

"Mana mungkin?" tanya David mengelak. Jujur memang ada rasa yang aneh saat bersama Ayna. Namun, David tidak menyadari rasa itu, karena fokusnya bukanlah mencari cinta tapi memanfaatkan Ayna.

"Aku hanya menyimpulkan apa yang aku lihat, Vid," kata Riko serius, "saranku jika kamu memang ingin memanfaatkan Ayna, jangan pernah main perasaan, karena hanya akan membuat kamu sakit saat Ayna mengetahui kamu hanya menjadikan dia boneka," lanjut Riko.

"Aku rasa, Ayna akan membenci kamu, bahkan dia tidak akan pernah mau mengenalmu saat dia tahu tujuan kamu yang sebenarnya," kata Riko memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi saat Ayna mengetahui semua rencana David.

"Kamu benar Rik, aku tidak boleh mencintainya! Tidak boleh!"

"Syukurlah jika kamu mengerti, aku tidak ingin kamu terluka! Itu saja, Vid," kata Riko menepuk pundak David.

David mengangguk dan tersenyum saat menoleh ke arah Riko yang berdiri disampingnya.

"Istirahatlah, kamu baru sembuh, jangan sampai sakit lagi dan buat ibu khawatir," pesan Riko yang dibalas anggukan oleh David.

Riko berjalan menjauh dari David yang masih termenung memikirkan setiap peristiwa yang membuatnya semakin dekat dengan Ayna.

"Sedikit lagi! Aku harus bersabar agar semua yang aku inginkan tercapai," gumam David menatap kosong.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status