David Mahendra anak darinseorang pengusaha kaya raya di kotanya. Namun, David harus menerima kenyataan pahit saat sang ayah mengkhianati ibunya demi seorang wanita murahan. David semakin hancur saat sang ibu meninggalkan dirinya untuk selamanya. Apalagi yang menjadi dalang meninggalnya sang ibu adalah ayah dan selingkuhannya yang ingin menguasai harta ibunya. David yang tidak terima berjanji untuk balas dendam pada wanita itu juga ayahnya. Setelah mencaritahu tentang keluarga baru ayahnya. Perlahan David mendekati anak tiri ayahnya. Hingga anak tiri ayahnya jatuh cinta padanya. "Kamu akan aku jadikan alat untuk balas dendam atas kebusukan yang ibu kamu lakukan!" Kata David dengan mata memerah penuh amarah.
View More"Mom, jangan tinggalin aku Mom!" suara tangis seorang anak yang begitu menyayat hati saat sang ibu meninggalkannya untuk selamanya.
"Sudahlah Tuan Muda, ikhlaskan ... biarkan Nona besar tenang," ucap Marni membujuk anak majikannya.
"Tapi Bi-"
"Tuan, Bibi tahu memang berat kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi. Tapi kita harus berusaha untuk mengiklaskannya," kata Marni mengusap air mata anak majikannya.
David terdiam, suara tangisnya pun sudah mulai mereda. "Tuan Muda jangan sedih lagi ya, ada Bibi, Bibi janji akan menyayangi Tuan Muda seperti anak Bibi sendiri," kata Marni memeluk tubuh kecil anak majikannya.
Setelah David sudah lebih tenang. Marni mengajak anak majikannya itu pulang. Senja sore itu, menjadi saksi seorang anak yang kehilangan ibunya.
"Kalian sudah pulang? baguslah aku gak perlu repot-repot jemput kalian di pemakaman," kata seorang wanita menatap dengan senyum sinis.
"Kamu bantu dia kemasi barangnya, aku ingin malam ini juga dia angkat kaki dari rumah ini!" kata wanita itu dengan penekanan.
"Maksud Nyonya apa?" tanya Marni tak mengerti.
"Aku tidak ingin anak ini tinggal disini. Kalian lihat ini, semua yang Hanum miliki sudah menjadi milikku," kata wanita itu dengan bangga.
"Tapi Nyonya-"
"Tidak ada tapi, kalian harus pergi dari rumah ini saat ini juga!" Potong Dara tidak menerima alasan apapun dari Marni.
"Tega sekali anda Nyonya," kata Marni menggelengkan kepalanya. Tatapan mata Marni beralih pada ayah David yang hanya diam tak peduli apa yang terjadi kada anaknya.
"Cepat! sebelum aku meminta pengawal untuk mengusir kalian tanpa membawa apapun!" bentak Dara menatap tajam.
Dengan terpaksa, Marni membawa David menuju kamarnya untuk berkemas.
"Tuan, Tuan Muda tinggal sama Bibi gak apa kan?" tanya Marni merasa kasihan pada anak Nyonya itu.
"Tidak apa Bi," jawab David.
David dan Marni kembali ke bawah membawa koper dan ransel berisikan pakaian mereka.
"Sayang, terima kasih kamu sudah menepati janji kamu untuk menyingkirkan istri kamu itu," ucap Dara yang saat ini duduk dipangkuan Adijaya.
"Sama-sama Sayang, kamu tahu, bagiku kamulah segalanya. Aku tidak peduli dengan wanita juga anakku, yang aku inginkan hanya kamu," kata Adijaya tanpa dia sadari David dan Marni mendengarkan pembicaraan mereka.
Marni membekap mulutnya saat dia mendengar apa yang adijaya katakan pada Dara. Marni tidak menyangka jika Dara dan Adijaya lah dalang dari pembunuhan nyonyanya.
"Bi," panggil David tak kuasa menahan amarahnya.
"Jangan sekarang Tuan, Tuan masih kecil ... mereka bisa dengan mudah mengalahkan Tuan. Tuan harus menunggu waktu yang tepat untuk membalas perbuatan mereka," kata Marni seolah tahu apa yang David pikirkan.
David hanya mengangguk sebagai jawaban jika dia setuju dengan rencana Marni.
"Tuan, Nyonya, kami permisi," ucap Marni membawa David meninggalakan rumah itu.
"Tuan," panggil Marni.
"Bi, tolong panggil saya David saja, sekarang saya bukan Tuan Muda lagi," kata David menatap Marni yang juga menatapnya.
"Baiklah, jika memang itu yang Tuan inginkan, Bibi akan panggil Tuan, Nak ... seperti Bibi memanggil anak Bibi," balas Marni.
"Iya Bi ... Bolehkah David panggil Bibi dengan panggilan ibu?" tanya David penuh harap.
"Tentu saja," jawab Marni tersenyum penuh haru.
"Sekarang David anak ibu, jadi jangan pernah panggil David Tuan Muda lagi," kata David menatap dalam.
"Iya Nak," balas Marni, "mulai malam ini kamu tinggal di rumah ibu gak apa kan?" tanya Marni merasa tidak yakin jika David akan betah tinggal di rumahnya.
"Tidak apa Bu," jawab David.
Marni pun tersenyum mendengar jawaban David. Marni membawa David ke rumahnya untuk memulai kehidupan baru. Dimana dia adalah seorang anak dari wanita biasa. Bukan seorang Nyonya besar yang memiliki segalanya.
"Ibu," ucap anak Marni saat membuka pintu dan melihat sang ibu berdiri de depan pintu.
"Iya," balas Marni memeluk anaknya.
"Ini siapa?" tanya anak kecil itu.
"Ini David, dia saudara kamu," kata Marni mengusap kepala sang anak.
"Hai David, aku Riko," kata Riko memperkenalkan dirinya.
"Aku David, senang berkenalan dengan kamu," balas David tersenyum pada Riko.
"Riko, mulai malam ini, David akan tinggal bersama kita," kata Marni dengan hati-hati.
"O iya, asyik ... akhirnya Riko punya teman bermain," kata Riko dengan penuh semangat.
"Masuk yuk sudah malam, kasihan David pasti capek. Besok Riko bisa main sama David, untuk sekarang ... biarkan David istirahat dulu ya," kata Marni.
"Iya bu," patuh Riko.
Marni masuk ke rumah diikuti oleh David. Marni membawa barang-barang keperluan David ke kamar Riko.
"Nak, mulai malam ini David tidur sama kamu ya," kata Marni.
"Iya bu," balas Riko yang sama sekali tidak keberatan.
Marni tersenyum mengusap puncak kepala kedua anaknya sebelum meninggalkan kamar sang anak.
"Anak siapa yang kamu bawa, Mar?" tanya ibu Marni yang selama ini merawat Riko.
"Anak majikan Marni, bu," jawab Marni.
"Kenapa kamu bawa kesini?" tanya Ibu Marni menatap serius.
"Dia tinggal sebatang kara bu, ibu tirinya mengusirnya dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya, Bu. Ayahnya lebih memilih selingkuhannya dibandingkan dengan darah dagingnya sendiri," jawab Marni mengingat perlakuan Dara dan Adijaya pada David.
Ibu Marni terdiam. Dia tidak lagi bertanya pada anaknya. Ibu Marni bisa merasakan bagaimana hancurnya David saat ini.
"Bu, izinkan aku merawatnya sampai dia dewasa. Aku ingin dia membalas kejahatan yang sudah ayah dan ibu tirinya lakukan pada ibunya," kata Marni dengan wajah mengiba.
"Iya, ibu izinkan kamu merawatnya. Ibu harap dia betah tinggal dilingkungan kita. Lingkungan yang jauh dari kemewahan," balas ibu Marni.
"Iya bu, dia sudah janji akan ikut dengan Marni apapun keadaan Marni," kata Marni.
Ibu Marni mengangguk. Dia tak lagi bertanya pada Marni maupun berbicara sesuatu. Ibu Marni memilih untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat.
Marni membuang nafas saat sang ibu meninggalkannya. Marni tahu dia sudah mengecewakan ibunya. Namun, Marni tidak punya pilihan lain selain membawa David bersamanya.
"Maafkan Marni, Bu," ucap Marni berlalu menuju kamarnya.
Sementara itu di dalam kamar Riko. David mbaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamar Riko. Ingatannya berputar saat pertama kali wanita selingkuhan ayahnya datang ke rumahnya. Hingga dia melihat kehancuran yang mamanya rasakan.
"Mom, David janji ... David akan membalas semua perbuatan mereka pada Mommy. David tidak akan membiarkan mereka bahagia diatas penderitaan kita Mom," kata David dengan kebencian yang mendalam.
David terus mengingat kejadian demi kejadian hingga akhirnya dia kehilangan sang ibu tercinta. Dendam didalam hati David semakin membuncah saat dia mengingat perkataan Dara pada Adijaya.
David tidak menyangka jika ayah yang selama ini dia hormati tega membunuh ibunya. Sang ayah juga yang membuatnya kehilangan kasih sayang seorang ibu.
"Sayang, Aa pulang dulu ya, Riko udah balik," pamit David menghampiri Ayna."Iya, A," balas Ayna. David mengusap lembut kepala sang istri dan mencium puncak kepala Ayna dengan penuh cinta sebelum meninggalkan istrinya. "Nis, aku titip Ayna ya," kata David."Iya," balas Nisa. "Kmau gak balik?" tanya Nisa saat David akan melangkah pergi."Balik kok, aku akan tidur di sini," jawab David. Nisa mengangguk mendengar ucapan David.Setelah David pergi, Nisa masuk ke kamar menemani Ayna. "Ay, apa David sudah tahu kalau kamu mengandung anaknya?" tanya Nisa."Sudah," jawab Ayna. "Memangnya kenapa, Nis?" tanya Ayna."Gak apa, semoga kalian selalu bahagia, jangan kabur - kabur lagi, kasihan David," kata Nisa menasehati sahabatnya."Iya," balas Ayna.***"Kamu darimana saja, Nak?" tanya Marni saat melihat kedua anaknya baru pulang."Dari rumah Nisa, Bu," jawab Riko."Siapa Nisa?" tanya Marni."Temen Ayna, Bu," jawab David."Ngapain kamu ke rumah temen Ayna?" tanya Marni."Ayna ada di sana," jawab
"Apaan sih?" tanya Nisa merasa kesal pada sahabatnya. "Emangnya ada apa? aku salah ya ngomongnya?" tanya Adel."Iya," jawab Nisa."Kamu aja yang terlalu sensitif, Nis, siapa tahu beneran Rayhan menemukan cinta sejati, meski bukan kamu kan bisa saja, Lisa mungkin," kata Adel menoleh pada Lisa. Nisa pun terdiam, dia membuang nafas panjang."Kenapaaku selalu pengen marah - marah setiap bertemu dengan Rayhan," kata Nisa memijat pelipisnya. "Kamu terlalu menanggapi Rayhan, karena itu kamu merasa tertekan dan membuat kamu emosi setiap kali bertemu dengannya," kata David."Mungkin, entahlah, aku sendiri tidak faham," balas Nisa."Silahkan," ucap Rayhan meletakkan pesanan mereka di atas meja."Terima kasih," ucap David."Sama - sama," balas Rayhan."Ray, Abang tunggu kamu di ruangan Abang," kata Azlan membuat semua yang berada di meja itu menoleh ke arah pria tampan idaman setiap wanita itu."Tampan sekali, pantas saja Nisa jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Riko tanpa sadar membuat
Tak berselang lama, David dan Ayna keluar dari kamar menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Ayna dengan polosnya."Haish! Kami nungguin kamu sampai lemes, Ay," jawab Adel."Maaf, ibu hamil lagi sensitif banget," kata David."Kok bisa?" tanya Nisa karena selama tinggal dengan dia Ayna tidak pernah aneh - aneh."Gak tahu, istriku takut jika ada wanita yang deketin aku, dia bilang katanya dia tidak menarik lagi, padahal menurut aku, dia lebih memesona saat berbadan dua seperti ini," kata David."Iya sih, kamu lebih cantik sekarang lho, Ay," kata Nisa setuju dengan apa yang David katakan."Kamu jangan bohong deh, Ay," kata Ayna."Gak kok, serius, kamu cantik!" balas Nisa, "dan kamu David, sepertinya kamu jangan deket - deket sama wanita manapun kecuali kita, karena Ayna bisa cemburu kalau kamu deket sama yang lain, meski yang lain tidak cantik tetap saja itu sakit," kata Nisa."Iya, Kalian memang selalu kompak," balas David membuang nafas kasar."Berangkat yuk, sudah laper banget ini,
"Laper," kata Ayna."Tu Nisa suruh beli makanan di cafe Bang Azlan, biar ketemu abang ganteng lagi," kata Adel."Kamu jangan ngomporin deh, Del, kasihan Nisa tahu, dia tu sudah dikejar - kejar sama adiknya dah gitu kamu suruh sama abangnya," sahut Lisa.'Habisnya gimana ya, aku juga lebih setuju kalau Nisa sama abangnya," balas Adel."Tapi bagaimana dengan Rayhan?" tanya Ayna."Maksud kamu apa, Sayang?" tanya David." Maksud Ay, bagaimana kalau Rayhan tudak terima Nisa sama Bang Azlan, pasti urusannya akan semakin rumit, A," jawab Ayna."Biarkan saja, lagipula dia pria yang menyebalkan," sahut Nisa tidak peduli."Kamu tenang saja, Ay, nanti aku akan berusaha menjadi obat buat Rayhan," sahut Lisa."Ah, serius kamu, kamu mau sama Rayhan?" tanya Ayna."Memangnya kenapa? Apa salah jika aku suka sama dia?" tanya Lisa menatap semua orang."Jadi kamu punya rasa gitu sama dia?" tanya Adel tidak percaya. "Entahlah, meski menyebalkan aku sedikit tertarik sama dia, lagian kalian semua sudah pu
Ayna mengerjabkan mata begitu juga dengan David saat mereka mendengar suara dari luar kamar."Sepertinya Nisa, Adel dan Lisa sudah pulang, A," kata Ayna."Sepertinya iya, kayaknya Riko juga ikut ke sini," balas David beranjak dari tempatnya. David dan Ayna keluar dari kamar menuju ke ruangan tempat Nisa dan yang lainnya berada."Yang dijagain sama suami, pules banget tidurnya," kata Adel menggoda Ayna."Apaan sih, Del?" tanya Ayna pura - pura tidak mengerti. "Del, kek nya kamu juga sudah gak sabar ingin nikah, ya?" tanya Lisa."Eh, apaan sih, gak kok!" jawab Adel mengelak."Siapa sih yang mau sama dia?" tanya Nisa, "cewek setengah cowok," lanjut Nisa. "Aku mau kalau Adel juga mau sama aku," sahut Riko. "Ha, apa? aku gak dengar!" tanya David."Aku serius, Vid, jika Adel mau aku gak bakal nolak walau dia minta aku untuk ke rumah orang tuanya sekarang juga," kata Riko tanpa pikir panjang."Kamu serius?" tanya David. "Iya," jawab Riko."Eh, wajah kamu kenapa, Del, kepanasan ya?" tanya
"Ay," gumam David berjalan mendekati sang istri yang masih terlelap. David mengusap puncak kepala Ayna hingga membuat Ayna terganggu dan mengerjabkan mata."Apa sih, Nis?" tanya Ayna belum sadar jika itu adalah sang suami."Apa kamu sedang sakit, Sayang?" tanya David membuat Ayna membuka mata lebar - lebar."Aa, darimana Aa tahu aku tinggal di sini?" tanya Ayna."Nisa yang membawaku ke sini," jawab David jujur."Kamu kenapa pergi dari rumah, Sayang? Kamu tahu tidak Aa sangat mengkhawatirkan kamu!" kata David duduk di samping sang istri."Maaf, Mas, Ay-""Lupakan masa lalu, Ay, kita harus membuka lembaran baru," kata David memotong ucapan Ayna. Ayna terdiam mendengar ucapan sang suami. Dasa bersalah masih memenuhi hatinya. Namun, dia tidak bisa memungkiri dirinya jika ia juga ingin selalu berada di samping suaminya. "Ay, apa kamu tidak rindu sama aku?" tanya David menatap sang istri dengan penuh rindu. "Tentu saja aku sangat merindukan kamu, A," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments