Share

Bab 5

Author: Uzmen
Beberapa kata yang singkat itu menghancurkan pertahanan Deon dalam sekejap. Dia memeluk erat tubuh Griselle di dalam dekapannya, lalu membawa Griselle ke dalam mobil secepat mungkin.

Di dalam ruang yang tertutup, tubuh mereka saling menindih dengan intens. Dunia seperti hanya tersisa mereka berdua.

"Pelan-pelan ...," rintih Griselle kesakitan.

Deon tersentak sejenak, kemudian gerakannya berubah menjadi jauh lebih lembut. "Oke. Jangan takut, serahkan semuanya padaku."

....

Griselle tidak tahu kapan semua itu berakhir.

Saat terbangun, dirinya sudah berada kembali di rumah dan berbaring di tempat tidur yang sama dengan Deon. Keduanya sama sekali tidak mengenakan sehelai benang pun. Lengan Deon masih melingkari pinggangnya, tubuhnya melekat erat pada punggung Griselle.

Namun, ranjang ini pernah ditempati oleh banyak wanita. Mereka pun pernah terbangun dalam pelukan yang sama seperti dirinya sekarang.

Seketika, dada Griselle dipenuhi kegetiran. Perutnya terasa sakit sekali seperti diremas. Baru saat itu dia teringat, sudah berhari-hari dia tidak makan apa pun.

"Ugh ...." Dia membalikkan tubuh dan mulai muntah hebat.

"Griselle, kamu kenapa?" Deon terbangun dan bertanya dengan cemas.

Setelah Griselle pertama kalinya menunjukkan kelembutannya semalam, hati Deon pun menjadi sangat lembut padanya. Namun, Griselle malah mendorongnya keras. "Jangan ... dekat-dekat aku." Nada bicaranya dingin, seolah-olah apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi yang tak pernah nyata.

Wajah Deon yang awalnya penuh kebahagiaan, seketika berubah muram. Ekspresinya langsung membeku. Griselle pasti merasa jijik padanya, sampai muntah seperti itu ....

Deon turun dari tempat tidur dengan wajah kelam, lalu menelepon sopir. "Siapkan mobil. Antar Griselle ke rumah sakit!"

Griselle menatap punggungnya yang menjauh, hatinya terasa nyeri dan sesak. Dia tahu Deon salah paham. Akan tetapi, dia tidak ingin menjelaskan.

Apa yang terjadi semalam sejatinya memang sebuah kesalahan. Salahnya, dia tidak cukup kuat menahan diri dan terbuai oleh kelembutan sesaat yang begitu menggoda.

Namun begitu dia membuka mata, mereka kembali menjadi dua insan yang dipisahkan oleh kebencian dan tidak mungkin untuk kembali seperti dulu.

Setibanya di rumah sakit, seorang dokter wanita bernama Lona melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Griselle.

Setelah melihat hasil laporan di tangannya, dokter yang sudah cukup berpengalaman itu langsung mengernyit. Dia memanggil Deon yang sedang menunggu di luar ruangan. "Pak, kondisi pacar Anda sepertinya ...."

Namun belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, ponsel Deon tiba-tiba berdering.

Baru saja dia mengangkat telepon, suara tangis Naomi langsung terdengar dari seberang sana. "Kak Deon, aku kecelakaan .... Mobilnya ... hancur ...."

Wajah Deon langsung menegang. "Tunggu aku. Aku akan segera ke sana."

Dia lalu menutup telepon dan berkata singkat pada Lona, "Nanti saja bicarakan soal penyakitnya, aku harus tangani sesuatu yang penting dulu."

Tanpa menoleh lagi, dia pun pergi meninggalkan rumah sakit.

Melihat punggungnya yang semakin menjauh, Griselle menghela napas lega, lalu menoleh ke dokter. "Dokter, soal kondisiku, lebih baik Anda sampaikan langsung padaku."

Lona merapikan kacamata tebal di wajahnya, lalu menghela napas panjang. "Bu Griselle, tubuh Anda memang sudah lemah sejak awal. Kali ini, setelah terlalu lama terendam di dalam air dan semalaman dalam kondisi demam tinggi, semua indikator kesehatan Anda menurun drastis. Kalau terus begini, saya khawatir Anda nggak akan bertahan lebih dari enam bulan."

"Indra pengecap Anda sekarang sudah hilang sepenuhnya. Lambung Anda juga kehilangan sekitar 80 persen fungsi pencernaannya. Sisa waktu Anda hanya bisa dipertahankan lewat infus nutrisi."

Griselle menerima botol nutrisi itu dengan tenang dan menerima kenyataan pahit ini tanpa keributan.

Hari-hari berikutnya, Deon sibuk menemani Naomi. Katanya, Naomi sangat trauma akibat penculikan kemarin dan selalu mimpi buruk setiap malam. Dua hanya bisa tenang jika Deon terus berada di sisinya.

Deon begitu memanjakan Naomi dan membiarkannya dengan penuh kasih sayang. Bahkan saat harus keluar untuk urusan kerja pun, mereka tetap lengket ke mana-mana.

Semua orang di perusahaan tahu, Direktur Deon sangat mencintai istrinya dan wanita itu adalah Naomi.

Tanpa terasa, hanya tersisa tiga hari lagi menuju tanggal pelaksanaan program euthanasia. Griselle kembali ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan terakhir.

Lona menatap hasil pemeriksaan dengan ekspresi yang agak rumit. "Bu Griselle, Anda hamil. Kami menyarankan agar Anda membatalkan rencana program euthanasia dan juga rencana donasi tubuh Anda."

Griselle terdiam, seolah seluruh tubuhnya membeku. Dia berkata dengan suara tak percaya, "Aku ... aku hamil?"

Dalam sekejap, beragam emosi menyapu hatinya. Dia menyentuh perutnya dengan jemari yang gemetar karena masih tidak percaya bahwa ada kehidupan kecil tumbuh di dalam sana. Perasaan haru dan getir bercampur di dalam dadanya, membuatnya nyaris tak sanggup bernapas.

Lona mengangguk. "Benar. Kalau Anda ingin mempertahankan bayi ini, mulai sekarang Anda harus bed rest total. Harus dibantu dengan alat medis, tapi masih ada kemungkinan Anda bisa bertahan sampai si bayi lahir."

"Tapi rencana donasi tubuh Anda nggak bisa dilanjutkan."

Griselle terdiam sejenak, hatinya diliputi keraguan. "Tolong beri saya beberapa hari lagi untuk mempertimbangkannya."

Dengan pikiran yang berat, dia meninggalkan ruang periksa dan hendak kembali ke rumah. Namun baru saja sampai di depan lift area kebidanan, dia dikejutkan oleh kehadiran dua orang yang sama sekali tak disangkanya.

Deon sedang menopang Naomi dengan penuh perhatian, sementara Naomi tersipu malu sambil membelai perutnya sendiri.

Tatapan Deon langsung beralih padanya. Dia mengernyit, lalu bertanya dengan nada dingin, "Kamu sakit lagi?"

Sepertinya baru belum lama ini dia mengantar Griselle ke rumah sakit, sekarang untuk apa lagi dia datang?

Griselle tidak menjawab. Saat ini dia belum tahu apakah harus memberi tahu Deon tentang kehamilannya ini. Sebab, ini bukan hanya anaknya sendiri. Ini juga anak Deon, jadi dia juga berhak tahu.

Namun pada saat itu, Naomi justru sudah terlebih dulu melangkah menghampiri Griselle dengan senyum semringah. "Kakak, syukurlah kamu ada di sini! Aku baru saja mau memberimu kabar bahagia!"

"Aku hamil!"

Wajahnya penuh kebahagiaan dan rasa bangga, seakan-akan dialah istri sah Deon yang sesungguhnya.

Naomi menggandeng tangan Griselle dan mengajaknya berjalan menuju tangga darurat, ke tempat yang tidak terlihat dari posisi Deon berdiri. Kemudian, dia berkata dengan suara pelan, "Kakak, kamu datang ke departemen kebidanan di saat seperti ini, sepertinya bukan hal bagus, bukan?"

"Menurutmu, kalau terjadi sesuatu sama kita berdua, siapa yang akan ditolong Kak Deon duluan?"

Belum sempat Griselle menjawab, Naomi tiba-tiba mengulurkan tangannya dan berseru pelan, lalu menarik Griselle jatuh ke bawah tangga bersamanya.

"Ah ...."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 18

    Setelah keluarga kecil itu pergi, barulah Deon melangkah maju untuk mengunjungi Griselle. Di foto pada batu nisannya, Griselle masih tersenyum manis, seolah dirinya tidak pernah benar-benar meninggalkan dunia ini.Namun Deon tahu, sudah sangat lama sejak terakhir kali dia melihat Griselle tersenyum seperti itu. Dia membersihkan makam itu hingga benar-benar rapi dan bersih, lalu duduk di depannya dan menemaninya untuk waktu yang lama sambil mengajak Griselle "berbicara"."Griselle, aku sangat merindukanmu ....""Tanpamu, dunia ini nggak lagi berarti bagiku.""Griselle, di kehidupan berikutnya ... bisa nggak kita bersama lagi?""Kali ini, kumohon hiduplah dengan bahagia, agar aku bisa membayar lunas semua utangku padamu ... seratus, seribu kali lipat."Deon menunduk dan mengecup pelan foto Griselle yang terukir di batu nisan, lalu akhirnya berdiri dan pergi dengan berat hati.Namun tak lama setelah dia mengemudi dan menjauh dari pemakaman, dia menyadari sesuatu yang tidak beres di jalan

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 17

    Seketika, para polisi di sekitar ruangan pun langsung panik dan sibuk bergerak. Sebelumnya tanpa izin dari Jeffrey, tidak ada satu pun dari mereka yang boleh bertindak.Namun kini, melihat langsung kejadian di depan matanya, Jeffrey tak bisa lagi menahan diri dan segera mengeluarkan perintah, "Cepat! Tangkap dia sekarang juga!""Siap!" Beberapa polisi langsung bergegas maju dan mencengkeram kedua lengan Deon, lalu membanting tubuhnya ke lantai dengan keras.Deon tidak melakukan sedikit pun perlawanan. Dia menyerah begitu saja, membiarkan borgol dipasang di pergelangan tangannya. Dia tahu, tujuannya sudah tercapai. Anak yang ada di dalam kandungan Naomi, sudah tidak mungkin bisa diselamatkan.Memikirkan hal itu, Deon yang tertekan ke lantai malah kembali tertawa puas.Jeffrey mengerutkan kening. "Deon ini benar-benar sudah gila ...."Entah bagaimana perasaan Griselle, jika dia bisa melihat semua ini dari alam sana. Jeffrey menggelengkan kepala sambil memandang Deon, seulas rasa iba meli

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 16

    Tatapan mata Deon menajam saat dia menoleh menatap Naomi, lalu tersungging senyum dingin di wajahnya. "Sekarang kamu bisa tinggal di rumah Keluarga Maxime dan hidup bebas, menikmati kemewahan dan perhiasan mahal. Aku yakin kamu juga tahu, semua itu dari mana asalnya, bukan?"Mendengar ucapannya, Naomi seperti tersadar akan sesuatu. Wajahnya langsung pucat pasi, tubuhnya refleks mundur beberapa langkah. "Kak Deon, kumohon ... jangan ...."Namun, Deon telah mengangkat tangan dan mengambil sebilah pisau bedah yang paling panjang."Benar, semua ini adalah hasil dari kebohonganmu dengan menggunakan satu ginjal dan setengah hati milik Griselle untuk menipuku. Itulah cara kamu mendapatkan semuanya.""Jadi, kalau sekarang aku mengambil satu ginjal dan setengah hatimu sebagai ganti, itu nggak berlebihan, 'kan?"Tatapan mata Deon kini dipenuhi kegilaan, bagaikan seekor binatang buas yang sedang terperangkap dalam amarah dan dendam. Semua yang pernah dilakukan Naomi terhadap Griselle harus dibaya

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 15

    Setelah upacara pemakaman selesai, Deon mengemudi pulang ke rumah yang kini tak lagi dihuni oleh Griselle. Dengan tubuh yang masih basah kuyup oleh hujan, dia melangkah masuk ke ruang tamu.Naomi sedang duduk di sofa, sibuk mengatur setumpuk perhiasan mahal yang dulu pernah diberikan Deon padanya.Sejak kebenaran tentang Griselle terungkap, Naomi tidak berani keluar rumah satu langkah pun. Dia telah menjadi sasaran kebencian semua orang. Makian dan hinaan dari luar membuatnya hanya bisa bersembunyi dan satu-satunya hal yang bisa memberinya sedikit rasa nyaman hanyalah tumpukan perhiasan ini.Namun di mata Deon, hanya ada kebencian dan rasa jijik.Dulu, demi membuat Griselle cemburu, Deon pernah sengaja membawa Naomi ke butik-butik mewah dan memborong perhiasan. Apa pun yang menarik perhatian Naomi, seberapa mahal pun harganya, Deon akan langsung membelinya.Dia tahu Naomi akan mengenakan perhiasan itu hanya untuk dipamerkan di depan Griselle. Deon juga selalu diam-diam mengamati reaksi

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 14

    Tak lama kemudian, pihak kepolisian secara resmi mengonfirmasi status Griselle sebagai seorang pahlawan nasional dan menerbitkan surat penghargaan, yang kemudian diserahkan langsung ke tangan Deon.Berita ini segera diikuti oleh berbagai media resmi yang berlomba-lomba memberitakannya.Apalagi, tak lama sebelumnya, jutaan orang menyaksikan langsung dalam siaran influencer ternama saat Jeffrey datang ke rumah Deon dan mengungkapkan kebenaran tentang siapa Griselle sebenarnya.Ternyata, Griselle adalah seorang pahlawan tak dikenal yang menyembunyikan identitasnya. Dia mempertaruhkan nyawa untuk menyusup sendirian ke sarang penjahat, menghancurkan jaringan kejahatan demi negara, dan melindungi keselamatan rakyat.Namun tragisnya, adiknya sendiri, Naomi, malah memanfaatkan kesempatan di tengah kerapuhan itu untuk merebut suami sang kakak.Yang lebih menyakitkan lagi, hari di mana Naomi dan Deon menggelar pernikahan, adalah hari yang sama saat Griselle mengembuskan napas terakhirnya.Arah o

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 13

    Mendengar ucapan Caspian, seluruh tubuh Deon seperti disambar petir. Ternyata, Griselle sama sekali tidak pernah mengkhianatinya. Ternyata, demi membersihkan namanya, Griselle rela mengorbankan segalanya.Satu ginjal dan setengah hatinya diambil hidup-hidup ....Griselle, dengan kekuatan seperti apa kamu bisa menahan rasa sakit sekejam itu?Deon bahkan tak sanggup membayangkannya.Yang dia tahu, dia bukan hanya tidak mengetahui luka dan penderitaan yang dialami Griselle, tapi selama ini dia malah berkali-kali menyakitinya karena salah paham. Dia benar-benar bodoh. Orang paling bodoh dan paling dungu di dunia ini.Deon mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Caspian yang berdiri di hadapannya dengan sikap congkak. Dialah orang yang membocorkan identitas asli Griselle dan membuatnya disiksa oleh para penjahat.Orang seperti ini sudah sepantasnya mati.Tangan Deon mengepal dengan kuat, lalu menghantamkan pukulan keras ke arah tubuh Caspian."Bajingan! Kamu yang membuat Griselle-ku mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status