Short
Persalinan yang Terpaksa Ditunda

Persalinan yang Terpaksa Ditunda

By:  AprilCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
8Chapters
35views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ketika kandunganku menginjak sembilan bulan dan hampir siap melahirkan, suamiku, Arga Baskara, justru memerintahkan orang mengunciku di gudang bawah tanah dan menyuruhku menahan agar bayi itu tidak lahir. Karena istri almarhum kakaknya, Indri Magani, juga diperkirakan akan melahirkan hari ini. Arga pernah berjanji pada kakaknya bahwa anak pertama yang lahir dalam Keluarga Baskara akan dididik sebagai penerus dan menerima warisan keluarga. "Anak Indri harus lahir lebih dulu," kata Arga dengan tenang. "Dia kehilangan suaminya dan nggak punya apa-apa. Sementara kamu sudah memiliki semua cintaku, memberikan harta kepada anaknya adalah hal yang seharusnya." Kontraksi membuatku kesakitan sampai berguling-guling, aku menangis memohon padanya untuk membawaku ke rumah sakit. Arga mengusap air mataku dengan lembut, suaranya rendah dan mengandung bahaya. "Jangan berpura-pura! Aku sudah lama tahu kamu sama sekali nggak mencintaiku. Satu-satunya yang kamu pedulikan adalah kekayaan dan kedudukan." "Kamu sengaja mau melahirkan prematur hanya untuk merebut hak keponakanku... Bagaimana bisa kamu begitu kejam?" Wajahku pucat dan seluruh tubuhku gemetar. Aku berkata dengan suara pelan, "Aku nggak bisa mengendalikan kapan anak ini akan lahir, kelahiran prematur hanyalah kebetulan! Aku bersumpah, aku nggak peduli sama harta, aku hanya mencintaimu!" Arga tertawa sinis. "Kalau kamu mencintaiku, kamu nggak akan memaksa Indri menandatangani kontrak untuk melepaskan hak waris untuk anaknya. Oke, setelah dia melahirkan, aku akan kembali menemuimu. Bagaimanapun juga, yang ada di perutmu adalah darah dagingku sendiri." Arga menunggu di luar ruang bersalin Indri. Setelah melihat bayi yang baru lahir itu, barulah dia teringat padaku. Dia menyuruh sekretaris menjemputku ke rumah sakit, tetapi sekretaris itu dengan suara gemetar berkata, "Nyonya... dan bayinya... sudah meninggal..." Pada saat itu, Arga menjadi gila.

View More

Chapter 1

Bab 1

Ketika aku pingsan dan tersadar kembali karena rasa sakit kontraksi, aku sudah berada di gudang bawah tanah yang gelap dan dingin.

Pintu besar tertutup dengan suara keras. Andai saja aku tidak sempat menarik kakiku, pergelangan kakiku pasti sudah remuk.

Mungkin karena gerakanku yang terlalu kasar, aku merasakan cairan hangat mengalir di antara kedua kakiku.

Aku segera menyadari apa yang terjadi, air ketubanku telah pecah!

Rasa panik langsung menyeruak.

Aku mencoba menenangkan diri dan meraba seluruh tubuhku untuk mencari ponsel. Namun, aku tidak menemukannya.

Ternyata, Arga sudah lebih dulu merampasnya, agar memastikan aku benar-benar terputus dari dunia luar.

Bayi dalam kandunganku terus menendang. Tubuhku menggigil kedinginan, sementara keringat deras mengucur karena rasa sakit.

Aku berteriak sekuat tenaga meminta tolong. Aku tidak menyerah, meskipun hanya ada secercah harapan.

Akhirnya, aku mendengar langkah kaki dari luar.

"Aku mohon, tolong aku!" teriakku. "Aku dikunci di dalam gudang bawah tanah! Aku akan segera melahirkan!"

Aku mengulanginya berkali-kali, berharap ada yang datang menyelamatkanku.

Namun, yang terdengar justru suara penuh kepuasan.

"Dian, bagaimana rasanya berbaring di gudang bawah tanah di tengah musim hujan? Menurutku, kakak sudah seharusnya sejak lama membuatmu jadi penurut."

Itu suara adik perempuan Arga, Erina Baskara!

Aku menahan sesak napas dan berusaha agar suaraku tetap jelas. "Erina, kumohon bawa aku keluar. Bayinya sebentar lagi lahir, sudah nggak ada waktu lagi!"

Erina menendang pintu gudang bawah tanah dengan keras, lalu menatapku dengan penuh amarah.

"Melepaskanmu? Jangan bermimpi! Kamu pasti sangat panik karena nggak bisa menghentikan kakak ipar melahirkan, 'kan? Aku memang ditugaskan kakakku untuk mengawasimu, aku nggak akan membiarkanmu melakukan hal semacam itu lagi!"

"Kakakku setiap hari sudah sibuk bekerja, tapi dia masih harus mengurus semua masalahmu. Apa kamu nggak bisa berhenti membuat repot orang lain?"

"Penerus Keluarga Baskara hanya akan lahir dari rahim Indri! Apa pun yang kamu lakukan nggak akan mengubah kenyataan itu!"

Kontraksi yang makin hebat membuatku merintih kesakitan. Aku berkata sambil terisak, "Aku benar-benar nggak menginginkan warisan, aku juga nggak berharap anakku menjadi penerus. Aku hanya ingin bayiku selamat! Asal Arga bersedia membiarkanku melahirkan di rumah sakit, apa pun yang dimintanya akan kulakukan!"

Rintihanku rupanya membuat Erina kesal. Dia mengernyit jijik dan berkata, "Perempuan jalang, suara seperti itu kamu buat untuk merayu siapa? Menjijikkan sekali. Kalau terus merintih akan kusuruh orang menutup mulutmu!"

Setelah itu, dia menelepon Arga.

Sakit di perut terus berlanjut tanpa henti. Kali ini, aku hanya bisa menggigit bibir bawah erat-erat. Aku bahkan tidak berani mengeluarkan suara napas.

Erina berbicara pada Arga di seberang sana. "Ya, Kak, tenang saja. Aku akan menjaganya. Dia nggak akan bisa berbuat macam-macam lagi!"

Begitu mendengar suara Arga di telepon, seberkas harapan kembali menyala dalam diriku.

Aku menjerit sekuat tenaga dengan suara parau dan putus asa, "Arga! Anak ini mau lahir! Cepat suruh Erina membawaku ke rumah sakit, aku nggak kuat lagi!"

Kini, aku bahkan tidak sanggup duduk. Aku hanya bisa terkulai lemah di lantai.

Erina sempat ragu. Dia menunduk dan berkata pelan ke arah telepon, "Kak, kurasa dia benar-benar mau melahirkan. Dia nggak terlihat seperti berpura-pura."

"Bagaimana kalau kubawa dia ke rumah sakit dulu? Bagaimanapun juga, dia sedang mengandung satu-satunya anakmu. Kalau sampai terjadi sesuatu..."

Arga terdiam beberapa detik, seolah sedang menimbang-nimbang.

Kemudian, suara Arga melunak. "Baiklah, kalau begitu bawa saja dia..."

Tiba-tiba sebuah suara yang manja menyela, "Arga, aku lapar dan mau makan kue. Kata dokter, kalau kenyang aku akan punya tenaga untuk melahirkan."

"Dian, kamu mau melahirkan? Jangan khawatir, melahirkan itu nggak sakit sama sekali. Aku bahkan masih bisa berdiri dan menari salsa, kamu pasti juga bisa."

Tentu saja Indri tidak merasakan sakit.

Arga memberinya kamar bersalin kelas VIP seharga 600 juta sehari. Begitu Indri mengeluh kesakitan, para perawat segera mengerubunginya untuk memberi pijatan.

Namun, Arga justru langsung memercayai kata-katanya dan mendengus dingin.

"Apa yang bisa terjadi? Dian begitu licik, dia nggak mungkin membiarkan dirinya dirugikan."

"Dia berpura-pura begitu hanya untuk menipumu agar melepasnya. Apa kamu sebodoh itu? Lain kali, lebih teliti."

Arga menutup telepon.

Wajah Erina memerah karena dimarahi kakaknya. Dia pun melampiaskannya dengan melepaskan ikatan anjing di dekat pintu, lalu membiarkannya masuk!
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status