Share

Bab 87. Mengungkap Pelaku

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2025-09-18 13:59:30

Berbeda dengan Dian yang sibuk memanjakan menantunya, Seno justru melangkah mendekat ke arah putranya. Tatapannya serius, meski tetap berusaha ramah di depan keluarga.

“Dev, Papa mau bicara sebentar soal perusahaan.” Nada suaranya rendah, seolah tak ingin terdengar oleh Dian maupun Nayara.

Devanka menghela napas singkat, lalu menggeleng. “Nggak sekarang, Pa. Aku mau langsung ke kantor.”

Seno mengerutkan kening. “Langsung? Baru turun pesawat, kamu pasti masih jet lag. Istirahat dulu, at least satu-dua jam. Besok pun masih bisa kita bahas.”

“Enggak, Pa.” Devanka berdiri, merapikan jas yang tadi sempat ia buka. “Ada yang harus aku selesaikan segera. Aku nggak bisa nunda.”

Seno menatap lekat wajah putranya, menyadari gurat pucat yang jelas terlihat. “Tapi kamu pucat banget. Jangan maksain diri.”

Devanka tersenyum tipis. “Aku baik-baik aja.” Ia lalu menoleh ke bodyguard yang berdiri di sisi pintu. “Siapkan mobil, antar aku ke perusahaan sekarang.”

“Baik, Tuan.”

Dian sempat menahan, “Dev, m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 89. Asal-usul Terbongkar

    Lorong lantai paling atas terasa hening setelah keributan di ruang rapat. Suara langkah sepatu Devanka dan Aska bergema, melewati meja kerja yang selama ini ditempati Melani—tepat di depan pintu ruang CEO.Tiba-tiba kursi berderit. Melani berdiri, wajahnya sembab, tapi sorot matanya tetap tajam menusuk.“Pak Devanka.” Suaranya dingin, menghentikan langkah kedua pria itu.Devanka menoleh sekilas, hendak melanjutkan jalan, tapi Melani menahan dengan suara lebih lantang. “Berhenti! Anda pikir semua ini selesai hanya karena saya dipecat?!”Aska langsung refleks berdiri setengah di depan Devanka, tapi Devanka mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk membiarkan saja. Tatapannya dingin, menunggu ucapan Melani selanjutnya.Melani melangkah maju, wajahnya bergetar antara amarah dan dendam. “Anda menghancurkan hidup saya! Anda merebut semua yang saya perjuangkan. Tahukah Anda, rencana pernikahan saya hancur karena Anda?!”“Jangan salahkan orang lain atas kebodohanmu sendiri,” balas Devanka d

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 88. Membasmi Tikus Perusahaan

    “Pak Devanka, maaf, saya rasa kita tidak bisa langsung menyalahkan Pak Edwin begitu saja.”Semua kepala sontak menoleh. Melani—sekretaris pribadi Devanka—berdiri dari kursinya di sisi ruangan. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya menukik tajam.“Melani?” bisik salah satu divisi, heran.Edwin sendiri terperanjat, tak menyangka ada yang berani angkat bicara membelanya.Devanka tidak menanggapi. Ia hanya melirik sekilas, kemudian menyandarkan punggung di kursinya, menyilangkan tangan, bibirnya menyeringai samar.Melani melangkah maju, kembali melanjutkan, “Saya bekerja cukup dekat dengan Pak Edwin dalam beberapa proyek, terutama terkait laporan-laporan mingguan. Menurut saya, ada kemungkinan besar kesalahan sistem, bukan manipulasi manusia. Data digital bisa saja error, server kadang overload. Dan soal mutasi rekening pribadi—” Ia menatap layar proyektor lalu mengangkat dagunya. “Bisa saja ada hacker atau penyalahgunaan identitas. Apalagi beliau adalah ketua divisi, punya banyak akses. Na

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 87. Mengungkap Pelaku

    Berbeda dengan Dian yang sibuk memanjakan menantunya, Seno justru melangkah mendekat ke arah putranya. Tatapannya serius, meski tetap berusaha ramah di depan keluarga.“Dev, Papa mau bicara sebentar soal perusahaan.” Nada suaranya rendah, seolah tak ingin terdengar oleh Dian maupun Nayara.Devanka menghela napas singkat, lalu menggeleng. “Nggak sekarang, Pa. Aku mau langsung ke kantor.”Seno mengerutkan kening. “Langsung? Baru turun pesawat, kamu pasti masih jet lag. Istirahat dulu, at least satu-dua jam. Besok pun masih bisa kita bahas.”“Enggak, Pa.” Devanka berdiri, merapikan jas yang tadi sempat ia buka. “Ada yang harus aku selesaikan segera. Aku nggak bisa nunda.”Seno menatap lekat wajah putranya, menyadari gurat pucat yang jelas terlihat. “Tapi kamu pucat banget. Jangan maksain diri.”Devanka tersenyum tipis. “Aku baik-baik aja.” Ia lalu menoleh ke bodyguard yang berdiri di sisi pintu. “Siapkan mobil, antar aku ke perusahaan sekarang.”“Baik, Tuan.”Dian sempat menahan, “Dev, m

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 86. Menyembunyikan Duka

    Nayara menarik napas panjang, mencoba menahan amarah yang sudah sejak kemarin menumpuk. Namun begitu Yoona makin menjadi-jadi, kesabarannya habis. Ia menurunkan kacamata hitamnya, menatap tajam dengan mata yang masih sembab.“Udah cukup, Mbak!” jawab Nayara lirih, tapi menusuk. “Saya nggak peduli kamu siapa, ya ... Yoona, Calysta, atau siapa pun yang pernah ada di masa lalu suami saya. Mau kalian punya seribu cerita sekalipun, itu urusan kalian. Saya berdiri di sini sebagai istrinya, dan ikatan kami berdasar pada hukum agama dan negara. Mau sejuta kenangan kalian pun, tetap saya pemenangnya. Titik!”Yoona tersentak, lalu tertawa kecil, sinis. “Istrinya? Hahaha … jadi kamu bangga banget jadi istri Devanka? Padahal jelas-jelas dia masih bisa digoda kapan aja. Kamu itu cuma pelengkap, Sayang. Bisa saja kamu bukan satu-satunya, tapi hanya salah satunya, kan?”Nayara berdiri dari kursinya, tegak menatap Yoona. Wajahnya pucat karena lelah, tapi sorot matanya tajam dan anggun. “Kalau memang

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 85. Memaksa Pulang

    Begitu mobil berhenti di depan villa, Devanka langsung turun. Gerbang terkunci rapat, lampu taman padam, dini hari benar-benar sepi. Ia cepat-cepat membuka pintu utama dengan kunci cadangan.“Semoga Nayara belum bangun,” gumamnya, meski nada suaranya berat, lebih seperti doa cemas.Langkahnya menapak tangga, jantung berdegup liar. Saat pintu kamar terbuka, pandangannya beku.Nayara tergeletak di lantai, bersandar lemah di tepi ranjang. Rambut berantakan, pipi basah bekas air mata, bibir pucat.“Nayara?!” suara Devanka pecah. Ia berlari, berlutut, mengguncang tubuh istrinya. Kulitnya dingin. “Astaga!”Ia buru-buru mengangkat Nayara ke ranjang, memeluk erat, lalu mencari minyak kayu putih di laci. Dengan tangan gemetar ia menggosokkan ke dada, leher, kaki istrinya. “Sayang, bangun … tolong buka mata.”Namun Nayara tetap terpejam. Hanya bibirnya bergerak kecil tanpa suara.Devanka panik. Ia meraih ponselnya—mati. Baterai habis. “Sial!” desisnya. Kakinya menginjak benda keras kala tak se

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 84

    Nayara duduk di ranjang dengan ponsel di tangan. Lampu kamar sudah diredupkan, selimut menyelimuti setengah tubuhnya. Kantuk sebenarnya mulai menekan matanya, tapi ia bersikeras menahan diri."Mas belum pulang juga, udah jam berapa ini? Apa urusannya se-urgent itu sampai nggak pulang-pulang?" gumamnya seraya mengusap mata memaksa untuk tetap terbuka.Ia menatap layar ponsel yang mati-nyala, jemarinya menggulir layar berulang tanpa arah. Sekadar membuka galeri, menatap foto mereka berdua. Senyum Devanka di sana membuat hatinya hangat, meski kini ada getir menyelip.“Aku mau kasih tahu kabar bahagia ini langsung ke Mas,” bisiknya, sambil mengelus perutnya yang masih rata. Napasnya tersendat, senyum tipis mengembang. “Aku hamil, Mas pasti seneng banget. Ah, tapi Mas malah nggak pulang-pulang.”Detik berikutnya, benda pipih itu bergetar di genggamannya. Notifikasi pesan masuk dari nomor asing. Alisnya bertaut bingung “Siapa ini jam segini?” gumamnya.Dengan jempol bergetar, ia membuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status