Setelah memastikan penampilannya sudah paripurna dan file untuk meeting siang ini sudah matang, Gea bergegas berjalan ke meja sang asisten, Fanny.
"Let's go, Fan. Kalau sampai Kita terlambat, bisa dipastikan lahar panas akan meluncur dari mulut Bapak Abizar yang terhormat," ujar Gea yang melenggang dengan anggun menenteng The Lady Di*r Bag hitamnya.
Fanny, hanya terkekeh mendengar ucapan bossnya itu. Sudah menjadi rahasia umum jika Abizar sangat galak, bahkan cenderung kejam pada Gea. Catat baik-baik ya! HANYA PADA GEA!
Abizar memang tegas, namun biasanya dia masih sopan dalam menunjukkan ketidaksukaannya pada sesuatu ataupun seseorang, kecuali pada Gea.
Sebenarnya Fanny penasaran dengan penyebab kekejaman Abizar pada boss cantiknya itu. Tapi dia tidak berani bertanya. Em ... terlalu pribadi sepertinya.
"Kamu ikut mobilku saja, Fan. Lumayan kita bisa sambil bergosip."
"Siap laksanakan Bu Boss, hehehe."
Gea memang cukup dekat dengan asisten kesayangannya ini. Ketika sedang bekerja memang mereka bersikap profesional layaknya atasan dan bawahan. Namun ketika di luar jam kerja, mereka seperti layaknya teman baik. Apalagi usia mereka hanya selisih satu tahun, alhasil connect banget omongan mereka.
"Bu Boss tau tidak berita hangat yang sedang beredar di kalangan staf Adinata Group?"
Nah, ini yang Gea suka setiap bersama Fanny. Banyak kabar tentang staf yang dia bisa korek dari asisten cantiknya itu.
"Apa?"
"Pak Abizar dikabarkan sedang dekat dengan salah satu staf Adinata Group."
DEGH!
Hati apa kabar hati? Kok rasanya seperti teriris pisau dapur ya? Pedih ...
Gea terdiam beberapa saat. Sel-sel otaknya mulai bergerilya mencari kiranya siapa staf Adinata Group yang dikabarkan dekat dengan Gibran itu?
Ah, seperti apa sih wanita yang sampai bisa membuat Abizar jatuh hati?
"Siapa wanita itu, Fan?" Gea sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya tentang sosok wanita yang dikabarkan dekat dengan Abizar.
"Saya juga belum tau pasti. Kabarnya dari devisi keuangan."
Devisi Keuangan? Siapa devisi keuangan yang masih muda, cantik, dan berpenampilan menarik?
Satu menit, dua menit, tiga menit, dan ... Aku belum juga mendapat jawabannya. Rasanya aku sudah tidak tahan untuk tidak bertanya lagi pada Fanny. "Siapa devisi keuangan yang cantik dan menarik, dan ... masih bujang?"
Fanny menautkan alisnya. Dia menatap heran ke arah Gea.
Dih, kenapa juga Bu Boss kepo begini? Kenapa Bu Boss seperti sangat terganggu mendengar berita kedekatan Pak Abizar dengan salah satu staf Adinata Group? Apa sebenarnya Bu Boss dan Pak Abizar memang ada hubungan khusus? Dia cemburu?
"Apa Saya perlu menyelidikinya, Bu Boss?" pancing Fanny.
"Tentu!" seketika jawaban itu meluncur dari mulut Gea. Direktur Pengembangan Bisnis Adinata group itu mengatakannya dengan tegas dan lugas.
Fannypun menahan tawanya. Sekarang dia yakin boss cantiknya ini memang sedang cemburu pada Abizar.
Melihat mimik wajah Fanny, Gea mulai tersadar dengan sikap anehnya. "Jangan berpikir macam-macam! Aku hanya ingin memastikan saja, benarkah ada wanita yang tahan dengan human macam Abizar itu?" Gea coba beralibi.
Dih ... memangnya aku berpikir yang macam-macam seperti apa Bu Boss? Hehehe. Orang kalau lagi cemburu memang ada saja alibinya.
"Em ... hanya ingin memastikan ya?" Fanny berakting seakan sedang berpikir keras. Gadis berwajah oriental itu mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu hasil fillernya dua bulan lalu. "Benar hanya ingin memastikan saja? Atau jangang-jangan ... " Fanny menggantungkan kalimatnya.
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan ... Bu Gea cemburu, hehehe."
"Dih ... siapa yang cemburu! Aku 'kan sudah bilang, hanya ingin memastikan, Fan."
HAHAHA. Fannypun tertawa terbahak-bahak. "Ya ya ya, hanya ingin memastikan. Nanti Saya akan cari tahu siapa wanita itu. Supaya makin afdol kecemburuan Bu Boss, eh rasa penasaran Bu Boss maksud Saya."
Boss cantiknya ini lucu juga ternyata kalau sedang cemburu. Pantas saja sedari awal masuk mobil mewahnya, duduknya blingsutan. Fanny pikir Gea sedang menahan pipis, ternyata oh ternyata, dia sedang terbakar api cemburu.
Sepanjang perjalanan, Gea memang tampak tidak bisa duduk dengan tenang. Pikirannya tentang sosok yang dikabarkan dekat dengan Abizar benar-benar membuatnya gelisah. Sel-sel otaknya menerka-nerka siapa kiranya staf keuangan yang potensial menjadi wanita idaman Abizar.
Apa aku perlu menanyakan langsung pada Tante Lexie?
Lexie Trihapsari, direktur keuangan Adinata Group yang. Janda cantik berusia 40 tahun itu cukup dekat dengan Gea. Ketertarikannya tentang dunia makeup dan skincare membuat Gea sering mengajaknya berdiskusi tentang pruduk-produk Adinata Cosmetics. Bahkan Lexie bertindak sebagai komentator tetap untuk semua produk Adinata Cosmetics yang akan diluncurkan.
Bersama Audrey, Livy, Luna, dan Tiara, dia menjadi komentator terpedas namun terjujur dan terbermanfaat karena selalu memberikan masukan yag membangun bagi setiap produk Adinata Cosmetics.
Em ... tanya tidak ya tentang wanita si Abizar ke Tante Lexie? Tanya ... tidak ... tanya ... tidak?
Ah, kalau aku menanyakannya pada Tante Lexie, nanti dia pasti berpikir yang macam-macam. Dia 'kan sangat jeli setiap melihat sesuatu. Kalau dia tau alasan kekepoanku, tengsin 'kan Aku.
Eh, tapi memangnya apa alasan kekepoanku?
Hati, jangan bilang kamu masih mengharapkan Abizar? NO! STOP HATI! STOP!
Sambil melenggang dengan cantik dari mobilnya menuju meja di restoran tempat meeting akan diadakan, hati Gea terus melafalkan mantra "Stop Hati, jangan lagi ada rasa sayang apalagi cinta pada human dengan dendam salah alamat bernama Abizar Belver Permadi!"
"Anda telat 3 menit."
DEGH!
Terdengar suara bariton Abizar menyambut kedatangan Gea dan Fanny.
Dasar gadis manja! Mentang-mentang perusahaan milik kakek moyangnya, dia seenak udel datang ke meeting penting semacam ini.
"Maaf," ujar Gea sesopan mungkin. Walau sebenarnya dia sangat dongkol, tapi apa daya, banyak orang di sekitar mereka saat ini.
Coba seandainya kami hanya berdua saja, beh ... sudah aku cocol mulut pedas Abizar dengan sambal kecombrang buatan Oma Aline, mertua Om Gibran.
"Saya harap lain kali ini tidak terulang lagi. Tidak ada lagi keterlambatan, Nona Muda Kiswoyo." Setiap kata diucapkan Gibran dengan penuh penekanan.
"Saya usahakan, Pak Abizar. Sekali lagi mohon maaf siang ini untuk ketidaknyamanannya." Gea tetap menampilkan sisi classy seorang Nona Muda. Tidak ada raut muka marah, tidak ada kalimat keji, apalagi nada suara beroktaf tinggi.
Dengan anggun dia mengajak Fanny untuk segera duduk di kursi yang sudah disediakan. Di sisi kanan mereka tampak Anwar, direktur operasional Adinata Group bersama asistennya, Melati. Sedangkan di sisi kiri mereka, tampak Brian, Direktur Adinata Properties, didampingi Kinan, sang asisten. Di sebelah Kinan tampak Lexie, direktur keuangan Adinata Group, didampingi Dayu, asistennya.
Dan ... di tepat di hadapan Gea, tentu saja ada sosok kejam Abizar yang menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi.
Kenapa sih baru saja duduk, sudah harus membuat hati anak perawan dongkol! Dasar perjaka tua! Pantesan sampai umur 30 tahun masih aja jomblo! Eh, tapi kata Fanny dia 'kan sedang dekat dengan salah satu staf keuangan. Cih, siapa sih wanita itu?
Kedua tim menikmati makan siang terlebih dulu sebelum berdiskusi tentang mega proyek mereka di Bali. Sesekali Abizar tampak menatap ke arah Gea. Bukannya Gea tidak tau, tapi lebih tepatnya dia memilih tidak peduli.Di lain sisi, Abizar sedang berusaha melenyapkan semua pikiran kotor yang tiba-tiba muncul ketika melihat Gea datang dengan gincu merahnya.Sial! Bibir ranumnya damage sekali untukku. Lagian kenapa dia harus menggunakan lipstick merah merekah seperti itu sih? Belum lagi leher jenjangnya. Astaga! Aku bisa hilang kendali jika terus seperti ini.Abizar terus berusaha mengendalikan lonjakan hormon testosteronnya. Pria tampan itu mencoba tidak menatap bibir dan leher Gea. Namun entahlah, rasanya dua area itu menjadi magnet tersendiri bagi mata Abizar."Warna lipstickmu sexy sekali hari ini," bisik Lexie."Makasih, Tante. Ini ide Tante Audrey," balas Gea yang juga berbisik."Ide Bu Audrey sepertinya berhasil.""Berhasil? Maksud Tante?" tanya Gea kebingungan."Sedari tadi Pak Abiz
"Devisi pengembangan bisnis rasanya juga tidak perlu ikut ke Bali. Cukup devisi operasional dan Tim dari Adinata Properties," ujarku meniru cara Tante Lexie menolak secara halus untuk ikut serta pada survey lapangan ke Bali. Lagipula malas sekali harus ke Bali dua hari bersama Abizar. Cuih! Bisa-bisa aku jadi bulan-bulanan si pendendam salah alamat itu."Mungkin untuk devisi keuangan tidak masalah jika tidak ikut. Kita bisa mendiskusikan masalah keuangan setelah survey dari Bali. Namun untuk devisi pengembangan bisnis, Saya rasa lebih baik ikut, Bu Gea," ujar Wahyu, salah satu Tim Abizar yang lain.Gea sontak mengerutkan dahinya. Hal ini sepertinya bisa dibaca oleh anggota rapat yang lain."Mohon maaf jika kurang berkenan, Bu Gea. Namun Saya rasa devisi anda memang harus ikut untuk melihat lokasi di sekitar mega proyek kita ini. Saya dengar masih banyak lahan kosong di sekitar proyek Kita ini. Saya rasa bisa menjadi peluang bisnis yang lain untuk Adinata Group terutama Adinata Propert
Seminggu berlalu dari meeting antara Adinata Group dengan PT Jaya Nuansa Permadi. Gea baru saja memasukkan pakaiannya ke koper untuk perjalanan bisnisnya ke Bali besok.Tak lama dia segera turun ke lantai satu rumah keluarga Adinata. Sudah ada papa dan mamanya yang sedang menunggunya untuk makan malam. Sedangkan Luna, sang adik, sedang makan malam bersama sahabat-sahabatnya di restoran barunya yang dia rintis bersama tante kesayangan mereka, Audrey."Besok berangkat ke Bali jam berapa, Kak?" tanya Livy pada anak sulungnya itu."Pesawat jam 9 pagi.""How long di Bali?" kini giliran Nathan yang bertanya."Dua hari," jawab Gea tidak antusias.Ya ... ini adalah perjalanan bisnis yang paling tidak dia harapkan selama dia berkarir di Adinata Group. Apalagi kalau bukan karena Abizar si pendendam salah alamat yang juga ikut dalam perjalanan bisnis kali ini.Tak banyak percakapan antara Gea dan kedua orang tuanya malam ini. Selesai makan malam, Gea segera beranjak ke teras rumah mewah itu.Gea
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, dan tidak ada tsunami, tiba-tiba Abizar sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Gea pagi-pagi buta. Sejujurnya tidak hanya Gea, bahkan Nathan dan Livy juga terkejud. Apalagi ketika mengetahui kedatangan Abizar kali ini untuk menjemput Gea. Ternyata anak dari salah satu sahabat mereka itu hendak mengajak Gea berangkat bersama ke bandara pagi ini."Tante sudah membuatkan kopi kesukaanmu. Ayo diminum dulu!" ujar Livy seraya menyajikan kopi buatannya."Terima kasih, Tante Livy," balas Abizar yang kemudian menikmati kopi buatan mama mantan cemcemannya itu.7 tahun lalu Abizar cukup sering datang ke rumah ini. Dan kopi racikan Livy merupakan salah satu minuman favoritnya. Biasalah, resep contekan dari Audrey si pengusaha cafe, hehehe.Sambil menunggu Gea selesai bersiap, Abizar berbincang santai dengan Nathan dan Livy. Rasanya seperti baru kemarin setiap akhir pekan dia ke rumah ini untuk melepas rindu dengan Gea sambil menikmati secangki
"Kenapa abang tiba-tiba menjemputku pagi ini?" tanya Gea tanpa basa-basi."Untuk memastikan Kamu benar-benar ikut hari ini ke Bali."Dih, kenapa Abizar obsesi sekali membuatku ikut ke Bali? Sampai-sampai dia harus menjemputku segala. Sepertinya dia memang merencanakan sesuatu selama di Bali nanti. Aku benar-benar harus awas dan waspada dangan pria ini!Tak lama seorang pramugari sudah menyajikan sarapan pagi kedua anak Konglo itu. Keduanya sama-sama khusyu' dengan makanan mereka masing-masing, sampai akhirnya ...."Ck, bulan depan sudah umur 25 tahun, tapi makan aja masih blepotan, gumam Abizar seraya membersihkan salah satu sudut bibir Gea.DEGH!Jantung apa kabar Jantung? Kok detaknya kencang sekali? Aelah ... baru juga diseka sudut bibirnya. Jangan norak deh, Jantung!Tapi bentar deh, apa Kata Abizar barusan? Bulan depan sudah umur 25 tahun? Setdah, dia ingat tanggal ulang tahunku?Geapun tersipu malu. Jantungnya kembali kebit-kebit tidak karuan. Ya ampun, gini ini yang membuat sul
Sesampainya di area proyek, mereka segera meninjau beberapa titik yang menjadi kendala dalam rencana pembangunan. Mereka mencatat dengan seksama permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan muncul selama pembangunan. Kemudian hal-hal tersebut akan mereka diskusikan besok pagi selepas sarapan. "Princess kepanasan?" ledek Abizar yang melihat Gea sibuk menyemprotkan sunblock ke wajahnya. Abizar tau betul, putri sulung Nathan dan Livy itu memang sangat tidak suka dengan terik sinar matahari di atas jam 9 pagi. Bisa membuat kulitnya rusak katanya. "Kenapa? Abang juga kepanasan? Sini aku semprotkan sunblock juga. Nanti kulit indah Abang rusak loh!" Tangan kiri Gea menutup mata Abizar, sedangkan tangan kanannya menyemprotkan sunblock spray ke wajah Abizar. Kemudian dengan talaten dia menepuk-nepuk lembut wajah mantan cemcemannya itu. Sontak semua mata yang ada di sekitar mereka melirik ke arah dua anak konglo itu. Bahkan Brian sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Gea yang dengan be
Seperti yang sudah direncanakan, kamar Gea dan Abizar saling terhubung melalui connecting door. Hanya mereka berdua, Fanny, dan Deo yang mengetahui fakta ini.Tentu anggota tim yang lain menganggap permintaan kamar dengan connecting door pada meeting kemarin hanya celetukan asal dari kedua anak konglo ini. Jadi jangan sampai mereka juga tau kalau sebenarnya itu bukan hanya candaan. Kalau tidak? Beh ... bisa dipastikan kedua orang tua mereka juga akan tau. Dan bisa-bisa kedua orang tua mereka menikahkan mereka SEKARANG JUGA!Setibanya di kamar, Ada rasa gelisah di hati Gea. Apalagi Abizar sudah berpesan untuk tidak saling mengunci connecting door yang menghubungkan kamar mereka.Gea memang mengiyakan namun dengan syarat harus memberitau melalui telepon atau pesan W* jika hendak menggunakan connecting door tersebut.Bukannya apa-apa! Takut-takut ternyata Gea sedang telanjang bulat atau setengah bulat terus piye? Malu-malu mau nanti 'kan mereka berdua, hehehe.Saat ini Gea sedang berenda
"Ayo!" ajak Abizar yang sudah menunggu Gea bersiap daritadi. Wajah Abizar sedikit tertekuk. Bagaimana tidak, setelah tadi harus menunggu Gea yang sedang berendam sambil konser tunggal, dia kembali harus menunggu mantan cemcemannya itu berganti pakaian dalam waktu yang cukup lama, menurut Abizar. Menurut Gea sih tidak. 25 menit Gea berada di kamar mandi untuk bersiap. Setelah memakai pakaiannya, dia masih disibukkan dengan merapikan alis dan memakai crayon eyeliner andalannya. Belum lagi memoles blush on dan gincunya. 25 menit rasanya wajar untuk seorang wanita bersiap diri, bukan? Saat ini nona muda keluarga Adinata itu sudah tampil cantik dengan makeup natural ala Gea Liberty Kiswoyo. Alis yang hanya disikat dengan eye brow brush, kelopak mata yang digambar dengan eyeliner tipis berwarna dark brown, bibir yang diolesi gincu berwarna pink mauve dipadukan dengan pipi yang sedikit diwarnai dengan blush on berwarna senada dengan gincunya. Penampilannya disempurnakan dengan dress selutu