Seperti yang Abizar perkirakan, hanya butuh waktu singkat bagi Gibran membuat Bima segera bertekuk lutut. Gibran dan orang-orang kepercayaannya sudah menjalankan misinya dengan sangat apik. Kini mereka tinggal memetik hasil dari pergerakan mereka selama beberapa hari terakhir. Gibran sudah meminta Abizar membuat janji temu dengan Bima di kantor Abizar sianh ini. Gibran ingin segera menyelesaikan semua permainan kotor Bima yang sangat merugikan keponakan kesayangannya. Suami Audrey itu akan memastikan dengan mata, telinga, dan mulutnya sendiri bahwa Gea tidak akan lagi mengalami kesulitan apapun karena kelakuan di luar nuril Bima. "Bagaimana bisa dia terlambat di sebuah pertemuan bisnis?" Gibran menggerutu ketika sudah tiga pulu satu menit dirinya duduk tampan di sofa ruang kerja Abizar namun Bima belum juga datang. Di sebelah Gibran sudah ada Tian, sang asisten kepercayaan yang duduk tampan mendampinginya. Sedangkan si empunya ruangan duduk di hadapan keduanya. "Benar-benar human
"Kasus penipuan dengan angka belasan milyar, penyuapan seorang pejabat untuk memuluskan binis kelapa sawit, dan ..."Abizar sengaja menggantungkan kalimatnya. Memberi waktu pada kedua matanya untuk mengamati Bima dengan seksama.Terkejud, itulah hal pertama yang Abizar tangkap dari Bima saat ini. Selanjutnya cemas dan khawatir. Dua hal itu juga tampak di sorot mata sepupu Melly itu.Abizar tentu sangat menikmati pemandangan di hadapannya. Keangkuhan Bima perlahan memudar setelah dia memaparkan dua fakta perihal kartu hitam Bima dan keluarganya.Ini baru kartu hitam pertama dan kedua, belum juga Abizar menyampaikan kartu hitam ketiga. Bisa dibayangkan bagaimana piasnya Bima ketika bom atom berupa kartu hitam ketiga itu dilempar Abizar padanya.Bayangan bagaimana liciknya Bima memperlakukan Gea tujuh tahun silam membuat Abizar bertekad untuk membalas apa yang dirasakan istrinya itu. Dan pembalasan itu akan ia mulai hari ini.Bima sendiri jantungnya memang sudah mulai bertalu-talu. Dua c
"Saat itu kami benar-benar tidak bisa lagi membohongi perasaan kami. Gue dan Gea ... saling mencintai."BZZZTTT!Mendengar prolog yang disampaikan Bima, Abizar sontak menyemburkan kopi yang hendak ia telan.Benar-benar sudah tidak waras human di hadapannya ini. Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa dia dan Gea dulu saling mencintai. Ketara sekali mantan kekasih adiknya itu sedang berencana untuk mebohonginya!Ah, kenapa juga dulu Reksa bisa jatuh cinta dengan human macam Bima! Human yang sangat tidak berkualitas! Gerutu Abizar dalam hati.Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa dulu sang adik terbima-bima. Okelah wajah pria itu memang tampan, tapi kelakuannya sangat memalukan!Lagipula kalau cuma hanya tampan, masih banyak pria lain di luar sana, bahkan yang jauh lebih tampan dari Bima. Kenapa bisa Reksa sampai harus mengalami kesakitan yang luar biasa hanya karena human macam Bima! Menyedihkan sekali!Abizar benar-benar miris setiap mengingat nasib malang Reksa. Apalagi alasan d
"Untuk apa saya harus menelpon Melly?" Bima menatap bingung ke arah Gibran. Dia tidak paham dengan maksud dan tujuan CEO Adinata Group itu memintanya menghubungi sang sepupu. Apalagi perihal proyek di Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar. Rasanya tidak ada kaitannya dengan Melly.Astaga, jangan - jangan ..."Lakukan sekarang!" Belum juga Bima selesai merangkai beberapa hipotesa perihal alasan Gibran memintanya menelpon Melly, Gibran sudah memberi titah. Tampak sekali CEO Adinata Group itu sedang tidak ingin dibantah."Katakan bahwa kamu sudah selesai membicarakan perihal proyek Kemang itu bersama Abizar. Sampaikan bahwa Abizar bersedia mundur dari proyek itu."Bima awalnya menolak. Menurutnya tidak ada kaitannya antara sepupu cantiknya itu dengan proyek Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar.Namun Gibran terus mendesak agar Bima mau melakukannya. Alhasil Bimapun menurut. Dia mengikuti apa yang dititahkan oleh anak laki-laki satu-satunya Keluarga Adinata terseb
"Selamat pagi, Pak Gibran," sapa Gea ketika memasuki ruang kerja Gibran Maharsa Adinata, CEO Adinata Group.Saat sedang di kantor, Gea bukanlah keponakan kesayangan Gibran, melainkan anak buahnya. Oleh karena itu Gea selalu memanggilnya dengan sebutan 'Bapak'."Selamat Pagi, Ge," balas Gibran seraya berjalan ke arah Gea. "Kalau pintu ruang kerja Om sudah ditutup, artinya Om boleh dong peluk keponakan cantik Om." Gibranpun memeluk Gea, keponakan kesayangannya yang kini sudah beranjak dewasa.Gea Liberty Kiswoyo, Direktur Pengembangan Bisnis Adinata Group. Anak pertama pasangan Nathan Kiswoyo dan Livy Diandra Adinata. Sosok perempuan muda yang cerdas dengan paras yang cantik.Visual Gea benar-benar sempurna di mata pria maupun wanita. Countur wajah yang feminim dengan bibir ranum yang berisi, serta ukuruan buah dada yang ... ehem, lumayan menggemaskan. Dipadukan dengan pinggang ramping dan kaki jenjangnya, membuat visual Gea begitu indah dipandang. Apalagi ditambah dengan kecerdasan yan
- Flashback ON -Tiara tampak panik ketika membaca pesan yang baru saja masuk di layar ponselnya. "Ge, si Reksa tertabrak mobil.""Tertabrak Mobil? Dimana? Dan bagaimana kondisinya sekarang?" Sontak Gea tak kalah panik dari Tiara.Siang itu Gea dan Tiara sedang menikmati lemon cake di salah satu cabang Alina Gump, kedai cake dan kopi milik Tante kesayangannya, Audrey. Mereka sedang menunggu kedatangan Reksa. Namun betapa kagetnya ketika Tiara mendapat kabar bahwa salah satu sahabatnya itu tertabrak mobil ketika hendak menyebrang."Di depan lapangan basket dekat komplek sekolah. Abang gue kebetulan baru kelar main basket di situ, jadi dia menyaksikan langsung kejadian itu. Sekarang Reksa sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Permai Utama."Rumah Sakit Permai Utama? Bukannya itu Rumah Sakit milik Tante Shabina, sahabat Tante Audrey? Baguslah, berarti tidak jauh dari sini. Jadi aku dan Tiara bisa segera menyusul Reksa."Menurut kabar dari abang gue, Reksa masih dalam kondisi tidak s
Setelah menunggu 10 menit, akhirnya burritos kesukaan Gea dan Tiara sudah tersaji di meja. Kedua gadis cantik itupun segera menikmati sajian makan siang mereka. Sesekali Tiara menceritakan beberapa hal. Mulai dari pekerjaannya, sampai beberapa fashion item terbaru dari brand favorite mereka, namun ... sepertinya Gea kurang antusias mendengar ceritanya. "Ge ... " "Hem ... " "Hari ini Lo gak asik deh!" protes Tiara sambil memajukan bibirnya 5cm. "Lo diam mulu daritadi. Kesel banget gue jadinya!" Gea yang mengajak makan siang bersama, eh malah Gea sendiri yang tampak tidak berminat. Dasar jiwa-jiwa jomblo labil! "Sorry, Ti," Geapun merasa bersalah pada sahabat gesreknya itu. "Gue masih kepikiran besok. Bayangin deh, gue harus ketemu Bang Abizar, di meeting resmi pula. Gimana ya jadinya nasib gue besok?" Bete sekali kalau mengingat jadwal pertemuan besok. Apalagi membayangkan human satu itu akan gentayangan di kehidupanku dalam beberapa bulan kedepan karena proyek yang harus kami s
Sebuah range rov*r hitam berhenti di lobby utama kantor pusat Adinata Group. Tampak seorang wanita cantik dengan kemeja satin berwarna hitam yang dipadukan dengan celana berwarna senada keluar dari mobil itu. Dia melenggang ke arah lift khusus para petinggi Adinata Group. "Selamat Pagi, Nona Gea," terdengar suara dari arah belakang Gea. Suara yang sangat dia hafal, suara yang sudah didengarnya sejak masih bayi. Suara bariton Sang CEO Adinata Group. "Selamat Pagi, Pak Gibran," balas Gea seraya menyunggingkan senyumnya. "Hari ini cantik banget sih ibu direktur pengembangan bisnis Adinata Group," terdengar suara yang juga tidak kalah familiar dengan suara Gibran. Ya ... siapa lagi kalau bukan, Audrey Liliana White, istri tercinta Gibran. "Cantikku setiap hari kali, Te," ujar Gea seraya menyelipkan beberapa anak rambutnya di belakang telinganya. "Tiap hari memang cantik, tapi hari ini cantik banget, bukan sekedar cantik seperti hari-hari yang lain," gumam Audrey seraya memindai penamp