LOGINBAB 4
“Ini baru permulaan,” bisik Ratna pelan. “Musuh belum menunjukkan kekuatannya.” Ia menarik napas panjang, memejamkan mata, lalu melafalkan doa ringan. Dalam sekejap, Singa Putih muncul dalam wujud manusia tegap dengan mata tajam dan aura kepemimpinan yang kuat. “Kalian harus fokus,” ujarnya tenang. “Pasukan bayangan akan menyerang kota malam ini. Aku akan membimbing Ratna, tapi kalian semua harus siap.” Ratna mengangguk. Mereka duduk bersila, menyusun strategi. Ratna memimpin di garis depan, Arga dan Nanda menjaga sayap kiri-kanan, sementara Rani bertugas melindungi warga dan memulihkan energi jika diperlukan. Singa Putih menatap langit malam. “Jangan anggap remeh. Ini hanya ujian kecil. Tapi aku bisa merasakan mereka terhubung dengan dalang besar di balik tirai kegelapan. Kalian harus bertahan sampai fajar.” Suara gemuruh tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Bayangan-bayangan gelap meluncur di antara jalan, menyerupai sosok humanoid dengan mata merah menyala. Mereka menebar teror, menumbangkan tiang, menjerumuskan manusia ke dalam kekacauan. “Mereka datang!” seru Arga, mengangkat tombaknya yang bercahaya putih. Ratna memutar pedangnya, menciptakan lingkaran cahaya yang menahan sebagian makhluk gelap itu. “Jangan biarkan mereka menembus ke pusat kota! Warga harus aman!” Nanda melancarkan mantra penghalang. Cahaya biru membentuk dinding tipis di sekitar mereka. Rani berlari menolong warga yang panik, menenangkan sekaligus menarik mereka menjauh dari bahaya. Satu makhluk gelap melompat ke arah Ratna. Tubuhnya seperti kabut padat dengan cakar tajam. Benturan pertama membuat pedang Ratna bergetar. Ia menahan napas, memusatkan energi gelang. Cahaya di pedangnya menyala terang, menebas makhluk itu hingga berubah jadi asap hitam. Namun asap itu disedot oleh bayangan yang lebih besar di belakangnya. “Mereka tak datang sendirian,” desis Ratna. Singa Putih menepuk bahunya. “Tenanglah, Pewarisku. Gunakan gabungan doa dan pedang. Jangan biarkan takut menguasaimu.” Ratna mengangguk. Makhluk lain datang lagi, lebih besar, dengan wajah menyeramkan dan aura dingin menekan. Ia memutar pedang, menebas cepat, tapi tubuhnya mulai lelah. Energinya terkuras, napas memburu. Arga dan Nanda menyerang dari sisi lain. “Jangan mundur! Kita bertahan untuk warga!” Sementara itu, Rani mengangkat tangannya, mengucap doa. Cahaya putih keluar dari telapak tangannya, melindungi seorang warga dari serangan jin kecil. Ia berhasil, tapi wajahnya pucat. Ratna menatap pedangnya. Tubuhnya gemetar, tapi ia menolak menyerah. Ia menarik napas panjang, merasakan denyut gelang di pergelangan. “Bangkitkan energi leluhurmu,” bisik Singa Putih. “Percayalah pada dirimu.” Cahaya dari gelang menyebar ke seluruh tubuhnya, lalu ke pedang. Dengan satu ayunan kuat, Ratna menciptakan gelombang cahaya yang menyingkirkan banyak makhluk sekaligus. Namun di kejauhan, sosok berjubah hitam berdiri di atas gedung tinggi. Matanya merah, senyumnya dingin. “Pewarisku akhirnya bergerak. Bagus... tapi malam ini, aku kirimkan Tangan Kanan Raja Jin.” Bayangan tebal turun menutupi kota. Di langit, sosok tinggi dengan jubah berkibar muncul, matanya merah menyala. Aura gelapnya begitu kuat hingga udara di sekitar perguruan terasa berat. Ratna menatap sosok itu tanpa berkedip. “Jadi kau dalangnya?” Suara serak menggema dari atas. “Aku adalah Tangan Kanan Raja Jin. Malam ini, kau akan merasakan ketakutan sejati.” Sekejap kemudian, ribuan bayangan kecil meluncur ke arah perguruan. Angin berputar, jeritan terdengar di penjuru kota. “Pertahankan formasi!” seru Ratna. “Aku akan hadapi pusat bayangan itu!” Singa Putih berdiri di sisinya, wujudnya setengah cahaya. “Fokus pada doa dan kendali batin. Jangan biarkan amarah memimpin.” Ratna mengangguk. Saat Tangan Kanan melesat ke arahnya, pedang cahaya memancarkan sinar putih yang menahan sebagian serangan. Tapi sebagian menembus, melukai lengannya. “Bismillahirrahmanirrahim...” desis Ratna pelan. Pedangnya berpendar kuat, menciptakan dinding cahaya yang mementalkan beberapa bayangan. Arga dan Nanda ikut menyerang, sementara Rani membantu warga di sisi lain. Namun Tangan Kanan tersenyum dingin, menghilang lalu muncul di belakang Ratna. Serangan tiba-tiba memaksanya berbalik cepat. “Hahaha... kau hanya pewaris setengah matang,” ejeknya. Ratna terhuyung, darah menetes di lengan. Tapi Singa Putih menepuk bahunya. “Fokus. Rasakan darah leluhurmu mengalir. Kau tak sendiri.” Ratna menutup mata sejenak, lalu memusatkan seluruh energi dan doa. Gelang Wira Pradana berpendar hebat, pedangnya menyatu dengan aura tubuhnya. Ia membuka mata dengan tatapan tajam. “Aku pewaris darah leluhur! Aku tidak akan tunduk!” Satu tebasan kuat memecah udara. Cahaya dan kegelapan bentrok keras. DUARR!! Ledakan cahaya memantul ke langit, membuat seluruh kota berguncang. Sebagian bayangan lenyap, sebagian masih berputar di sekitar perguruan. Di kejauhan, Tangan Kanan Raja Jin tersenyum. “Bagus… ternyata kau bukan pewaris lemah. Tapi malam ini baru permulaan.” Ratna menggenggam pedangnya lebih erat. Napasnya berat, tapi matanya membara. Ia tahu, pertempuran sebenarnya baru dimulai. “Malam ini baru permulaan.” Suara dingin itu menggema di udara, dan Ratna menatap langit gelap di atas perguruan.Epilog Hari itu, udara cerah, matahari hangat menyelimuti halaman tempat Ratna dan Arga mengadakan pernikahan mereka. Bunga-bunga berwarna-warni tertata rapi, dan aroma harum memenuhi seluruh ruangan.“Sayang, kamu terlihat… luar biasa,” bisik Arga, menggenggam tangan Ratna sambil tersenyum malu.Ratna menatapnya, pipinya memerah. “Kalau aku terlihat luar biasa, itu karena aku tidak perlu menahan diri di depanmu, mas.” jawabnya sambil menahan tawa.Sementara itu, Rani berdiri di dekat Nanda, tersenyum lebar. “Aku tidak percaya akhirnya kita menikah juga... dan tanpa drama besar!”Nanda mengangkat alis, pura-pura mengeluh. “Drama? Tidak ada drama? Jangan salah, aku sempat panik waktu kamu hilang di tengah persiapan pesta ini.”Rani menepuk bahu Nanda dengan lucu. “Itu bukan drama, itu... ketegangan yang bikin greget!”Di sisi lain, teman-teman mereka tertawa melihat interaksi itu. Ada yang berbisik, ada yang saling menggoda, menciptakan suasana penuh canda dan hangat.Ratna dan Arga b
Bab 140 “Ratna... kita tidak punya banyak waktu!” teriak Arga, suara penuh ketegangan namun sarat keberanian. Matanya menatap pusaran energi gelap yang kini mendekat dengan cepat, siap menghancurkan segala yang menghalangi.Ratna menggenggam tangannya erat, jantungnya berdegup kencang. “Aku... aku siap, Arga. Bersama... kita bisa menghadapinya.”Singa Putih berdiri di belakang mereka, bulunya bercahaya lebih terang dari sebelumnya. Suaranya bergema di seluruh dimensi.“Ini adalah ujian terakhir. Pewaris utama, hati dan keberanianmu akan menentukan nasib hidup, dan Penjaga... kau harus membuktikan kesetiaanmu.”Arga menundukkan kepala, menempelkan keningnya ke Ratna. “Aku tidak akan membiarkanmu jatuh. Tidak sekarang, tidak nanti. Bersama... selamanya.”Ratna tersenyum tipis meski hatinya bergetar. “Kalau begitu... ayo kita lakukan.”Mereka melangkah ke pusat pusaran cahaya, dan dunia di sekeliling berubah drastis lantai memantulkan cahaya kristal cair, langit-langit berubah menjadi
Bab 139 “Ratna... apakah kau siap menghadapi yang paling sulit?” suara Arga terdengar tegang, tapi sarat dengan keyakinan. Matanya menatap Ratna seolah ingin menyalurkan seluruh keberaniannya ke dalam hati perempuan itu.Ratna menatap pusaran cahaya di depan mereka, dadanya berdebar kencang. “Aku... aku tidak tahu seberapa kuat aku. Tapi... selama kau di sini, aku bisa menghadapi apapun.”Singa Putih berdiri di samping mereka, tubuhnya bercahaya putih keemasan, menimbulkan getaran energi yang membuat lantai berkilau seperti air. “Inilah ujian terakhir. Pewaris utama harus melewati segel terakhir dan menghadapi pilihan yang menentukan kehidupan bukan hanya dirinya, tapi orang-orang yang dicintainya. Penjaga, kau juga diuji oleh ikatanmu dengan pewaris.”Arga menatap Ratna lebih erat, menundukkan kepalanya hingga kening mereka bersentuhan. “Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendiri. Tidak sekarang, tidak nanti.”Ratna tersenyum tipis, meski hatinya masih dipenuhi campuran takut dan
Bab 138 “Ratna... kau yakin kita harus masuk?” Arga menatap pusaran cahaya di hadapan mereka, wajahnya tegang namun mata memancarkan keyakinan.Ratna mengangguk, meski tubuhnya masih sedikit gemetar. “Aku tidak punya pilihan lain. Kalau ini jalan untuk menjadi pewaris utama… aku harus menghadapinya. Bersama... kau.”Singa Putih berdiri tegak di belakang mereka, bulunya memancarkan cahaya lembut namun tegas. “Langkah kalian ke dalam segel adalah awal dari ujian terbesar. Hati yang goyah akan runtuh, namun yang tulus akan menemukan kebenaran.”Arga menggenggam tangan Ratna lebih erat. “Aku tidak akan melepaskanmu. Sekuat apapun ujian itu.”Ratna tersenyum tipis, pandangannya memantul di pusaran cahaya. “Aku tahu... dan itu membuatku kuat.”Dengan satu langkah mantap, mereka melangkah ke dalam pusaran. Seketika, dunia di sekeliling mereka berubah. Cahaya putih melingkupi tubuh Ratna dan Arga, membelai kulit mereka dengan sensasi hangat yang menenangkan sekaligus membuat jantung berdebar
Bab 137 “Kehidupan...?” Ratna mengulang kata itu pelan, suaranya bergetar, masih tercampur rasa takut dan kagum. Tubuhnya menegang saat cahaya Singa Putih berpendar lembut di sekeliling mereka.Arga menatap Ratna, wajahnya tegang. “Kehidupan siapa yang... yang harus dikorbankan?” napasnya tersengal, tetapi matanya tak lepas dari Ratna.Singa Putih menundukkan kepala, bulunya berkilau seperti salju yang berlapis cahaya emas. Suaranya bergema, berat, tapi jelas. “Yang dipertaruhkan adalah inti kehidupan pewaris utama. Pilihan ini tak dapat dihindari. Saatnya akan datang.”Ratna menggenggam tangan Arga erat, jantungnya berdebar tak menentu. “Arga... maksudnya aku akan diuji?”Arga menunduk, menempelkan keningnya ke Ratna. “Apa pun yang terjadi... aku di sini. Kau tidak sendiri.”Singa Putih berputar mengelilingi mereka, matanya bercahaya tajam, mengamati. “Kalian akan menghadapi sesuatu yang tidak pernah dibayangkan ketakutan, kesedihan, pengorbanan. Namun kekuatanmu, Ratna... akan mun
Bab 136“Ke mana?” suara Ratna keluar lirih, terputus oleh napas yang belum stabil.Singa Putih berdiri hanya beberapa langkah dari mereka, cahaya lembutnya berpendar di tubuh yang besar dan transparan. Lorong yang sebelumnya gelap kini diterangi aura keemasan yang menenangkan sekaligus membuat bulu kuduk berdiri.Arga memegang lengan Ratna, menahan tubuhnya agar tetap tegak.“Kalau kau pergi, aku ikut,” ucap Arga tegas, tatapannya tak bergeser dari makhluk megah itu.Singa Putih menoleh pelan, matanya yang berpendar seperti bara putih menatap Arga sejenak seolah menilai keberanian dan keteguhan hatinya.Lalu, suara bergemuruh itu kembali terdengar.“Ia datang sendiri. Namun jalanmu bersinggungan, Penjaga.”Arga mengerutkan kening. “Penjaga? Maksudmu apa?”Ratna menyentuh dada Arga, seolah menenangkannya.“Arga... mungkin ini tentang garis takdir yang dia maksud.”Singa Putih menggerakkan ekornya perlahan, dan aura kehangatan menyelimuti mereka.“Ikuti aku, Ratna.”Lorong bergetar per







