Share

Catatan Penulis

Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS.

Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian.

Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatkan penyakit ini.

HIV-AIDS bukan noda yang tak dapat dibersihkan. Mereka adalah manusia. Manusia yang berhak mendapat perlakukan yang sama dengan manusia lainnya. Berhak mencintai, dicintai, dipeluk saat menangis, atau dilayani ketika sakit.

Ada 38 juta orang di seluruh dunia yang mengidap penyakit ini. Tidak semua mendapat akses kesehatan yang memadai, baik dalam pemeriksaan ataupun pengobatan. Bukan karena mereka tidak berusaha mendapatkannya, tapi stigmatisasi menghancurkan usaha untuk sembuh. Anggapan negatif membuat mereka enggan bangkit dan berjuang untuk menjalani hidup yang berkualitas.

HIV-AIDS bukan hukuman mati. Mereka bukan mata pisau yang mengancam hidup kita. Tidak ada orang yang mau mendapatkan penyakit seperti ini. Tidak ada orang yang mau dengan sengaja tertusuk jarum yang mengandung virus, atau pula dilahirkan dari ibu yang menderita HIV-AIDS.

Jangan biarkan berlian-berlian yang tergenang lumpur ini ditenggelamkan dan disisihkan dari kita. Jangan menolak keberadan mereka. Jangan menyisihkan mereka. Sebab mereka adalah warna dari keberagaman, napas dari sebuah kehidupan, dan sahabat sejati kita yang menginjak bumi yang sama.

Dan....

Bila bubuk cabai yang ditebarkan ini masih kurang, penulis ini memiliki satu bab lagi untuk memeras air mata. Namun, bila para pembaca yang kusayang ini sudah lelah dengan air mata, maka berhentilah di sini, karena ini terlalu menyakitkan untuk dilanjutkan. Tanpa membacanya, kalian tidak akan lebih kesakitan lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status