Share

23. Haru

Benar saja, papa dan mama Nina sudah nongol di pintu depan. Membawa barang-barang Nina dan tidak lupa membawa sarapan.

"Pasti kamu belum masak kan, Nin?" sindir Mama saat mereka berdua menuju dapur.

Mampus gue, untung Nick gak denger. Mak gue kadang mulutnya udah kayak mertua di sinetron yah, sindirannya setajam silet. Batin Nina.

Nina hanya cengengesan mendengar kata mamanya. Nina segera membuatkan teh untuk sarapan bersama. Lalu membantu mama menyiapkan sarapan berupa lontong medan.

Dih, kirain masak. Taunya beli juga, batinnya lagi.

"Sebenarnya tadi mama udah masak, cuma ingat bawain kamu sarapan baru di jalan tadi." Mama seakan bisa membaca cemooh Nina meski hanya dalam hati, Nina jadi malu.

Mata Nina tak lepas dari Nick yang berada di sampingnya. Pria itu terlihat gusar, ia hanya mengaduk-aduk sarapannya.

"Makanlah, gak enak sama mama yang udah capek-capek bawain," bisiknya.

Padahal sebenarnya karena ia khawatir Nick masuk angin jika gak sarapan. Namun, hal itu cukup berhasil.
Syifa Aim Bine

Hm, kisah ini mulai menapaki berbagai problematika. Siap-siap 🤭

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status