Beranda / Rumah Tangga / Derita Istri Tak Diinginkan / Bukan Permintaan Maaf Biasa

Share

Bukan Permintaan Maaf Biasa

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 11:42:20

“Kau … benar-benar ….” Thania hanya bisa menunjuk wajah Melvin dengan tatapan tidak percaya.

Suaranya tercekat di tenggorokan. Matanya membelalak, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan campuran emosi yang sedang meluap dalam dadanya—amarah, kecewa, sekaligus kelegaan yang belum sepenuhnya menyentuh dasar hati.

“Sekali lagi aku minta maaf, Thania. Mungkin perbuatanku sangat tidak bisa ditolerir. Tapi, hanya itu saja kesalahan yang telah kulakukan padamu,” ucapnya, nyaris berbisik, seolah takut ucapannya akan memicu kemarahan yang lebih besar.

Thania memalingkan wajah, menatap kosong ke jendela di sisi ruang tamu tempat mereka berdiri.

Hatinya masih sakit. Luka karena tuduhan dan ketidakpercayaan yang sempat diberikan Melvin tidak mudah hilang begitu saja.

Ia menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya, lalu bertanya. “Kau tahu siapa yang sudah mengirimkan foto itu padamu?”

Mungkin ia berharap nama Archer yang disebut, seseorang yang sejak awal sudah mencur
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
astagaaa kalian knpa gak kunci dulu pintunya jadinya kepergok davian jga regina kan .wkwk Thania kau begitu baik memberikan kesempatan pada Melvin tapi ini mudah-mudahan jadi awal baik buat kalian
goodnovel comment avatar
Kania Putri
harap mudur balik kanan grak davian Regina anda akan membuat mata sakit oleh pemandangan lucnat wkwkw
goodnovel comment avatar
Kania Putri
syukurlah thania dan Melvin baikan nah gitu kasih kesempatan kedua semua cuma salah paham aja sih. tuh denger Melvin kalo lakukan kesalahan yg sama gak ada maaf kamu wkwkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sindiran Keras untuk Melvin

    “Kue buatan Regina?” Melvin mengerutkan kening sejenak lalu tersenyum tipis begitu melihat bentuk dan aroma khas kue yang terhidang di atas meja makan.Meskipun baru bangun dan rambutnya masih sedikit berantakan, nalurinya tidak salah menebak rasa manis yang satu itu.Ia melangkah lebih dekat, aroma kopi yang baru diseduh menyambut hidungnya, menambah kenyamanan malam itu.“Ya. Davian dan Regina datang kemari dan membawakan kue untuk kita,” jawab Thania sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapan suaminya.Melvin mengambil cangkir itu dan menyesapnya perlahan. Kepulan uap hangat mengepul dari bibir cangkir, dan rasa pahit manis kopi langsung membangkitkan semangatnya.“Terima kasih, Thania,” ucapnya tulus sambil menatap istrinya yang kini duduk di seberangnya.“Kopi buatanmu sangat enak dan pas,” sambungnya dengan pujian tulus dan seulas senyum hangat yang menghiasi wajahnya.Thania membalas senyuman itu sekilas, kemudian menunduk menyesap camomile tea miliknya. Tangannya membelai

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Jangan Mengkhawatirkan Kami

    “Kami datang kemari diminta oleh Papa, Thania,” ucap Davian, suaranya tenang namun penuh maksud.Tatapannya mengarah langsung ke mata Thania, seolah ingin memastikan bahwa maksud kunjungan mereka tidak disalahartikan.“Papa?” Thania mengernyit, menunjukkan ekspresi bingung. Dahinya mengerut, dan alisnya saling mendekat. “Kenapa memangnya?”Davian menghela napasnya panjang, seakan kalimat yang akan ia ucapkan sudah terlalu sering ia pikirkan sejak pagi.“Karena kalian masih perang dingin. Kau juga tidak mau memaafkan Melvin. Papa mengkhawatirkan hubungan kalian. Jadi, meminta kami datang kemari untuk memastikan bahwa kau masih di sini.”Thania sempat terdiam, lalu perlahan mengangguk-angguk seolah akhirnya mengerti. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, lalu terkekeh pelan, tawa kecil yang terdengar lega dan tulus.“Maaf, kalau sudah membuat kalian jadi cemas. Kami baik-baik saja,” ucapnya sambil tersenyum. Tatapannya lembut, bahkan ada semburat malu di wajahnya. “Dan aku juga

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Dari Perang Dingin, Menjadi Lebih Intim

    “Entah. Aku tidak tahu kalau mereka sudah baikan,” ucap Davian, bahunya terangkat ringan, meski wajahnya menampakkan sedikit keraguan.Ia lalu meringis pelan, seolah merasa bersalah karena sempat menyaksikan sesuatu yang seharusnya tak dilihat.Regina memutar bola matanya. “Astaga, Davian. Tapi tidak mungkin mereka berciuman seperti itu di ruang tengah kalau belum baikan. Kau lihat sendiri tadi, kan? Itu bukan sekadar ciuman basa-basi. Itu… ciuman sungguhan.”Davian menghela napas. Ia mencoba menyangkal apa yang jelas-jelas ada di depan matanya beberapa menit lalu, seperti seseorang yang berharap penglihatan sebelumnya hanyalah halusinasi sesaat.“Thania masih menggantung ucapannya saat aku memintanya memaafkan Melvin. Jadi aku ragu. Mungkin kita salah lihat. Siapa tahu… yang kita lihat tadi cuma pelayan?” katanya, meski kalimatnya sendiri terdengar sangat tidak meyakinkan.Regina menatapnya tajam, alisnya terangkat penuh ketidakpercayaan. “Pelayan? Yang punya tubuh seperti Melvin dan

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bukan Permintaan Maaf Biasa

    “Kau … benar-benar ….” Thania hanya bisa menunjuk wajah Melvin dengan tatapan tidak percaya.Suaranya tercekat di tenggorokan. Matanya membelalak, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan campuran emosi yang sedang meluap dalam dadanya—amarah, kecewa, sekaligus kelegaan yang belum sepenuhnya menyentuh dasar hati.“Sekali lagi aku minta maaf, Thania. Mungkin perbuatanku sangat tidak bisa ditolerir. Tapi, hanya itu saja kesalahan yang telah kulakukan padamu,” ucapnya, nyaris berbisik, seolah takut ucapannya akan memicu kemarahan yang lebih besar.Thania memalingkan wajah, menatap kosong ke jendela di sisi ruang tamu tempat mereka berdiri.Hatinya masih sakit. Luka karena tuduhan dan ketidakpercayaan yang sempat diberikan Melvin tidak mudah hilang begitu saja.Ia menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya, lalu bertanya. “Kau tahu siapa yang sudah mengirimkan foto itu padamu?”Mungkin ia berharap nama Archer yang disebut, seseorang yang sejak awal sudah mencur

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bukti yang Membuat Melvin Akhirnya Percaya

    “Apa lagi yang ingin kau jelaskan padaku, Melvin? Kau menceritakan kesalahpahaman itu pada Joana—yang jelas-jelas aku tidak pernah melakukannya! Semua itu fitnah! Tuduhan keji yang ingin menghancurkan nama baikku!” seru Thania dengan nada tajam yang menusuk udara sore itu.Matanya membara, suaranya bergetar karena amarah dan luka yang mengendap. Pipinya basah, bukan hanya oleh air mata, tetapi oleh harga diri yang tersayat oleh tuduhan yang bahkan tidak semestinya keluar dari mulut suaminya sendiri.Melvin berdiri kaku, wajahnya terlihat sangat lelah—bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Ia mengangguk perlahan, menahan gejolak yang berkecamuk di dadanya.Matanya tampak redup, seperti kehilangan kekuatan untuk membantah atau membela diri. Ia tahu, semua ini sudah telanjur salah. Dan ia tak bisa menarik kembali ucapan masa lalu yang telah menyakiti hati Thania.Tanpa banyak bicara lagi, ia menggamit pelan tangan Thania dan membukakan pintu mobilnya. “Ayo pulang,” ucapnya singka

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kekecewaan Thania

    “Tidak, tidak!” Joana menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Matanya membulat, dan air mata tampak menggenang di sudut matanya.Raut wajahnya berubah drastis—dari terkejut menjadi marah, dari tidak percaya menjadi histeris.“Tidaaak! Kau tidak mungkin telah menikah dengannya, Melvin!” pekiknya, suaranya menggema di seluruh ruangan, membuat udara mendadak menegang.Jesika, yang berdiri di samping putrinya, segera menarik Joana ke pelukannya. “Sayang, tenanglah. Melvin pasti bohong.” Nada suaranya terdengar lembut, tetapi penuh tekanan.Matanya yang awalnya menyimpan keterkejutan kini berubah menjadi tatapan tajam penuh kekecewaan.Ia menatap Melvin dengan sorot mata tajam dan penuh penghakiman. “Melvin. Apa maksudmu berkata seperti itu? Kau ingin membohongi kami?” tanyanya, suaranya tidak lagi selembut tadi, melainkan dingin dan menggigit.Melvin berdiri tegak, namun jelas terlihat dari wajahnya bahwa ia sedang menahan rasa tidak nyaman. Namun, ia tidak ingin mundur. Tidak sekara

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Langkah Awal

    “Kau sudah yakin dengan keputusanmu?” tanya Thania. Tatapannya menelisik ke arah Melvin, mencoba mencari kebenaran yang mungkin terselip di balik sikap tenangnya.Pertanyaan itu bukan sekadar formalitas. Itu adalah uji terakhir dari seorang istri yang pernah merasa dikhianati.Uji untuk memastikan bahwa langkah yang akan mereka ambil tidak dibangun dari rasa bersalah, tapi dari niat yang sungguh-sungguh.Melvin menganggukkan kepalanya dengan tegas.Matanya menatap lurus ke jalanan yang membentang di depan, namun nadanya penuh keyakinan saat ia berkata, “Ya. Aku sudah yakin. Lagi pula, sudah terlalu lama aku mengulur waktu dan membuat Joana jadi salah paham.”Thania diam. Pandangannya lurus ke depan, tapi pikirannya sibuk menelusuri masa lalu. Kata-kata Melvin tadi menancap dalam.Ia tahu, Melvin bukan orang yang mudah berbicara seperti ini. Selama ini pria itu lebih sering menyimpan semua di balik sikap keras dan dinginnya.Dan sekarang, ia mendengarnya bicara jujur. Tanpa topeng. Tan

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Akan Memberitahu Joana

    “Bagaimana, Thania? Kau mau kan, memberinya kesempatan kedua?” tanya Davian, memecah keheningan yang sudah cukup lama menyelimuti ruang rawat itu.Ia menatap Thania dengan penuh kesungguhan, berusaha membaca setiap ekspresi yang melintas di wajah wanita itu.Namun Thania masih terdiam, menunduk menatap selimut putih yang menutupi kakinya. Suasana menjadi hening kembali, hanya suara detak jam dinding dan alat medis yang terdengar samar menemani mereka.Akhirnya, perlahan-lahan Thania menoleh ke arah Davian. Matanya sendu, masih terlihat bekas air mata yang sempat ia hapus. Ia menatap Davian seolah mencari kepastian yang tak ia temukan dari orang lain.“Kau yang lebih tahu tentangnya, bukan?” tanyanya pelan. “Menurutmu, apakah dia benar-benar akan berubah?”Davian tak langsung menjawab. Ia menarik napas dalam-dalam, menundukkan kepalanya sejenak seakan mencoba mengumpulkan kata-kata yang tepat.Kemudian ia mengangguk perlahan. “Papa dan Mama selalu bangga padanya, meski sikapnya sangat

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bujukan Maut Davian

    “Ya. Aku akan menanggung semuanya, dan mereka juga tidak punya hak atasku hanya karena pernah menolongku waktu kecil. Uang, fasilitas, kendaraan, dan semua yang mereka butuhkan sudah dipenuhi oleh ayahku.”Ia mencoba menyembunyikan kegundahan hatinya di balik pernyataan yang terkesan dingin dan kaku.Namun, penuturan Melvin itu justru membuat Thania terdiam. Bukan karena tersentuh, melainkan karena hatinya sudah terlalu lelah untuk merasa apa pun lagi.Di wajahnya tidak tampak reaksi, tetapi di dalam hatinya, ada badai yang tidak berhenti bergemuruh.Tidak sedikit pun hatinya tergerak untuk memaafkan Melvin atas semua yang telah pria itu lakukan padanya. Luka yang ditorehkan Melvin terlalu dalam, dan luka itu belum sempat mengering.Ucapan Melvin yang barusan justru semakin menegaskan bahwa pria itu belum benar-benar memahami luka yang ia ciptakan.“Thania?” panggil Melvin kemudian, suaranya lirih, nyaris tak terdengar.Thania tidak segera menjawab. Ia hanya menatap kosong ke arah jen

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status