Home / Rumah Tangga / Derita Istri Tak Diinginkan / Wanita Murahan ini adalah Istrimu!

Share

Wanita Murahan ini adalah Istrimu!

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-04-26 03:54:11

“Selamat atas pernikahanmu, Thania,” sapa Arion dengan nada hangat, matanya menatap lembut ke arah Thania yang tengah berdiri di depan pintu ruang rapat menunggu Melvin.

Thania menoleh, kedua alisnya terangkat tipis. “Terima kasih, Arion,” jawabnya pelan sambil memeluk file di dadanya lalu menghela napas.

“Kenapa kau tidak datang di acara pernikahanku dua hari yang lalu?” tanya Thania ingin tahu.

Arion menghela napas sejenak, menunduk. “Maafkan aku, Thania. Ayahku tiba-tiba sakit, aku harus menemaninya ke luar kota kemarin malam. Kupikir masih sempat kembali, tapi jadwal penerbangan…” Suaranya tersendat, menahan rasa bersalah di sudut mulut.

Thania mengangguk pelan, sorot matanya penuh pengertian. “Aku mengerti, keluarga memang lebih penting.” Ia tersenyum, berusaha menutupi rasa kecewa kecil yang merayap di dada.

Arion melempar senyum tipis. “Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ia menepuk lembut pundak Thania sebelum melangkah mundur.

Mereka menoleh bersama ke arah seberang aula. Seorang pria tampak tegap, jas hitamnya tersemat rapi, wajahnya menatap lurus ke depan tanpa sekat emosi.

Melvin—bersama jajaran direksi perusahaan, berjalan mantap menuju ruang rapat yang akan dimulai beberapa menit lagi.

“Hei, sebaiknya kita masuk,” ujar Thania menahan pekikan gemuruh dari tamu lain yang mulai berbaris memenuhi ruang rapat.

Arion melirik sejenak ke arah Melvin, lalu membalas tatapan itu dengan senyum sopan yang nyaris meruntuhkan pilar ketegasan Melvin. “Silakan lebih dulu, Thania. Aku tunggu di dalam.”

Thania terdiam, hatinya berdegup cepat. Ada perasaan lega melihat Arion memberikan jalan, namun seketika terhalang oleh bayangan sosok suaminya.

“Baik,” ucapnya dan melangkah anggun masuk. Melvin menoleh dan sekilas menatapnya, tubuhnya membeku selama sepersekian detik sebelum melanjutkan langkah ke dalam ruangan.

Pintu ruang rapat tertutup di belakang mereka. Suara langkah sepatu hak tinggi dan suara sepatu pantofel bergantian memecah keheningan.

Arion berdiri beberapa langkah di belakang, matanya terus mengikuti Thania, seolah setiap geraknya adalah harta karun yang tak ingin dilepaskannya.

Di dalam, Melvin duduk di kursi paling ujung meja oval, menghadap para direksi. Pandangannya tajam melintas di antara para hadirin, lalu berhenti pada kursi kosong di sisi Thania.  

“Duduk di sampingku,” titah Melvin dengan suara dingin yang menusuk, seolah tak menyisakan ruang bagi bantahan.

Thania melirik sekilas ke arah pria itu. Ada ketegangan di matanya yang sejenak menguar, tapi ia cepat menekannya.

Dengan anggukan kecil, ia mematuhi perintah itu. Bukan karena takut. Bukan pula karena tunduk. Tapi karena itulah satu-satunya cara untuk menjaga Melvin tetap tenang, tetap merasa di atas.

Ia sudah lelah bertengkar dengan amarah yang tak pernah jelas asalnya—amarah yang selalu jatuh padanya, walau bukan ia penyebabnya.

Tak lama kemudian, Arion masuk ke dalam ruangan dengan langkah tenang dan percaya diri. Lengan kanannya memegang folder laporan, dan sorot matanya mengarah lurus ke depan, menyapu ruangan tanpa gentar.

Seketika itu juga, suasana menjadi berbeda. Ada ketegangan samar yang merayap seperti kabut di pagi hari. Semua mata tertuju padanya, namun hanya satu tatapan yang benar-benar membakar: Melvin.

Tatapan pria itu tajam, membara, menyimpan kecurigaan yang telah lama bersemayam dalam hatinya. Ia tahu betul—Arion menyukai Thania.

Itu bukan rahasia. Tapi Melvin, dengan segala kesombongan dan keyakinannya, percaya bahwa tak ada pria lain yang bisa menggantikan posisi Kalen di hati Thania.

Bahwa sekalipun Arion tampan, cerdas, dan punya segalanya, ia tetap tak akan mampu menaklukkan wanita itu.

Rapat pun akhirnya selesai. Namun, ketegangan belum berakhir. Justru baru dimulai. Melvin menggenggam tangan Thania dengan kasar, menariknya tanpa aba-aba, menyeretnya menuju ruang kerjanya.

“Sakit, Melvin. Jangan mencengkeram tanganku seperti itu,” lirih Thania, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang.

Ia melepaskan genggaman itu dengan paksa, menatap Melvin dengan luka yang tak lagi bisa disembunyikan.

Melvin membalikkan badan, wajahnya mengeras. “Kau pikir aku tidak melihat apa yang kau lakukan dengan Arion di depan ruang rapat tadi?” suaranya tajam, seperti bilah pisau yang menebas udara di antara mereka.

Thania terdiam sejenak. Ia mencoba mengatur napas, menahan diri dari amarah yang perlahan membuncah. Tapi Melvin tak berhenti.

“Tidak bisakah kau bersikap sebagai wanita elegan di hadapan pria? Tidak bisakah kau membuang derajat murahanmu itu di hadapan pria?”

Dan saat itulah, sesuatu di dalam diri Thania pecah. Ia menunduk, meremas tangannya sendiri, mencoba meredam getar di dadanya. Tapi kata-kata Melvin terlalu tajam, terlalu menyakitkan.

“Dia hanya mengucapkan selamat padaku. Apa bagimu semua pria yang dekat denganku karena aku murahan? Dangkal sekali otakmu, Melvin!” ucap Thania, suaranya bergetar antara marah dan luka yang telah lama ditahan.

“Karena memang kenyataannya seperti itu, Thania. Kau pikir aku tidak tahu kalau Arion menyukaimu? Tapi, kau tidak mau mendekatinya karena dia hanya seorang General Manager di sini!”

Thania menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. Matanya tak sekadar menatap, tapi menelanjangi luka lama yang semakin menganga. Napasnya berat.

“Wanita murahan yang kau sebut-sebut itu istrimu sendiri, Melvin.” Suaranya lirih, tapi tajam.

“Jika kau menghinaku dengan kata-kata itu terus-menerus, apa bedanya denganmu yang sama murahannya denganku, karena menikahi wanita murahan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
bagus thania, lawan aja suami modelan kayak melvin yg mulut nya kayak cabe setan.
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
Naah bagusss... lawan than balik balikin kata2 Melvin... seakan dia orang paling suci di dunia memandang mu hanya bagai sampahh
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
bagus Thania kamu emang harus melawan Melvin jangan mau kamu terus d hina dan d injak-injak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ucapan Gila Melvin

    “Berani sekali kau berkata seperti itu padaku,” ucap Melvin, suaranya datar namun menakutkan, seperti ancaman yang tersembunyi di balik ketenangan.Matanya menusuk tajam ke wajah Thania, seolah ingin mengoyak setiap lapisan harga diri wanita itu.Namun Thania tetap berdiri di tempatnya, tak sedikit pun gentar. Meski seluruh tubuhnya bergetar, ia menahan diri untuk tidak mundur.Kepalanya tetap tegak, meski matanya enggan menatap mata pria itu. “Aku rasa, tidak ada yang salah dengan ucapanku. Itu benar. Kenyataan. Kau sudah menikahiku, dan menjadikan wanita murahan ini adalah istrimu.”Nadanya tenang, namun luka yang dibawanya terasa dalam. Kata-kata itu bukan bentuk perlawanan, melainkan jeritan sunyi dari hati yang terlalu lama tertindas.Ia bahkan tidak ingin menatap Melvin, karena melihat wajah pria itu hanya akan mengingatkannya pada luka-luka yang tak kunjung sembuh.Di dalam hatinya, Thania berteriak. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya terjebak dalam pusaran pe

    Last Updated : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Cabut Saja Nyawaku

    “Apa kau gila?” bentak Thania segera setelah suara langkah Kalen menghilang dari balik pintu.Ia menoleh cepat ke arah Melvin, matanya melebar karena marah dan tak percaya. “Aku tidak mau pergi bulan madu denganmu.”Nada suaranya bergetar. Bukan hanya karena emosi, tapi karena ketakutan yang perlahan merayap masuk ke dalam dirinya.Gagasan untuk berdua saja dengan Melvin di tempat asing selama dua minggu membuat perutnya terasa mual.“Kau pikir aku mau?” sahut Melvin, tak kalah sengit.Suaranya meninggi, memantul di dinding ruang kerja yang kini menjadi arena perang tanpa saksi. “Aku pun tidak sudi menghabiskan waktu denganmu kalau saja aku punya pilihan!”Thania mendengus getir. “Salahmu sendiri! Kau yang mulai berbohong pada ayahmu. Aku diam karena tak ingin membuat suasana kacau, tapi kau terus saja bertindak semaumu!”Melvin menggertakkan giginya. Urat di rahangnya menegang.Matanya penuh bara, tak ada sedikit pun niat untuk mundur dari argumennya. “Kita akan tetap pergi. Sabtu be

    Last Updated : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Melvin Memiliki Kekasih?

    “Jangan beritahu siapa pun, Regina. Aku mohon,” pinta Thania dengan suara gemetar, matanya memburu ketakutan, seolah setiap kata yang keluar bisa menjadi peluru yang membunuhnya di kemudian hari.Tangannya menggenggam erat tangan Regina, mencari pegangan di tengah badai yang terus menghantam hidupnya.Ia baru saja menceritakan semuanya—penderitaan dalam pernikahan yang tak pernah ia impikan, kebohongan Melvin yang membuatnya terjebak, dan cinta palsu yang berubah menjadi penjara tanpa pintu keluar.Regina terpaku. Matanya berkaca-kaca menatap Thania yang kini jauh dari sosok ceria dan profesional yang ia kenal selama ini.Di hadapannya kini duduk seorang wanita yang hancur, dengan mata sembab dan tubuh lelah seperti telah memikul beban dunia.“Aku tidak menyangka jika sikap Melvin akan semakin menjadi,” ucap Regina perlahan, suaranya nyaris berbisik karena takut menyakiti Thania lebih dari yang sudah ia alami.“Aku tahu, dia memang sedikit arogan dan seringkali berdebat dengan ayahnya

    Last Updated : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Penasaran dengan Sosok Wanita itu

    “Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Melvin yang baru saja keluar dengan handuk melingkar di pinggang, rambutnya masih basah meneteskan air ke lantai marmer yang dingin.Ia mengerutkan kening begitu menyadari Thania berdiri kaku di sisi tempat tidur, memandangi dirinya dengan tatapan kosong, datar, namun penuh tekanan yang tak terucap.Thania tidak menjawab langsung. Ia menatap Melvin dalam-dalam, matanya tak berkedip, penuh emosi yang terbungkus rapat.Lalu dengan nada dingin dan datar, ia bertanya tanpa tedeng aling-aling, “Kau memiliki kekasih? Kenapa tidak kau nikahi saja wanita itu?”Melvin terdiam sejenak, wajahnya menyiratkan keterkejutan. Ia melangkah pelan, menghindari genangan air di lantai, lalu mengambil ponselnya dari meja kecil di samping tempat tidur.Jarinya menggenggam erat ponsel itu seakan hendak menyembunyikan sesuatu. Ia menoleh ke arah Thania, yang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan penuh tuntutan.“Kenapa diam?” desak Thania, nadanya lebih tegas sekarang

    Last Updated : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Permintaan Wanita yang Tidak Bisa Dibatalkan

    “A—apa yang kau lakukan di sini?” tanya Melvin terkejut, suaranya tertahan namun terdengar cukup tajam.Ia segera meraih tangan wanita yang memeluknya dan menariknya masuk ke dalam ruang kerjanya dengan gerakan cepat dan penuh tekanan, lalu menutup pintu rapat-rapat di belakang mereka.Joana, wanita cantik berusia dua puluh sembilan tahun itu, mendengus pelan, jelas tidak menyukai sambutan dingin yang baru saja ia terima.Ia berdiri tegak di tengah ruangan, rambut bergelombangnya tergerai sempurna, gaun pastel yang dikenakannya terlihat kontras dengan suasana tegang yang mulai mengisi udara.“Karena aku merindukanmu, Melvin. Kenapa sambutanmu seperti ini padaku?” ucap Joana dengan nada kesal, kedua lengannya terlipat di depan dada.Suaranya penuh protes, namun tetap dibalut gaya manja yang biasa ia pakai saat ingin meluluhkan hati pria itu.Melvin menghela napas dalam, matanya melirik sekilas ke arah jendela kaca di samping pintu.Dari celah tirai tipis, ia bisa melihat Thania masih d

    Last Updated : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Pertanyaan dari Arion

    “Arion? Kau di sini juga?” Thania memiringkan kepalanya sedikit, lalu melangkah menghampiri pria itu yang sedang duduk di pojok rak buku, tertunduk membaca sebuah buku tebal dengan sampul berwarna cokelat tua.Cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar perpustakaan menyorot setengah wajah Arion, membuatnya tampak tenang dan fokus.Begitu mendengar suara Thania, Arion langsung menutup bukunya dengan satu gerakan halus dan mengangkat wajahnya.Senyuman hangat segera terulas di bibirnya, seperti bias cahaya yang menyelinap lembut ke ruang hati Thania yang sepi.“Ya. Aku di sini bersama dengan timku,” jawab Arion ramah. “Kami sedang menyiapkan beberapa materi literasi untuk program pameran komunitas.” Lalu, dengan nada penasaran, ia menambahkan, “Kau sendiri saja? Atau bersama dengan Regina?”“Hanya sendiri. Regina sedang ada meeting bersama Tuan Kalen,” jawab Thania sambil menunduk sejenak, mengamati rak buku yang ada di sampingnya.Arion mengangguk pelan, matanya masih memandang

    Last Updated : 2025-05-01
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Amarah Melvin yang Menggelegar

    “Kenapa sudah pulang?” tanya Thania, suaranya terdengar datar, namun dalam intonasinya terselip sedikit nada heran. Ia melirik jam tangan tipis di pergelangan kirinya.“Baru pukul sembilan. Aku pikir kau tidak akan pulang malam ini,” lanjutnya, sembari melangkah mendekat dan memungut jas hitam Melvin yang tergeletak sembarangan di atas sofa.Melvin tidak segera menjawab. Ia hanya menatap Thania dengan tatapan dingin dan tak terbaca, seolah sedang menilai apakah kata-kata wanita itu layak ditanggapi atau diabaikan begitu saja.“Bukankah Joana sangat merindukanmu?” Thania melanjutkan sambil merapikan lipatan jas itu. Meski nadanya tenang, kata-katanya mengandung tajam yang disengaja. “Seharusnya kau menghabiskan malam—”“Buatkan aku spaghetti.” Suara Melvin memotong tajam kalimat Thania. Ia mengucapkannya tanpa ekspresi, langsung dan memaksa.Thania berhenti sejenak. Keningnya berkerut, bibirnya tertarik samar ke bawah. “Spaghetti?” ulangnya, seolah memastikan pendengarannya.“Apa aku t

    Last Updated : 2025-05-01
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Debat Melvin dan Arion

    “Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Melvin dingin, langkahnya mantap memasuki ruang kerja Arion.Tatapan matanya menusuk tajam ke arah pria yang sedang fokus memeriksa beberapa dokumen di hadapannya.Arion mengangkat kepalanya perlahan, tanpa tergesa, lalu menatap Melvin dengan ekspresi datar. “Ya. Bicaralah, aku mendengarkan,” jawabnya tenang, seakan tak terpengaruh oleh aura dingin yang dibawa Melvin.Namun ketenangan Arion justru membuat Melvin semakin geram. Ia berdiri tepat di depan meja kerja, menatap tajam pria yang masih duduk santai di kursinya.“Kau memiliki perasaan pada Thania?” tanyanya tanpa basa-basi, nadanya mengeras, penuh tekanan.Pertanyaan itu membuat Arion menghentikan gerakan jarinya yang sejak tadi membalik lembaran dokumen. Ia mematung sejenak, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Melvin kembali.“Aku tidak mengerti maksudmu,” elaknya sambil membuang pandang ke arah lain, berusaha menjaga ketenangan suaranya.Melvin menyunggingkan senyum sinis, seny

    Last Updated : 2025-05-01

Latest chapter

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Tiket Bulan Madu

    Begitu tiba di rumah, Melvin langsung menyerahkan selembar tiket pesawat kepada Thania. Wajah wanita itu terlihat kebingungan saat menerima kertas yang dilipat rapi tersebut.“A—apa ini?” tanyanya, dahi berkerut, matanya menatap tak percaya pada tiket yang kini berada di tangannya.“Tiket pesawat untuk terbang besok. Kita akan pergi ke Hawaii, sesuai dengan permintaan Papa,” jawab Melvin dengan suara datar dan nada tak ingin dibantah.Tidak ada basa-basi, tidak ada senyum, hanya sebuah pernyataan yang terdengar seperti perintah.Mata Thania membola. Ia bahkan sempat terpaku beberapa detik. “Apa aku tidak salah dengar? Kita … akan pergi bulan madu? Aku sudah menolaknya, Melvin,” protesnya, nada suaranya meninggi, disertai dengan sorot mata yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Melvin menatap Thania dengan tatapan dingin. “Kau pikir aku mau?” balasnya tajam.“Aku terpaksa melakukan ini agar Papa tidak curiga pada kita, Thania!” Nada suaranya meninggi, menunjukkan betapa kesaln

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kecurigaan Davian

    “Bertengkar? Lagi?” ucap Kalen dengan nada berat, nyaris tak percaya.Davian mengangguk dengan ekspresi muram. Ia baru saja menyampaikan informasi yang ia dapat dari Regina. “Ya. Regina yang memberitahuku. Dan Regina tahu dari Evelyn, asisten pribadi Arion. Mereka bertengkar lagi, dan kali ini sampai baku hantam, Pa.”Ia mengembuskan napas panjang sambil menggelengkan kepala, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Suasana di ruang kerja Kalen terasa sesak meski tak ada suara selain mereka berdua.Kalen menggaruk rambutnya dengan kesal, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi yang semakin menumpuk.“Sampai kapan mereka akan berseteru seperti ini? Kalau memang Arion menyukai Thania sejak lama, seharusnya dia ungkapkan saat itu juga—bukan sekarang, ketika semuanya sudah terlambat.”Matanya menerawang ke luar jendela seolah berharap menemukan jawaban di balik bayang-bayang pohon dan langit mendung.Suasana hati Kalen memang sedang kacau, dan konflik dua pria muda itu hanya memperkeruhnya.D

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Arion adalah Takdirnya?

    Tangis Thania pecah di depan ruang rawat ayahnya. Ia terduduk lemas di bangku tunggu, kedua tangannya menutupi wajah yang dipenuhi air mata. Isaknya menggema pelan di lorong rumah sakit yang mulai lengang.“Aku terlalu berharap, aku terlalu bodoh untuk menerima kenyataan menyakitkan ini,” lirihnya sambil menyeka air mata yang mengalir deras.Sesak yang mengimpit dadanya terasa seperti tak kunjung reda. Hatinya remuk oleh kenyataan pahit yang baru saja ia dengar dari Davian—tentang Joana, dan kebohongan besar yang disembunyikan suaminya.“Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menyelesaikan semuanya,” ucapnya sambil menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya dengan berat. Ia mengambil selembar tisu dari tasnya, menghapus air mata yang terus menetes tak terkendali.Matanya menerawang ke lantai dingin rumah sakit. “Kenapa aku harus mendapat nasib buruk seperti ini, Ya Tuhan?” bisiknya nyaris tak terdengar.&ld

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Mencaritahu dari Davian

    “Davian?” panggil Thania seraya menghampiri dokter muda itu yang tengah merapikan jas putihnya dan bersiap meninggalkan ruang jaga. “Apakah Melvin yang melunasi tagihan rumah sakit ayahku?”Davian, yang mengenal Thania sejak awal masa perawatannya, menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap wajah Thania dengan sorot penuh pengertian.“Melvin saja tidak tahu kalau tagihannya sudah lunas, Thania.” Suaranya lembut namun tegas.“Dia baru saja hendak membayarnya tadi pagi, tapi ternyata semuanya sudah beres. Sudah ada yang lebih dulu melunasinya.”Thania mengerutkan kening, hatinya berdegup lebih cepat. “Jadi, tagihan itu sudah lunas sejak kemarin malam?” tanyanya lagi, memastikan, meski dalam hati ia sudah mulai menyusun kemungkinan-kemungkinan.Davian mengangguk. “Sepertinya begitu.” Ia menghela napas singkat sebelum menambahkan, “Melvin langsung kembali ke kantor begit

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Feeling Seorang Ayah

    “Sudah kubilang padamu, jangan mengganggu rumah tangga Melvin dan Thania lagi, sialan!” teriak Evelyn dengan nada tinggi, membuyarkan keheningan sore itu.Ia tengah membersihkan luka di pelipis Arion yang masih mengucurkan sedikit darah.Jemarinya yang cekatan menggenggam kapas dan antiseptik, namun ekspresi wajahnya jauh dari lembut—ia muak.Arion hanya menghela napas, menahan perih di wajahnya. “Aku emosi,” ucapnya singkat, nyaris seperti pembelaan yang tak niat ia perjuangkan.“Aw! Sakit, Evelyn. Kau ingin menambah lukanya, hah?” Arion meringis, menghindar sedikit dari tangan Evelyn yang tanpa ampun menekan luka itu.Evelyn menyunggingkan senyum sinis, matanya menatap datar wajah atasannya yang biasanya dingin dan tenang.“Mau sampai kapan kau akan membuat keributan di rumah tangga mereka? Sampai Melvin tobat dan sungguh-sungguh mencintai Thania?” sindirnya tajam, menusuk ke inti masal

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Perkelahian Antar Lelaki

    Melvin membanting sebuah cek di atas meja kerja Arion. Suaranya nyaring membelah keheningan ruangan kantor itu. Matanya tajam menusuk, mengarah langsung ke wajah pria di depannya.“Kau pikir aku tidak tahu, apa yang baru saja kau lakukan untuk Thania?” ucapnya dingin. Nadanya rendah namun mengandung bara yang siap meledak kapan saja.“Kau ingin menjadi pahlawan baginya di saat aku tidak ada di sisinya?”Arion yang sedang sibuk di balik laptopnya perlahan mengangkat kepala. Tatapannya tenang, nyaris santai, seolah tak terpengaruh oleh kedatangan Melvin yang penuh amarah. Ia menyunggingkan senyum kecil, hampir seperti mengejek.“Aku bahkan pernah melunasi uang kuliahnya, Melvin. Jadi, tidak ada salahnya jika kali ini aku melunasi tagihan rumah sakit ayahnya,” balasnya kalem, dengan ekspresi yang membuat darah Melvin semakin mendidih.Tangan Melvin mengepal erat di sisi tubuhnya. Otot-otot di rahangnya mengeras. Matanya menyipit, seperti binatang buas yang sudah kehilangan kesabaran.“Ka

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kesalahpahaman Berujung Amarah

    “Dari mana saja kau, Thania? Kenapa tidak ada di rumah? Kenapa tidak menerima panggilanku satu pun?” tanya Melvin dengan nada tinggi, mencecar Thania segera setelah wanita itu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Thania terkejut. Ia bahkan belum sempat meletakkan tas di gantungan saat suaminya langsung menghadapinya dengan amarah meledak.Ia menatap wajah Melvin yang tampak kacau. Rambutnya berantakan, matanya merah dan sembab, dengan wajah kusut seperti orang yang tidak tidur semalaman.“Ayahku masuk rumah sakit dan harus dioperasi,” jawab Thania pelan, berusaha tetap tenang. “Jadi, aku tidur di rumah sakit.”“Bohong!” bentak Melvin tiba-tiba, suaranya meninggi dan meledak. Ia melangkah mendekat dengan mata membara. “Kenapa tidak memberitahuku kalau ayahmu sakit? Kau menemani Arion di sana, kan?!”Thania mengernyit, dadanya langsung sesak oleh tuduhan itu. Ia menahan napas, menatap mata Melvin yang penuh kecurigaan dan amarah.“Apa maksudmu, Melvin? Aku memang di rumah sakit, dan

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Dia yang Mengerti Perasaanmu

    “Thania?”Suara yang tak asing itu membuat Thania menoleh pelan. Ia sedang berdiri di depan ruang administrasi rumah sakit, menandatangani beberapa dokumen untuk persetujuan tindakan medis ayahnya.Pandangannya langsung bertemu dengan seorang pria jangkung berambut rapi yang berdiri tidak jauh darinya.“Arion?” ucap Thania sedikit terkejut. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kemudian, suaranya sedikit melemah karena kelelahan dan beban pikiran yang masih menumpuk.“Mengantar ayahku kontrol. Kau sendiri?” tanya Arion sambil berjalan mendekat, menyapa dengan hangat.“Oh.” Thania menarik napas sebelum menjawab. “Ayahku harus dioperasi karena jantungnya sudah tidak baik-baik saja. Davian yang menangani. Kebetulan dia sedang jaga malam.”Ia menunjuk ke arah meja administrasi, lalu kembali fokus pada berkas di tangannya. Selembar kwitansi panjang tampak tergenggam di tangan kirinya.Angka-angka biaya rumah sakit, tindakan operasi, dan rawat inap tertera jelas di sana. Tapi yang paling

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Akan Mencaritahu Sendiri

    “Sudah pukul sembilan. Ayo pulang,” ucap Arion sembari melirik jam tangannya, lalu mengarahkan pandangannya ke Thania yang masih sibuk merapikan beberapa buku di rak display.Suasana pameran sudah mulai lengang. Sebagian besar pengunjung telah pulang, dan hanya beberapa panitia yang masih membereskan sisa-sisa acara.Thania pun menoleh setelah mendengar suara Arion. Ia melirik jam di pergelangan tangannya dan mengangguk kecil. “Ya. Kau benar. Sudah waktunya pulang.”“Ayo. Aku akan mengantarmu pulang,” ajak Arion sambil menyodorkan tangannya untuk membantu membawa tas kecil milik Thania.Thania hanya menganggukkan kepala pelan. Tidak ada alasan untuk menolak. Lagi pula, ia sudah terlalu lelah untuk memesan kendaraan lain, dan Arion adalah bagian dari keluarga Reandra. Setidaknya, ia masih bisa merasa aman bersamanya.Perjalanan pulang diisi dengan keheningan beberapa menit. Lampu-lampu jalanan menyinari interior mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.Arion sesekali melirik Thania y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status