Share

44. Bertemu Teman Lama

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2025-06-10 09:00:00
"Terima kasih, ya, Dok, sudah bantu saya. Saya bakal ikutin semua saran dokter tadi. Saya senang banget kalau memang masih ada harapan untuk saya bisa hamil lagi." Intan tersenyum menatap dokter Abraham saat mereka sama-sama keluar dari ruangan dokter kandungan itu.

Intan adalah pasien terakhir yang dokter Abraham tangani dan setelah ini, pria itu harus praktik lagi ke rumah sakit lain. Sebelum pergi, dokter itu menyempatkan waktu untuk bercakap-cakap dengan Intan.

"Sama-sama, Intan," jawab sang dokter. "Oh iya karena sekarang jam kerja aku udah habis, panggil Abraham aja dan ngomongnya santai aja."

"Oh iya iya." Intan mengangguk-angguk. "Sekali lagi makasih, Abraham. Kapan-kapan boleh main ke rumah aku."

Abraham tak menyangka dengan penawaran itu. "Oh, tawaran yang menarik, tapi aku nggak tahu di mana rumahmu."

Intan tertawa. "Nanti aku kirim lewat WA, ya."

Dokter mengangguk. "Nggak nyangka aku bisa jadi dokter konsultasi kamu, Intan. Dunia ini sempit, ya."

Intan sebenarnya ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   49. Rencana Terselubung sang Ibu Mertua

    "Gimana keadaan Mama sekarang? Udah mendingan?" tanya Tasya begitu masuk ke dalam kamar ibunya. Mira yang saat itu sedang duduk dan menyandar di kasur sambil membaca majalah tersenyum melihat anaknya. "Iya, Alhamdulillah nih, Mama udah mendingan. Pinggang Mama nggak terlalu nyeri lagi kalau di bawa gerak," jawab Mira. "Kamu ke sini sama siapa?" Tasya duduk di samping mamanya. "Aku ke sini sama Keisya dan Mas Risyad, Ma." "Mana Keisya nya?" "Ada di luar main sama Papanya. Tadi dia mau masuk ke sini ketemu Mama, tapi aku larang." "Kenapa di larang?" Tasya mengangkat bahu. "Aku nggak mau dia mendengar percakapan kita. Oh iya, kegiatan Mama di rumah akhir-akhir apa aja?" Mira mengangkat pandangannya dari majalah. "Nggak ada, ya begini aja lah Mama, duduk di kamar, baca majalah, atau jalan-jalan sama Intan di taman. Tapi sekarang makan Mama bisa jalan sendiri di meja makan jadi nggak perlu disuapin lagi." "M

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   48. Kesedihan Intan

    "Aku dari dulu emang nggak sudi punya kakak ipar kayak kamu. Sampai bumi terbelah dua pun aku nggak akan suka sama kamu. Kamu tuh nggak pantas masuk ke keluarga kami, Kak. Lagian kenapa sih Kak Intan masih aja mau sama Kak Bima, udah tahu keluarganya Kak Bima nggak suka sama Kak Intan. Kalau aku jadi Kak Intan sih udah enyah dari dulu-dulu." "... Jadi maksud Kak Intan, mau bilang cinta Kak Intan terhadap Kak Bima tulus gitu? Oh iya? Bukannya Kak Intan mau bertahan sampai sejauh ini karena harta, ya?" Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Mischa terus terngiang di ingatan Intan bahkan sampai berhari-hari. Begitu sakit rasa hatinya. Entahlah, jika yang menjatuhkannya demikian adalah ibu mertuanya, Intan masih bisa sabar dan menerima. Namun, jika yang melakukan itu adalah adik iparnya, dia mudah sakit hati. Dia tak terima dengan perlakuan adik iparnya itu. Setelah apa yang dia lakukan selama ini untuk keluarga suaminya, tetap saja usahanya tak pernah dihargai. Jujur saja sebenarnya I

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   47. Sikap Mischa (2)

    "Memangnya kalau aku cerita, Kak Intan bisa bantu selesaikan masalah aku? Nama baik aku bisa balik kayak dulu?" "Kalau kita cerita ke orang lain, orang itu mungkin belum tentu bisa bantu selesaikan masalah. Tapi seenggaknya beban yang kita pendam bisa kita bagi ke orang itu. Beban itu bakal terasa ringan kalau dibagi." Intan tersenyum. Bukannya senang mendengarnya, Mischa malah menatapnya kesal. "Nggak usah sok peduli sama aku. Kak Intan nggak bakal ngerti masalah aku. Lagian Kak Intan pasti senang kan liat nama baik aku tercemar? Kak Intan senang kan ngeliat masalah itu? Ini kan yang memang Kak Intan mau, menghancurkan reputasi aku?!" Mischa meledak-ledak. Intan terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan tak berdasar itu. "Aku nggak ngerti apa yang kamu omongin, Mischa." Intan menggeleng. "Nggak usah pura-pura lugu gitu, Kak. Aku eneg liat muka sok polos kamu itu. Kak Intan memang pengin karier aku hancur kan? Iya kan? Ini kan yang Kak Intan mau?" "Aku nggak mungkin sejahat itu,

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   46. Sikap Mischa

    "Pelan-pelan, ya, Ma, jalannya." Intan membimbing Mira berjalan dengan tongkatnya menuju ruang tamu. Saat Intan mendongak dan pandangannya mengarah ke ruang tamu, dia melihat Mischa yang baru saja berdiri dan masuk ke dalam, gadis itu juga sambil menempelkan ponsel ke telinganya, seperti sedang bertelepon. Intan mengantar Mira sampai ke kamarnya. Tiba-tiba Mira minta diambilkan minum. Intan pun keluar kamar untuk mengambilkan segelas minum. "Lo pikir gue takut sama lo?" Baru saja langkahnya tiba di ambang pintu dapur, Intan mendengar suara Mischa. Langkah Intan terhenti, dia mengintip adik iparnya itu dari kejauhan, gadis itu sedang duduk di meja makan dan bertelepon dengan seseorang. Niatnya untuk mengambil minum pun urung, dia menguping percakapan itu sejenak. "Dengar, ya, Sa. Gue nggak bakal tinggal diam gitu aja. Gue bakal tuntut lo kalau perlu bawa ke jalur hukum atas pencemaran nama baik. Keluarga gue bisa ngelakuin apa pun. Lo salah cari masalah sama gue!" "Ternyata Misc

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   45. Rencana Sang Ibu Mertua

    "Mungkin kamu sama Dokter Abraham pernah punya hubungan spesial di masa lalu?" Intan tertegun seketika. Pertanyaan ibu mertuanya sungguh tidak terduga. Bagaimana bisa ibu mertuanya itu menebak sampai ke sana? Walaupun memang benar dirinya dan Abraham dulu pernah ada hubungan, lebih tepatnya Abraham pernah menyukai Intan semasa SMA. "Kok Mama bisa nebak begitu?" Bukannya menjawab, Intan malah balik bertanya. "Itu udah lumrah kali, Intan. Mama bisa lihat tadi gimana pandangan dokter itu melihat kamu, saat bicara sama kamu. Dia masih ada rasa sama kamu, Intan. Dan Mama yakin kalian dulunya bukan teman biasa, kan? Biasa lah, kisah cinta di masa SMA ...." Intan terkejut mendengar asumsi Mira. "Mama benar. Abraham dulu pernah naksir aku, tapi--" "Tapi kamu nya yang nggak mau sama dia?" potong Mira yang membuat Intan terdiam. Mira melanjutkan. "Diam lagi, kan? Diam artinya iya, bukan begitu" "Dan itu dulu, Ma," sambung Intan. "S

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   44. Bertemu Teman Lama

    "Terima kasih, ya, Dok, sudah bantu saya. Saya bakal ikutin semua saran dokter tadi. Saya senang banget kalau memang masih ada harapan untuk saya bisa hamil lagi." Intan tersenyum menatap dokter Abraham saat mereka sama-sama keluar dari ruangan dokter kandungan itu. Intan adalah pasien terakhir yang dokter Abraham tangani dan setelah ini, pria itu harus praktik lagi ke rumah sakit lain. Sebelum pergi, dokter itu menyempatkan waktu untuk bercakap-cakap dengan Intan. "Sama-sama, Intan," jawab sang dokter. "Oh iya karena sekarang jam kerja aku udah habis, panggil Abraham aja dan ngomongnya santai aja." "Oh iya iya." Intan mengangguk-angguk. "Sekali lagi makasih, Abraham. Kapan-kapan boleh main ke rumah aku." Abraham tak menyangka dengan penawaran itu. "Oh, tawaran yang menarik, tapi aku nggak tahu di mana rumahmu." Intan tertawa. "Nanti aku kirim lewat WA, ya." Dokter mengangguk. "Nggak nyangka aku bisa jadi dokter konsultasi kamu, Intan. Dunia ini sempit, ya." Intan sebenarnya ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status