Share

7. Acara Pertemuan

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2025-05-28 15:00:00

"Ada tamu. Coba bukain pintu." Rupanya Mira memanggil Bi Iyem karena meminta bukakan pintu untuk tamu mereka. Jantung Bi Iyem yang sudah nyaris copot, seketika lega luar biasa. "Buruan! Tunggu apa lagi!" bentak Mira ketika melihat pembantunya itu malah terdiam dengan muka pucat pasi.

"Ba-baik, Nyonya." Bi Iyem pun terburu-buru membukakan pintu. Dan ternyata yang datang adalah anak-anak gadis seusia Mischa. Mereka tampak cantik dengan penampilan yang fashionable. Tidak hanya itu, kulit mereka juga terlihat  putih dan bening. Siapa pun yang melihat mereka pasti tahu mereka dari kalangan selebgram. Bu Iyem tersenyum menyambut mereka. Dan menyilahkan mereka masuk.

"Hei, akhirnya kalian datang juga. Senang banget bisa ketemu kalian di dunia nyata." Mischa bersuara lantang saat melihat teman-temannya berkumpul di ruang tamu. Mischa pun langsung memeluk salah satu temannya yang berdiri dan menghampirinya. Mereka juga cipika-cipiki.

"Senang juga ketemuan sama lo. Lo yang aslinya lebih cantik ternyata," puji cewek berambut panjang nan pirang itu, bergaya khas selebgram cantik.

Mischa tersenyum. "Kamu juga, bening banget, Aura. Persis kayak nama orangnya, memancarkan aura."

"Kamu bisa aja." Selebgram bernama Aura itu tersenyum malu-malu.

"Duduk, dong." Mischa juga mempersilakan teman-teman yang lain untuk menikmati aneka kue yang sudah siap tersaji di prasmanan. Juga minuman yang tersedia di freezer. "Oh iya kalian udah pada makan belum, mau makan apa? Di rumah gue bisa nyediain apa aja yang kalian mau lho." Mischa duduk di sebelah temannya.

"Lah, ini udah banyak makanan. Makan apa lagi?" respons salah satu dari mereka saat kembali dari mengambil semangkok kue basah.

"Nggak perlu repot-repot, Mischa. Kita makan ini aja udah cukup, kok," jawab temannya yang lain.

"Siapa tahu kalian mau makan nasi gitu? Yang lain gimana setuju nggak?" tanya Mischa lagi. "Mumpung kita lagi ketemu. Momen ini nggak boleh disia-siakan buat makan bareng. Selebgram lain yang nggak ikut datang pasti iri dan menyesal," tambah Mischa dengan nada sombongnya.

"Nggak perlulah, Mischa. Nggak perlu repot-repot. Disiapin gini aja udah cukup, kok. Iya nggak, Gaes?" komentar salah satu temannya yang berambut pendek.

"Tahu nih, Mischa nggak usah repot-repot lah."

"Tapi gue sih terserah Mischa, ya, kalau dia memang mau ya kita ikutin aja." Namun, temannya yang lain memberi komentar berbeda.

Mischa tersenyum mendengarnya. "Nah yang begini nih gue demen. Nggak usah malu-malu deh kita baru pertama kali ketemu nih. Kapan lagi coba makan bareng."

"Iya, turutin aja deh yang punya rumah."

"Tapi btw kalian mau makan apa, nih? Asisten rumah tangga gue siap buat masakin apa aja yang kalian mau." Mischa tersenyum senang. Tidak sabar rasanya untuk mengerjai Intan.

Lalu Mischa masuk ke dalam menghampiri mamanya yang senang nonton televisi di ruang keluarga sambil selonjoran. "Ma, Kak Intan mana?"

Mira mengalihkan pandangan dari layar televisi. "Ada apa kamu nanyain dia?"

"Aku ada kerjaan buat Kak Intan. Aku mau nyuruh dia masak buat teman-teman aku. Oh iya, Mama kenalan dong sama teman-teman aku. Biar mereka tahu kalau aku punya Mama yang cantik banget ." Mischa merayu mamanya dan duduk di samping mamanya.

"Ah, kamu bisa aja. Nanti Mama bakal temuin mereka." Mira kembali fokus ke layar televisi. Terlihat tak begitu tertarik dengan teman-teman Mischa.

"Kapan?" Mischa merangkul lengan mamanya, bersikap manja. "Oh iya Ma Kak Intan mana, sih?"

"Dia lagi Mama suruh cuci baju di belakang. Kenapa sih kamu nanyain dia?" Mira menoleh heran.

Mischa tersenyum penuh arti. Dia punya rencana untuk mengerjai kakak iparnya itu. Tapi dia tidak mau bilang mamanya dulu. "Aku ada perlu, Ma. Hmm aku datangin Kak Intan dulu, ya." Gadis itu lalu beranjak dari duduknya, pergi menuju dapur.

"Sebenarnya Bibi udah malas kerja di sini. Mau berhenti saja, tapi Bibi masih memikirkan nasib Bu Intan. Kalau ada apa-apa nanti ndak ada yang bantu ...." Begitu masuk ke dapur, Mischa mendengar suara Bi Iyem. "Kalau saya berhenti, nanti tugas Bu Intan makin berat. Nyonya pasti ndak mau cari asisten rumah tangga baru dan akan memanfaatkan tenaga Bu Intan."

Sampai kakinya mencapai ambang pelataran pencucian. Ternyata Bi Iyem membantu Intan mencuci. Mischa pun langsung menegur pembantunya itu.

Bi Iyem serta-merta menoleh dengan wajah terkejut luar biasa. "A-ada apa, Non?" tanyanya yang lantas mendatangi majikan mudanya dengan tergesa.

Mischa bersidekap dada. "Kenapa takut-takut gitu? Takut, ya, ketahuan bantuin Kak Intan terus aku aduin ke Mama?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   99

    "Tentang kejadian tadi siang, kamu percaya kan sama aku?" Bima terdiam sesaat sebelum akhirnya dia memegang pundak istrinya dan menjawab. "Memangnya aku pernah nggak percaya sama kamu? Kamu itu istri aku. Apa pun yang keluar dari mulut kamu, apa pun yang kamu yakini, aku selalu percaya." Perkataan Bima terdengar sungguh-sungguh. "Aku lega kalau kamu percaya sama aku, tapi Mama gimana?""Soal Mama kita emang nggak bisa gegabah. Mama sekarang lagi emosi. Kalau kamu paksa, percuma. Kita juga nggak bisa jelasin ke Mama tanpa bukti yang jelas. Mama harus lihat buktinya dulu baru Mama akan percaya."Intan terdiam sejenak. Sebelum angkat bicara. "Kamu benar, Mas. Kita harus cari buktinya. Tapi gimana caranya kita bisa dapatkan bukti itu?" Intan menatap suaminya cemas.Bima mengembuskan napas. Dia menggeleng. "Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi aku akan berusaha cari buktinya. Kalau perlu aku mau ngomong empat mata sama Tante Fara.""Ngomong apa, Mas? Kamu mau tanya? Dia nggak mungkin nga

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   98

    Kekacauan pada saat makan bersama yang dibuat Intan barusan bukanlah yang kali pertama. Ini sudah kesekian kali. Setelah Intan menumpahkan gulai kambing ke lantai, Mira marah setengah mati di depan orang ramai itu. Tak lama kemudian, Fara dan keluarganya pamit pulang. Dan Mira menyampaikan ketidaknyamanannya pada Fara atas kekacauan yang dibuat menantunya. Setelah koleganya pulang, sudah bisa ditebak apa yang terjadi? Mira memarahi menantunya habis-habisan. "Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa makanan itu berbahaya?" tanya Mira menatap Intan melotot tajam. "Mama benar-benar nggak habis pikir dengan yang kamu lakukan!"Mira memarahi menantunya habis-habisan. Sementara Intan hanya terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ingin rasanya dia memberitahu Mira saat ini juga tentang rencana busuk Fara dan keluarganya, tapi dia yakin jika dia bicara sekarang tanpa bukti yang jelas, yang ada ibu mertuanya semakin marah dan tidak percaya padanya. Hingga dia hanya terd

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   98

    "Apa maksud kamu, Intan. Kenapa kamu bisa bilang gulai ini berbahaya?" tanya Mira setengah syok. Intan lagi-lagi terdiam. Mencari-cari alasan yang tepat untuk dia katakan. Sebelum akhirnya dia mengatakan. "Maaf, Ma. Aku nggak bisa bilang, tapi aku mohon Mama jangan makan gulai itu." Intan menggeleng kencang."Jangan mengada-ada kamu, Intan."Intan tahu ibu mertuanya mulai kesal dengannya, tatapan ibu mertuanya pun berubah tajam. Mira melirik Fara dengan tak enak hati sekilas, lalu kembali menatap menantunya. "Jangan beri malu keluarga ini, ya.""Aku nggak mengada-ada, Ma," jawab Intan. "Gulai itu memang berbahaya. Mama nggak boleh memakannya!""Intan, maaf sebelumnya." Fara mulai menegurkan membuat semua pasang mata yang ada di sana menatap ke arahnya, tak terkecuali Intan dan Mira. "Maksud kamu bilang makanan Tante berbahaya itu apa, ya. Makanan ini halal, kok, enak juga, nggak berbahaya sama sekali seperti yang kamu pikirkan. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Intan?" Fara me

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   97

    "Pokoknya kali ini rencana kita harus berhasil, nggak boleh gagal lagi." Kembali suara Tante Fara terdengar. "Kamu harus bantu aku, ya, Mas." "Makanya kamu harus hati-hati supaya nggak gagal lagi." Itu suara Om Arhan. "Jangan sampai ada yang tahu atau curiga dengan kita." Hening sesaat sebelum kembali suara Fara terdengar. "Iya. Ingat, Mas, semakin cepat kita menghancurkan keluarga ini, semakin cepat juga kita menguasai hartanya. Nggak masalah Maya nggak jadi istri kedua Bima, asal kita tetap bisa menghancurkan keluarga ini dan merebut hartanya." "Iya, iya." "Dan semua ini harus dimulai dari Mira. Kita harus bunuh Mira secepatnya. Induknya dulu, baru anak cucunya." "Iya, Ma, iya. Jangan bahas soal itu di sini. Kalau sampai ada yang dengar kan bisa bahaya banget, Ma," jawab Arhan. "Apalagi kalau mereka tahu bahwa Toni meninggal sebenarnya bukan karena kecelakaan dari pesawat, tapi kita yang bunuh. Rahasia itu, rahasia besar itu nggak ada yang boleh tahu." "Iya, Mas. Udah jangan

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   96. Rencana Bima dan Intan

    "Tentang kejadian tadi siang, kamu percaya kan sama aku?" Bima terdiam sesaat sebelum akhirnya dia memegang pundak istrinya dan menjawab. "Memangnya aku pernah nggak percaya sama kamu? Kamu itu istri aku. Apa pun yang keluar dari mulut kamu, apa pun yang kamu yakini, aku selalu percaya." Perkataan Bima terdengar sungguh-sungguh. "Aku lega kalau kamu percaya sama aku, tapi Mama gimana?" "Soal Mama kita emang nggak bisa gegabah. Mama sekarang lagi emosi. Kalau kamu paksa, percuma. Kita juga nggak bisa jelasin ke Mama tanpa bukti yang jelas. Mama harus lihat buktinya dulu baru Mama akan percaya." Intan terdiam sejenak. Sebelum angkat bicara. "Kamu benar, Mas. Kita harus cari buktinya. Tapi gimana caranya kita bisa dapatkan bukti itu?" Intan menatap suaminya cemas. Bima mengembuskan napas. Dia menggeleng. "Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi aku akan berusaha cari buktinya. Kalau perlu aku mau ngomong empat mata sama Tante Fara." "Ngomong apa, Mas? Kamu mau tanya? Dia nggak m

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   95. Kemarahan Ibu Mertua

    Kekacauan pada saat makan bersama yang dibuat Intan barusan bukanlah yang kali pertama. Ini sudah kesekian kali. Setelah Intan menumpahkan gulai kambing ke lantai, Mira marah setengah mati di depan orang ramai itu. Tak lama kemudian, Fara dan keluarganya pamit pulang. Dan Mira menyampaikan ketidaknyamanannya pada Fara atas kekacauan yang dibuat menantunya. Setelah koleganya pulang, sudah bisa ditebak apa yang terjadi? Mira memarahi menantunya habis-habisan. "Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa makanan itu berbahaya?" tanya Mira menatap Intan melotot tajam. "Mama benar-benar nggak habis pikir dengan yang kamu lakukan!" Mira memarahi menantunya habis-habisan. Sementara Intan hanya terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ingin rasanya dia memberitahu Mira saat ini juga tentang rencana busuk Fara dan keluarganya, tapi dia yakin jika dia bicara sekarang tanpa bukti yang jelas, yang ada ibu mertuanya semakin marah dan tidak percaya padanya. Hingga dia hanya te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status